Analisis Tema dalam Novel

Karya-karya Shamirah mendapat sambutan yang luar biasa dari para pembaca, karena itu hampir seluruh karya-karyanya telah mengalami cetak ulang beberapa kali. Karya yang sekarang berada di genggaman penulis, adalah karya terakhir Shamirah. Qu ţrātun Min Ad-Dumū‘i atau tetesan air mata, dengan berbagai pertimbangan diganti judulnya menjadi “Musafir Cinta”. Karya ini mengisahkan perjuangan seorang gadis belia yang mengalami tekanan batin yang begitu luar biasa, hingga membuatnya menjadi bisu. Namun ia tidak menyerah, justru dengan kondisi itu Dzikra, nama gadis itu, mencoba tegar dan terus berkarya. Ia mempunyai tekad untuk melawan ketidakpedulian masyarakat dengan karya-karyanya.

3.3. Analisis Tema dalam Novel

عﻮ ﺪﻟا ﻦ تاﺮ Qu ţrātun Min Ad- Dumū‘i Tema dalam sebuah karya sastra, fiksi, hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah kemenyeluruhan. Bahkan sebenarnya eksistensi tema itu sendiri amat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Hal itu disebabkan tema, yang notabene “hanya” berupa makna atau gagasan dasar umum suatu cerita, tak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Dengan demikian, sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Tema sebuah cerita tak mungkin disampaikan secara langsung, melainkan “hanya” secara implisit melalui cerita. Unsur-unsur cerita yang lain, khususnya yang oleh Stanton dikelompokkan sebagai fakta cerita-tokoh, plot, latar-yang bertugas mendukung dan menyampaikan tema tersebut. Di pihak lain, unsur-unsur tokoh, plot, latar dan cerita dimungkinkan menjadi padu dan bermakna jika diikat oleh sebuah tema. Tema bersifat memberi koherensi dan makna terhadap keempat unsur tersebut dan juga berbagai unsur fiksi yang lain. Tokoh-tokoh cerita, khususnya tokoh utama, adalah pembawa dan pelaku cerita, pembuat, pelaku, dan penderita peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dengan demikian, sebenarnya tokoh-tokoh utama cerita inilah yang “bertugas” atau tepatnya “ditugasi” untuk menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh pengarang. Universitas Sumatera Utara Plot, di pihak lain berkaitan erat dengan tokoh cerita. Plot pada hakikatnya adalah apa yang dilakukan oleh tokoh dan peristiwa apa yang terjadi dan dialami tokoh Kenny, 1966:95 dalam Nurgiyantoro 1995:75. Latar merupakan tempat, saat, dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenai sesuatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berpikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema. Kehadiran berbagai unsur intrinsik dalam karya fiksi dimaksudkan untuk membangun cerita. Jadi, sama halnya dengan tema, eksistensi cerita pun tergantung kehadiran unsur-unsur lain yang mendukungnya. Namun, tema tidak sama dengan cerita. Tema merupakan dasar umum cerita, dan cerita disusun dan dikembangkan berdasarkan tema. Tema “mengikat” pengembangan cerita. Karena tema adalah kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema, terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur signifikan yang membangun cerita, menyimpulkan makna yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa langkah untuk menentukan sebuah tema sebagai berikut secara cermat :

I. Memahami setting atau latar dalam prosa fiksi yang dibaca.