Syaikh Mahjub, adalah seorang laki-laki Badui yang usianya sudah tidak muda
lagi dan usianya terpaut dua puluh tahun dengan istrinya, Rukiyah. Akan tetapi, penampilannya masih meniratkan sisa-sisa kesehatan dan kegesitan. Walau sudah
berusia senja, tapi ia masih sanggup menanggung segala kebutuhan hidup keluarganya. Dia mempunyai sifat otoriter, yang selalu memaksakan kehendaknya
kepada orang lain baik kepada keluarganya sendiri. Dengan sifatnya yang kejam itu, dia telah membunuh istri dan keponakannya sendiri dan menyebabkan anaknya
menjadi cacat.
Ayah Ashim, adalah seseorang yang berasal dari keluarga kaya raya dan
terhormat, yang sangat menentang hubungan anaknya, Ashim dan Dzikra. Sifatnya suka merendahkan orang miskin seperti Dzikra.
III. Memahami satuan peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa
dalam prosa fiksi yang dibaca.
Dalam novel Qu ţrātun Min Ad-Dumū‘i terdapat enambelas bagian cerita yang
masing-masing bagian cerita memiliki tahapan-tahapan peristiwa dan pokok pikiran. Setelah penulis baca berulang-ulang, maka penulis dapat memahami peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam setiap bagian cerita, yang penulis rangkum sebagai berikut :
a. Bagian 1 : “Syaikh Mahjub”
Pada bagian ini, dijelaskan latar di mana keluarga Saikh Mahjub tinggal, dan bagaimana latar sosial masyarakat Badui. Di sini diperkenalkan beberapa tokoh
yaitu Syaikh Mahjub, Rukiyah, Dzikra dan Amir. Dalam bagian ini belum terjadi peristiwa-peristiwa yang berarti, hanya saja masing-masing tokoh sudah
memperkenalkan keberadaan mereka.
b. Bagian 2 : “Dzikra”
Pada bagian ini, dijelaskan bagaimana sosok Dzikra yang merupakan kebanggaan orang tuanya, terutama Syaikh Mahjub, di tengah-tengah masyarakat
Badui.
c. Bagian 3 : “Pernikahan”
Universitas Sumatera Utara
Pada bagian ini, dijelaskan beberapa peristiwa yang terjadi dengan terlebih dahulu menjelaskan latar daerah Kharaj yang akan didatangi oleh keluarga Syaikh
Mahjub. Selanjutnya dijelaskan bagaimana perjalanan mereka ke Kharaj, dan bagaimana tradisi Badui di sana dalam menyambut kebahagiaan. Tujuan
kedatangan mereka ke sana adalah untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat mereka. Ketika mereka pulang ternyata Syaikh Mahjub mengutarakan
keinginannya untuk menjodohkan putrinya itu dengan Amir, tetapi tidak disetujui oleh istrinya, karena Dzikra masih terlalu kecil untuk menikah, sehingga terjadi
pertengkaran kecil antara Syaikh Mahjub dan Rukiyah.
d. Bagian 4 : “Panah Asmara”
Pada bagian ini, peristiwa-peristiwa yang terjadi bisa saja sangat mengejutkan. Di sini telah terjadi hubungan perasaan yang pada saat itu membuat mereka tidak
menyadarinya antara Amir dan Rukiyah. Perasaan itu terjadi begitu cepat, dan perasaan itu adalah ‘cinta’. Syaikh Mahjub juga mengutarakan rencananya itu
kepada Amir untuk menjodohkannya dengan Dzikra, akan tetapi tetap ditolak oleh Amir. Pada saat itu Rukiyah dan Amir hanya dapat memendam perasaan
mereka masing-masing.
e. Bagian 5 : “Derita Jiwa”
Pada bagian ini, hubungan yang terjalin antara Rukiyah dan Amir tidak diketahui oleh orang lain selain Tuhan. Mereka merasakan penderitaan jiwa yang
teramat dalam karena mereka benar-benar telah dimabuk cinta yang tidak akan mungkin dapat membuat mereka bersatu. Rukiyah tidak dapat menahan
kesedihannya, sampai pada suatu hari kesedihannya itu diketahui oleh Dzikra. Dia merasakan bahwa jiwa ibunya sedang menderita. Rukiyah dan Amir hanya bisa
merenung dan berkhayal tentang nasib kisah cinta mereka. Pada saat itu ternyata Syaikh Mahjub memperhatikan tingkah laku Amir yang aneh dan tetap ingin
menikahkan Amir dengan putrinya. Tetapi Amir tidak mau. Di sinilah awal terjadinya konflik antara Syaikh Mahjub dan Amir, sehingga Amir diusir oleh
Syaikh Mahjub.
f. Bagian 6 : “Korban”