menyangkut keamanan rumah. Selain itu lubang angin yang ada pada rumah responden kebanyakan ditutup dengan menggunakan plastik ataupun kayu
sehingga tidak berfungsi sebagai ventilasi. Penyakit TB Paru ini erat kaitannya dengan ventilasi karena ventilasi rumah
yang baik yaitu minimal 10 dari luas lantai memungkinkan adanya pergantian udara agar tetap terjaga sirkulasinya, sehingga dapat mengurangi kemungkinan
penularan penyakit pada orang lain seiring dengan menurunnya konsentrasi kuman yang ada di dalam rumah. Rumah dengan luas ventilasi yang tidak baik
akan menyebabkan kuman selalu dalam konsentrasi tinggi sehingga kondisi ini akan memperbesar kemungkinan penularan terhadap orang lain Supriyono,
2002. Menurut penelitian Adnani dan Mahastuti 2006, bahwa ventilasi
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit TBC Paru, resiko untuk menderita TBC Paru 5 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang
ventilasinya tidak memenuhi syarat kesehatan. Ventilasi yang tidak baik dapat menyebabkan udara tidak nyaman
kepengapan, bronchitis, asma kambuh, masuk angin dan udara kotor penularan penyakit saluran pernafasan, dan ventilasi yang baik harus memenuhi persyaratan
agar udara yang masuk tidak terlalu deras atau terlalu sedikit, luas ventilasi minimal 10 dari luas lantai. Untuk luas lubang ventilasi tetap minimum 10
dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi yang tidak tetap dapat dibuka dan ditutup 10 dari luas lantai Depkes RI, 1999.
5.1.3 Lantai
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan pada kondisi lantai karena rata-rata rumah responden di lokasi
penelitian baik untuk kasus dan kontrol memiliki jenis lantai yang kedap air. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobing 2011 tentang
Pengaruh Prilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Sanitasi terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru, yang menyatakan tidak ada hubungan antara kondisi
jenis lantai dengan penularan TB Paru.. Menurut KepMenkes RI No.829MenkesSKVII1999, jenis lantai yang
memenuhi syarat kesehatan adalah yang kedap air dan mudah dibersihkan, seperti jenis lantai yang terbuat dari plester, ubin, semen, porselen atau keramik,
sedangkan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah tidak kedap air seperti jenis lantai tanah, papan, dan lontar. Jenis lantai papan atau panggung
dapat menyebabkan kenaikan kelembaban rumah karena papan bukan bahan kedap air dan pengaruh kelembaban tanah. Untuk mencegah terjadinya
kelembaban pada rumah dengan jenis lantai papan, perlu dilapisi dengan tikar karet yang berfungsi sebagai alas kedap air sehingga mampu melindungi dari
rembesan air dan kelembaban. Konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering serta harus dapat
menghindari naiknya tanah yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembaban dalam ruangan. Suatu ruangan yang lembab dapat dijadikan tempat hidup dan
perkembangbiakan bakteri dan vektor penyakit. Oleh sebab itulah jenis lantai tidak kedap air merupakan salah satu faktor risiko kejadian TB Paru karena
Universitas Sumatera Utara
bakteri penyebab TB dapat bertahan hidup di tempat yang lembab Widoyono,2011.
5.1.4 Pencahayaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada kelompok kasus memiliki jumlah ventilasi yang tidak memenuhi syarat dibandingkan kelompok kontrol,
diperkirakan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat berisiko terkena TB Paru 3,28 kali lebih besar dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan
yang memenuhi syarat. Berdasarkan hasil pengamatan pada rumah responden, sistem pencahayaaan
dirumah reponden kontrol mempunyai jendela untuk memasukkan cahaya matahari kedalam rumah, sistem sirkulasi udara atau ventilasi pada responden
kontrol juga baik yaitu menggunakan jendela pada sisi depan rumah sebagai jalan keluar masuknya aliran udara.
Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk membunuh bakteri Azwar, 2007. Hal ini dibuktikan oleh Robert
Koch 1843-1910, dari hasil penelitiannya Robert Koch menyimpulkan sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit tuberkulosis paru,
dengan mengusahakan masuknya sinar matahari . Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musadad 2001
dari penelitian tersebut di dapatkan bahwa kondisi pencahayaan yang kurang baik mempunyai risiko terkena tuberkulosis paru bila dibandingkan dengan rumah
yang dimasuki cahaya matahari.
Universitas Sumatera Utara
Rumah yang memenuhi syarat kesehatan memerlukan cahaya yang cukup khususnya cahaya alami berupa cahaya matahari UV. Pencahayaan alami
ruangan di rumah adalah penerangan yang bersumber dari sinar matahari yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari alamiah,
misalnya melalui jendela atau genting kaca. Kondisi pencahayaan yang kurang disebabkan karena kurangnya ventilasi
yang ada pada rumah responden seperti jendela, pintu dan lubang angin sehingga sinar matahari tidak dapat langsung masuk ke dalam rumah. Beberapa rumah yang
memiliki jendela tetapi tidak pernah di buka sehubungan dengan keamanan rumah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah membuka pintu dan jendela setiap
pagi bagi rumah yang ada jendelanya sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah dan jika mungkin disarankan untuk membuat ventilasi seperti
jendela, pintu ataupun lubang angin dirumah dengan minimal ukuran 10 dari luas lantai.
5.1.5 Kepadatan Hunian