Komposisi Karet Alam Kesimpulan dan Saran 32

yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap lenturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak degraser, pelarut, pelumas sintesis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.

2.4.. Komposisi Karet Alam

Karet padat maupun lateks pekat yang diperoleh dari pohon karet sebagai getah susu lateks, mengandung komposisi sebagai berikut : Karet 36 Air 59 Protein 2 Gula 1,5 Resin zat-zat bersifat damar 1 Debu 0,5 Tabel 1. Komposisi Karet Lateks kebun segar cairan warna putih kekuning-kuningan adalah larutan kolodial yang merupakan sistem dispersi butir-butir karet dan zat non karet dalam media bersifat cair yakni serum. Zat-zat non karet seperti : - Protein - Karbohidrat Universitas Sumatera Utara - Garam-garam organik dan zat anorganik Lateks merupakan sistem dua phase yang terdiri dari discontibueous phase butir-butir karetnya, dan continueous phase non karet dan serum, lateks kebun segar terdiri dari tiga phase utama yaitu : Fraksi karet Faksi Frey Wyssling Fraksi serum Fraksi bawah Gambar 1 . Fraksi lateks setelah dipusingkan 2.4.1. Fraksi karet butir-butir karet - Strukturnya C 5 H 8 n = poli isoprena - 1 ml lateks = ± 10 13 butir - Ukuran = 0,2 – 3 mikron µ Pada karet tua kebanyakan ukuran 0,2 – 3 µ ukuran butiran karet yang lebih besar terdapat pada yang disadap setelah cukup lama. Bentuk partikel umumnya bulat, namun ada juga yang lonjong dan ada yang hampir berekor seperti pada karet tua. 2.4.2. Fraksi frey wyssling fraksi kuning Ukuran 3µ sampai 8 µ yang berbentuk bulat serta mempunyai berat jenis lebih besar dari butir karet. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning kemerahan. Universitas Sumatera Utara 2.4. 3. Fraksi dasar bottom fraktion Fraksi dasar ini sering disebut butiran koloid, yang berbentuk bulat dengan ukuran 2 – 10 µ. Jumlah partikel 10 – 20 dari volume lateks. Fraksi dasar merupakan kapsul yang mengandung senyawa nitorgen gelatin yang diselubungi membran semi permiabel. Fraksi serum adalah suatu fraksi kecil yang dipisahkan dengan centrifuge alat pemusing dengan kecepatan 2000 rpm. Ketiga fraksi karet tersebut adalah fraksi frey wyssling dan fraksi dasar partikelnya terdispersi dalam fraksi serum yang mengandung zat non karet seperti karbohidrat dan phosfat yang terionisasi 2.5. Spesifikasi Karet Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya sebagaian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi misalnya ban kendaraan, karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi perkebunan lainnya. Karet spesifikasi teknis TSR yang dikenal dengan istilah “crumb rubber” mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR Standard Malaysian Rubber dan SSR Singapure Specified Rubber. Sedangkan Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi jenis mutu berdasarkan SIR Standard Indonesia Rubber. Konsumen yang mula-mula menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu eksport karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh Universitas Sumatera Utara pasaran yang baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat adalah 54 dari konsumsi karet alam negara tersebut. Untuk lebih jelas dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut: Jenis mutu TSR-20 - 34,7 RSS-3 - 23,4 RSS-1 - 12,3 RSS-4 - 6,4 TSR-10 - 5,6 RSS-2 - 4,5 TSR-50 - 9,3 TSR = Technical Specified Rubber Crumb Rubber = karet remah 2.5.1. Proses pengolahan TSR Proses pengolahan TSR dapat dibagi dua yaitu proses pengolahan bahan baku lateks dan proses pengolahan bahan baku koagulum. Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih. Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan. Peremahanpencacahanpembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan. 2.5.2. Pengawasan mutu karet Universitas Sumatera Utara Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan No. 321KpVIII83 seperti pada tabel di bawah ini: Spesifikasi SIR- 5CV SIR- 5LV SIR-5L SIR-5 SIR-10 SIR-20 SIR-50 Kadar kotoran, maks 0,05 0,05 0,05 0,05 0,10 0,20 0,50 Kadar abu, maks 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50 Kadar zat menguap, maks 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 PRI, min 60 60 60 60 50 40 30 Po, min - - 30 30 30 30 30 Warna, angka komparator lovibond, maks - - 6 - - - - Viskositas mooney ML 1+4 100 C - - - - - - - Uji kemantapan viskositas satuan wallace, maks 8 8 - - - - - Ekstrak aseton, - 6-8 - - - - - Warna Lambang Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning Nitrogen, maks 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 Tabel 2. Skema SIR Keterangan: Tanda pengenal tingkatan CV – 50 45-55 Batas Viskositas Mooney ML 1+4’ 100 C CV – 60 55-65 CV – 70 65-75 LV – 50 45-55 Universitas Sumatera Utara Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standard mutu tapi mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik.

2.6. Plasticity Retention Index PRI

Dokumen yang terkait

Studi Pembuatan Termoplastik Elastomer Dari Polipropilena-Karet Sir 10 Dengan Penambahan Dikumil Peroksida Sebagai Inisiator Dan Divinil Benzena Sebagai Zat Pengikat Silang

4 46 76

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Penentuan Ammoniak Pada Limbah Cair Pengolahan Karet Remah Dengan Bahan Baku Lateks Pekat Dan Lump Mangkok Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

6 121 54

Analisis Konsistensi Mutu Crumb Rubber di Pabrik Karet PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate

17 61 75

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Analisa Kadar Kotoran (Dirt Content) Dan Kadar Abu (Ash Content) Pada Karet Remah Sir 20 Pt.Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Tbk Dolok Melangir – Serbelawan

22 182 63

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83