yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap lenturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam
tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti
bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak degraser, pelarut, pelumas sintesis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk
produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan dan
produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.
2.4.. Komposisi Karet Alam
Karet padat maupun lateks pekat yang diperoleh dari pohon karet sebagai getah susu lateks, mengandung komposisi sebagai berikut :
Karet 36
Air 59
Protein 2
Gula 1,5
Resin zat-zat bersifat damar 1
Debu 0,5
Tabel 1. Komposisi Karet Lateks kebun segar cairan warna putih kekuning-kuningan adalah larutan kolodial
yang merupakan sistem dispersi butir-butir karet dan zat non karet dalam media bersifat cair yakni serum. Zat-zat non karet seperti :
- Protein
- Karbohidrat
Universitas Sumatera Utara
- Garam-garam organik dan zat anorganik
Lateks merupakan sistem dua phase yang terdiri dari discontibueous phase butir-butir karetnya, dan continueous phase non karet dan serum, lateks kebun
segar terdiri dari tiga phase utama yaitu :
Fraksi karet Faksi Frey Wyssling
Fraksi serum Fraksi bawah
Gambar 1 . Fraksi lateks setelah dipusingkan 2.4.1. Fraksi karet butir-butir karet
- Strukturnya C
5
H
8 n
= poli isoprena - 1 ml lateks
= ± 10
13
butir - Ukuran
= 0,2 – 3 mikron µ
Pada karet tua kebanyakan ukuran 0,2 – 3 µ ukuran butiran karet yang lebih besar terdapat pada yang disadap setelah cukup lama. Bentuk partikel umumnya bulat,
namun ada juga yang lonjong dan ada yang hampir berekor seperti pada karet tua.
2.4.2. Fraksi frey wyssling fraksi kuning
Ukuran 3µ sampai 8 µ yang berbentuk bulat serta mempunyai berat jenis lebih besar dari butir karet. Fraksi frey wyssling ini berwarna kuning kemerahan.
Universitas Sumatera Utara
2.4. 3. Fraksi dasar bottom fraktion
Fraksi dasar ini sering disebut butiran koloid, yang berbentuk bulat dengan ukuran 2 – 10 µ. Jumlah partikel 10 – 20 dari volume lateks. Fraksi dasar
merupakan kapsul yang mengandung senyawa nitorgen gelatin yang diselubungi membran semi permiabel.
Fraksi serum adalah suatu fraksi kecil yang dipisahkan dengan centrifuge alat pemusing dengan kecepatan 2000 rpm. Ketiga fraksi karet tersebut adalah fraksi frey
wyssling dan fraksi dasar partikelnya terdispersi dalam fraksi serum yang mengandung zat non karet seperti karbohidrat dan phosfat yang terionisasi
2.5. Spesifikasi Karet
Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya sebagaian besar
adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi misalnya ban kendaraan, karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses
dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi perkebunan lainnya.
Karet spesifikasi teknis TSR yang dikenal dengan istilah “crumb rubber” mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan
bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR Standard Malaysian Rubber dan SSR Singapure Specified Rubber. Sedangkan
Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi jenis mutu berdasarkan SIR Standard Indonesia Rubber. Konsumen yang mula-mula
menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu eksport karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pasaran yang baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat adalah 54 dari konsumsi karet alam negara tersebut.
Untuk lebih jelas dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut:
Jenis mutu TSR-20
- 34,7
RSS-3 -
23,4 RSS-1
- 12,3
RSS-4 -
6,4 TSR-10
- 5,6
RSS-2 -
4,5 TSR-50
- 9,3
TSR = Technical Specified Rubber Crumb Rubber = karet remah
2.5.1. Proses pengolahan TSR Proses pengolahan TSR dapat dibagi dua yaitu proses pengolahan bahan baku
lateks dan proses pengolahan bahan baku koagulum. Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan baku yaitu bahan baku kotor dan bahan
baku bersih. Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan.
Peremahanpencacahanpembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan. 2.5.2. Pengawasan mutu karet
Universitas Sumatera Utara
Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan No. 321KpVIII83 seperti pada
tabel di bawah ini:
Spesifikasi SIR-
5CV SIR-
5LV SIR-5L SIR-5
SIR-10 SIR-20 SIR-50 Kadar kotoran,
maks 0,05
0,05 0,05
0,05 0,10
0,20 0,50
Kadar abu, maks
0,50 0,50
0,50 0,50
0,75 1,00
1,50 Kadar zat
menguap, maks 0,8
0,8 0,8
0,8 0,8
0,8 0,8
PRI, min 60
60 60
60 50
40 30
Po, min -
- 30
30 30
30 30
Warna, angka komparator
lovibond, maks -
- 6
- -
- -
Viskositas mooney ML
1+4 100 C
- -
- -
- -
-
Uji kemantapan
viskositas satuan
wallace, maks 8
8 -
- -
- -
Ekstrak aseton, -
6-8 -
- -
- -
Warna Lambang
Hijau Hijau
Hijau Hijau
Coklat Merah Kuning
Nitrogen, maks
0,6 0,6
0,6 0,6
0,6 0,6
0,6 Tabel 2. Skema SIR
Keterangan: Tanda pengenal tingkatan
CV – 50 45-55
Batas Viskositas Mooney ML 1+4’ 100
C
CV – 60 55-65
CV – 70 65-75
LV – 50 45-55
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standard mutu tapi mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang
jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik.
2.6. Plasticity Retention Index PRI