sekarang beralih kepada KPUD. Hal ini semua didasarkan pada pertimbangan demi menjaga independensi KPUD dalam penyelenggaraan Pilkada, dan kemungkinan
adanya intervensi dari pihak DPRD.
C. Tahap Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah PILKADA
Dalam rangka mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, sesuai tuntutan reformasi dan amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, bahwa Provinsi, Kabupaten dan Kota merupakan daerah otonom, maka kini sudah saatnya untuk mengemban sistem pemilihan kepala daerah secara langsung dan
mulai menerapkan. Upaya ini menjadi lebih mendesak karena tuntutan dari berbagai daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung menjadi
semakin gencar.
34
Undang-undang ini menganut sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dengan memilih calon secara berpasangan. Calon di usulkan
oleh partai politik atau gabungan partai politik. Asas yang digunakan dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sama dengan asas pemilu
35
sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang
34
Agung Djojosoekarto, Rudi Hauter, “Pemilihan Langsung Kepala Daerah: Transformasi menuju Demokrasi Lokal
”, Kerjasama Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia dan Koniad Adenauer Stiftung, h. 6.
35
Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
, h. 56.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yaitu asas langsung, umum, bebas dan rahasia luber, serta jujur dan adil jurdil.
Sebagai penyelenggara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, undang-undang ini menugaskan KPUD di masing-masing daerah. KPUD yang
dimaksud dalam hal ini adalah KPUD sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003. Dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah, KPUD bertanggung jawab kepada DPRD yang bersangkutan. Namun, secara organisatoris KPUD tetap bertanggung jawab
kepada KPU pusat. Walaupun tidak diatur dalam undang-undang ini, secara organisatoris KPU tetap dapat melakukan tugas-tugas koordinasi dan supervisi
terhadap KPUD dan demikian juga KPUD provinsi terhadap KPUD KabupatenKota, dalam pemilihan BupatiWalikota.
Pemilihan Kepala Daerah pilkada Depok yang di selenggarakan pada Juni 2005 dengan jumlah pemilih sebanyak 908.890 jiwa, telah melahirkan sejumlah
keputusan kontroversial. Tidak konsistennya pemerintah pusat melalui Pengadilan Tinggi PT hingga Mahkamah Agung MA dalam menentukan Walikota terpilih
membuat daerah pemukiman ini menjadi sorotan dari berbagai pihak, tetapi, justru hal inilah yang membuat pilkada Depok memiliki daya tarik tersendiri jika di
bandingkan dengan pemilihan Kepala Daerah pilkada di daerah-daerah lain. Keseriusan pemerintah pusat dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
Pilkada, diwujudkan dengan membentuk desk Pilkada di Departemen Dalam Negeri.
36
Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pilkada langsung tersebut, sekurang- kurangnya ada dua hal besar yang harus dilihat sebagai konteks. Pertama, bahwa
lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, khususnya yang menyangkut Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
telah melahirkan kontroversi yang cukup serius. Banyak yang menilai bahwa berbagai ketentuan tentang penyelenggaraan Pilkada langsung tersebut kurang
didukung oleh kerangka berpikir yang tepat. Buntutnya adalah pengajuan judicial review
oleh beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Peduli Pemilu dan beberapa KPU Provinsi. Tentu berbagai kontroversi ini akan mempengaruhi kesiapan
KPU Daerah
dan juga
pihak-pihak lainnya
di dalam
persiapan penyelenggaraannya.
37
Hal yang pertama adalah konstruksi kewenangan penyelenggaraan. Berbeda dengan pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang memposisikan
Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri- sebagai pemegang mandat tunggal penyelenggaraan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah membagi kewenangan penyelenggaraan pilkada
36
Desk pilkada memiliki peran signifikan dalam upaya mengambil langkah-langkah dan antisipasi mengenai keadaan pemerintah, keamanan, serta memberikan fasilitasi pada setiap tahap
penyelenggaraan pilkada agar dalam pelaksanaannya berjalan tertib, aman, dan terkendali.
37
http:www.suaramerdeka.comharian, “ Antisipasi masalah dalam Pilkada, Perlu perincian kewenangan penyelenggara
”, diakses pada Agustus 2009.
kepada tiga institusi, yakni pemerintah, KPUD dan DPRD, dengan porsi masing- masing yang diatur oleh UU.
Proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah PILKADA di laksanakan dalam 2 dua tahap, yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
38
1. Tahap Persiapan
Persiapan pemilihan merupakan proses awal dalam pemilihan kepala daerah sebelum pelaksanaan pemilihan itu sendiri dilaksanakan. Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah tidak mengatur mengenai masa persiapan proses pemilihan kepala daerah. Namun, hal tersebut diatur secara rinci dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang pemilihan kepala daerah, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah.
Dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005, di sebutkan bahwa masa persiapan pemilihan kepala daerah, meliputi;
39
a. Pemberitahuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD kepada Kepala Daerah mengenai berakhirnya masa jabatan;
b. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah;
38
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 65 ayat 1.
39
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Pasal 2.
c. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah;
d. Pembentukan kepanitiaan pengawas, PPK dan KPPS; e. Pembentukan dan pendaftaran pemantau oleh KPUD.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini meliputi 5 lima kegiatan, yang masing-masing merupakan satu rangkaian yang saling terkait, meliputi;
40
a. Penetapan Daftar Pemilih
Warga negara yang berhak memilih dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah sudah berumur tujuh belas tahun atau sudah pernah menikah. Dalam undang-undang ini tidak dijelaskan, warga negara
Indonesia yang mana yang berhak yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. kemungkinan pertama adalah warga negara
Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk memiliki kartu tanda penduduk di daerah yang bersangkutan.
Secara prosedural, untuk dapat terdaftar sebagai pemilih, seseorang setidak- tidaknya harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
41
40
Ibid., Pasal 65 ayat 3.
41
Lihat pasal 68-69 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 jo pasal 15-16 Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2005 jo Pasal 2 dan 3 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota
1. Orang yang bersangkutan merupakan Warga Negara Indonesia WNI; 2. Menjadi penduduk kota Depok yang pada hari dan tanggal pemungutan
suara pemilihan telah berumur 17 tujuh belas tahun atau sudah menikah; 3. Secara nyata tidak sedang terganggu jiwa atau ingatannya;
4. Tidak di cabut hak pilihnya berdsarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
5. Berdomisili di daerah pemilihan, yakni wilayah kota Depok, sekurang- kurangnya enam bulan sebelum di tetapkannya daftar pemilih sementara
DPS yang di buktikan dengan Kartu Tanda Penduduk KTP atau bukti identitas kependudukan lainnya yang sah.
Untuk dapat menggunakan hak pilih, seorang Warga Negara Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat didaftar
sebagai pemilih adalah keadaan fisiknya harus dalam keadaan sadar atau tidak sedang terganggu jiwa, tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh hukum tetap. Seorang warga negara Indonesia yang telah terdaftar dalam daftar pemilih, kemudian kemudian ternyata tidak lagi memenuhi
kedua syarat tersebut, maka tidak dapat menggunakan hak pilihnya.
b. Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah
Dalam proses pendaftaran pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, daftar pemilih pada saat pelaksanaan pemilihan terakhir di daerah,
Depok Nomor 2 Tahun 2005 tentang tata cara pelaksanaan pendaftaran pemilih dalam rangka Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala Daerah kota Depok Tahun 2005.
digunakan sebagai daftar pemilih untuk pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Seorang pemilih hanya di daftar satu kali dalam daftar pemilih. Pemilih yang
mempunyai satu tempat tinggal harus menentukan salah satu di antaranya untuk di tetapkan sebagai tempat tinggal yang di cantumkan dalam daftar pemilih. Sebagai
tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih, pemilih diberikan tanda bukti pendaftaran, kemudian di tukarkan dengan kartu pemilih.
42
Adapun mengenai penetapan pasangan calon kepala daerah, partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu, yang tidak memiliki kursi di DPRD dapat
mengusulkan pasangan calon kepala daerah dalam Pilkada. Partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mengusulkan pasangan calon kepala daerah dan
wakil kepala daerah, yaitu harus memenuhi syarat; memiliki sekurang-kurangnya telah memperoleh lima belas persen kursi di DPRD, atau memiliki lima belas persen
akumulasi perolehan suara sah dalam daerah pemilihan yang bersangkutan. Idealnya proses pencalonan dilakukan melalui sistem dua pintu. Pintu pertama
melalui partai politik, sedangkan pintu kedua melalui usulan dari masyarakat. Pasangan calon yang diusulkan oleh masyarakat ini, umpamanya disyaratkan harus
mendapat dukungan minimal satu persen dari jumlah pemilih terdaftar. Adapun
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, Cetakan pertama, h. 66.
syarat-syarat untuk dapat diusulkan sebagai calon kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat:
43
1. Bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan setia kepada Pancasila;
2. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau
sederajat; 3.
Berusia sekurang-kurangnya tiga puluh tahun; 4.
Sehat jasmani dan rohani berdasarkan pemeriksaan dari tim dokter; 5.
Tidak pernah di jatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan; 6.
Memiliki hak pilihnya dan mengenal daerahnya serta telah di kenal oleh masyarakat;
7. Menyerahkan daftar riwayat hidup secara lengkap;
8. Belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah
selama dua kali masa jabatan yang sama; 9.
Tidak dalam status sebagai pejabat kepala daerah. Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD dalam melakukan penelitian
terhadap persyaratan administrasi para calon, maka perlu melakukan klarifikasi kepada instansi pemerintah yang berwenang dan menerima masukan dari
masyarakat.
44
Hasil penelitian tersebut dalam jangka waktu paling lama tujuh hari, terhitung sejak tanggal penutupan pendaftaran, diberitahukan secara tertulis kepada
43
Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
, h. 70.
44
ibid, h. 74.
pimpinan partai politik yang mengusulkan calon bersangkutan. Apabila pasangan calon, berdasarkan berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan KPUD ternyata
belum memenuhi syarat, maka partai politik diberi kesempatan buat melengkapi atau memperbaiki surat percalonan, beserta persyaratan pasangan calon, maka paling
lambat tujuh hari sejak saat pemberitahuan hasil penelitian tersebut paling lambat tujuh hari kepada pimpinan partai politik yang mengusulkan.
Pasangan calon yang sudah ditetapkan oleh KPUD di umumkan secara luas paling lambat tujuh hari sejak selesainya penelitian. Kemudian dilakukan undian
secara terbuka, dalam arti wajib dihadiri oleh pasangan calon, wakil partai politik, pers dan wakil masyarakat, terhadap pasangan calon yang sudah ditetapkan atau di
umumkan untuk menentukan nomor urut pasangan calon. Berdasarkan ketentuan pasal 61 ayat 4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, penetapan dan pengumuman pasangan calon oleh KPUD bersifat final dan mengikat. Dalam hal ini berarti tidak ada lagi upaya, baik secara politis maupun
secara hukum yang dapat dilakukan untuk membatalkan penetapan pasangan calon tersebut.
c. Kampanye Kampanye adalah merupakan suatu kegiatan yang di laksanakan dalam rangka
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Kampanye di lakukan selama empat belas hari dan harus telah berakhir pada saat memasuki masa
tenang, yaitu tiga hari menjelang pemungutan suara di laksanakan.
Kampanye di selenggarakan oleh tim kampanye yang dibentuk oleh pasangan calon bersama-sama partai politik yang mengusulkan pasangan calon. Tim kampanye
harus di daftarkan kepada KPUD, bersamaan dengan pendaftaran pasangan calon. Kampanye di lakukan secara bersama-sama atau secra terpisah oleh pasangan calon
atau tim kampanye. Penanggung jawab kampanye adalah pasangan calon, dan dalam pelaksanaannya pertanggung jawaban dilakukan oleh tim kampanye.
Bentuk kampanye sering dikategorikan antara monologis dan dialogis. Kampanye monologis di identifikasikan sebagai paradigma lama dan dialogis sebagai
paradigma baru suatu kampanye. Bentuk-bentuk kampanye monologis dalam pemilihan kepala daerah cukup dominan.
45
Adapun bentuk kampanye dialogis adalah berupa tatap muka dan dialog serta debat publik atau debat terbuka antar calon.
46
Kampanye dalam komunikasi politik adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dalam bentuk citra tentang seseorang atau kebijakan
publik tertentu yang disampaikan dengan tujuan untuk mempengaruhi calon pemilih untuk mendukung kandidat atau kebijakan tertentu tersebut.
47
Dalam kegiatan kampanye pasangan calon wajib menyampaikan visi, misi, dan program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat. Penyampaian materi
45
Bentuk-bentuk kampanye monologis adalah pertemuan yang sifatnya terbatas, penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, penyiaran melalui radio dan televisi, penyebaran bahan
kampanye kepada umum dan rapat umum.
46
Lihat Pasal 76 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Kampanye dialogis ini adalah seperti kampanye yang sekarang diterapkan dalam pemilihan Presiden
2009-20014.
47
Effendi Gazali, “ Strategis Kampanye PILKADA”, Jakarta: Jurnal Pamong Praja, 2005, ed. 3., h. 79-79.
kampanye di lakukan dengan cara yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif. Untuk penyusunan bahan kampanye, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah berhak
mendapatkan informasi atau data dari Pemerintah Daerah, sesuai ketentuan perundang-undangan.
Selama masa kampanye,
48
Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD membentuk tim monitoring kegiatan-kegiatan kampanye, yang terdiri atas dua orang
pegawai sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD untuk masing-masing pasangan calon yang diterjunkan ke lapangan dan memantau langsung jalannya
kegiatan kampanye oleh kontestan pilkada. Namun, praktek yang terjadi di lapangan, para petugas monitoring tersebut cenderung hanya memenuhi kewajiban minimal
mereka dengan mengisi form kosong yang di isi sekadarnya dan pengamatan yang di lakukan tidak secara penuh dan menyeluruh. Dengan di isinya form kosong tersebut,
petugas monitoring kembali ke kantor atau ke tempat lain. Hal ini berakibat pada pengisian form laporan monitoring kegiatan kampanye menggunakan laporan
berulang jiplakan.
49
d. Pemungutan dan Perhitungan Suara
Tahapan yang paling menetukan dalam proses pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, adalah tahapan pemungutan suara. Pemungutan suara dilakukan
48
Kampanye pemilihan walikota dan wakil walikota Depok adalah kegiatan dalam rangka meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program yang di lakukan dengan cara
yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif atau mendidik. Lihat lampiran peraturan KPUD kota Depok No.8 Tahun 2005 tentang petunjuk teknis pelaksanaan kampanye dalam rangka pemilihan walikota
dan wakil walikota Depok Tahun 2005.
49
Lihat, Bundel laporan kegiatan kampanye hasil monitoring pegawai sekretariat KPUD Kota Depok.
paling lambat satu bulan sebelum masa jabatan kepala daerah berakhir. Pemungutan suara di laksanakan pada hari libur atau hari yang di liburkan, pemungutan suara di
lakukan dengan cara memberikan melalui surat suara, yeng berisi nomor urut, foto, dan nama pasangan calon. Jumlah surat suara dicetak sama dengan jumlah pemilih di
tambah 2.5 dari jumlah pemilih.
50
Kejelasan status pemilih tergantung kondisi terdaftarnya ia dalam daftar pemilih yang dalam kegiatan pemungutan suara menggunakan kartu pemilih selaku instrumen
penunjuk identitas. Dapat dipahami bahwa kata putus mengenai sah atau tidaknya seorang warga yang memiliki hak pilih dalam kegiatan pemungutan suara ,
tergantung muatan dalam daftar pemilihan umum, bukan di sertakan atau tidaknya kartu pemilih yang berperan sebagai instrumen, terlebih Pasal 34 ayat 2 tidak
menyebutkan sanksi atau implikasi lain atas kelalaian dalam pelaksanaannya. Pada hari dan tanggal pemungutan suara, Komisi Pemilihan Umum Daerah
KPUD melakukan pembagian tugas yang di laksnakan para anggota KPUD dan pegawai sekretarian KPUD secara internal dan eksternal. Pembagian tugas internal
dengan komposisi personalia tertentu meliputi penyiapan ruang media center beserta halaman kantor sekreteriat KPUD, dan publikasi hasil perhitungan sementara dengan
menggunakan teknologi informasi yang ada. Publikasi di dalam ruang media center menggunakan proyektor LCD yang tampilan gambarnya di arahkan ke salah satu
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, Cetakan pertama, h. 84.
dinding ruang dinding dalam hal ini berfungsi sebagai pengganti layar yang di peruntukan bagi para tamu Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD.
Sementara bagi masyarakat umum, yang hendak mengikuti jalannya perkembangan perhitungan suara disegenap tempat perhitungan suara secara real time
dapat menyaksikannya melalui layar televisi di halaman kantor sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah yang telah di sambungkan ke komputer pengolahan hasil
perhitungan suara. Proses pemungutan suara pada pemilihgan kepala daerah kota Depok cukup
menarik perhatian dari berbagai kalangan. Beberapa pejabat yang terlihat adalah sekretaris jenderal Departemen Dalam Negeri progo Nurjaman yang di dampingi oleh
Gubernur Jawa Barat Dani Setiawan, serta anggota komisi II DPR RI Ferry Mursidan Baldan, di tempat lain, ada pula rombongan peninjau lain yang terdiri dari anggota
KPU Pusat Chusnul Mariyah, serta para anggota KPUD Banjar, Jepara, Sukabumi, Indramayu, Bandung, dan kabupaten Subang.
51
Apabila ada pemilih tuna netra, tuna daksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat pemberian suara, maka dapat di bantu petugas Kelompok
Pelaksanaan Pemungutan Suara KPPS atau orang lain atas permintaan pemilih yang bersangkutan. Petugas KPPS atau orang lain yang membantu pemilih wajib
merahasiakan pilihan pemilih yang di bantunya. Mengenai ketentuan pemberian
51
Dalam kunjungan ini hanya di sambut oleh ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok Dzulfadhli beserta staf dan sebagian pegawai sekretariatan KPUD, karena anggota KPUD yang
lain beserta sebagian pegawai sekretariat KPUD masih bertugas memonitoring terhadap pelaksanaan pemungutan suara di sejumlah titik wilayah pemilihan.
bantuan kepada pemilih, sebagaimana di maksud di atas, lebih lanjut akan di atur dalam Peraturan Pemerintah.
Perhitungan suara harus di lakukan dan di selesaikan di Tempat Pemungutan Suara TPS yang bersangkutan dan dapat dihadiri oleh sanksi pasangan calon,
panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat. Sanksi pasangan calon karus membawa surat mandat dari tim kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan
kepada ketua KPPS. Penghitungan suara pasca pemilihan kepala daerah di Kota Depok berangsur
kisruh, Pendukung salah satu calon wali kota mendesak Komisi Pemilihan Umum Depok dan Panitia Pemungutan Suara menghentikan proses penghitungan suara
tersebut. Meski KPU Depok harus melanjutkan proses penghitungan, para anggota Panitia Pemilihan Kecamatan PPK menghentikan penghitungan karena diintimidasi
sekelompok massa.
52
Guna mencegah terjadinya kecurangan dalam bentuk manipulasi angka perhitungan suara, perhitungan suara harus dilakukan dengan cara yang
memungkinkan saksi pasangan calon, panitia pengawas, pemantau dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan dengan jelas proses perhitungan suara.
Pasangan calon dan warga masyarakat melalui pasangan calon yang hadir, dapat mengajukan keberetan terhadap jalannya perhitungan suara oleh KPPS apabila
terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
52
http:www.prakarsa-rakyat.orgartikelpolitikartikel_cetak, “Perhitungan suara pilkada Depok kisruh” sumber: kompas, diakses pada 29 Juni 2009.
berlaku. Jika keberatan yang dilakukan oleh saksi pasangan calon atau warga masyarakat dapat di terima, maka KPPS seketika itu juga melakukan pembetulan.
Setelah selesai perhitungan suara, KPPS segera membuat berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara yang ditanda tangani oleh ketua KPPS, dan dapat
pula ikut ditanda tangani oleh para saksi pasangan calon. Kemudian satu eksamplar salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, di berikan kepada masing-
masing saksi pasangan calon dan satu eksemplar lagi di tempel ditempat umum yang bisa dilihat oleh warga masyarakat.
e. Penetapan Pasangan Calon, Pengesahan, dan Pelantikan
Berdasarkan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, KPU provinsi atau KPU kabupaten kota, melalui rapat pleno menetapkan calon terpilih dengan
ketentuan sebagai berikut; a. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang memperoleh
suara lebih dari 50 dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih;
b. Apabila tidak ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 50 dari jumlah suara sah, pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari
25 dari jumlah suara sah pasangan calon yang perolehan suaranya terbesar, di antara yang memperoleh suara 25, dinyatakan sebagai
pasangan calon terpilih;
c. Apabila terdapat lebih dari satu pasangan calon yang perolehan suaranya sama dan di atas 25 dari suara sah, penentuan pasangan calon terpilih di
lakukan berdasarkan wilayah perolehan suara yang lebih luas. Jika pasangan calon terpilih yang berhalangan tetap, partai politik yang
pasangan calonnya memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua di bawah pasangan calon terpilih, mengusulkan pasangan calon kepada DPRD untuk di pilih
menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari. Demikian juga halnya dalam pemilihan kepala daerah sebagai
pengganti wakil kepala daerah yang berhalangan tetap harus di lakukan selambat- lambatnya dalam waktu enam puluh hari.
Setelah pasangan calon terpilih di tetapkan oleh KPUD yang bersangkutan, di teruskan ke DPRD untuk selanjutnya di usulkan kepada presiden melalui menteri
dalam negeri bagi pasangan calon guberbur dan wakil gubernur dan kepada menteri dalam negeri melalui gubernur bagi pasangan calon bupati atau wali kota dan wakil
wali kota, untuk mendapatkan pengesahan dan pengangkatan. Sebelum memangku jabatan, kepala daerah dan wakil kepala daerah di lantik
dengan mengucapkan sumpah atau janji yang di pandu oleh pejabat yang melantik dengan sumpah atau janji sebagai berikut;
“Demi allah Tuhan saya bersumpah atau berjanji akan memenuhi kewajiban saya sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah dengan sebaik-baiknya dan
nseadil-adilnya, memegang teguh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya
dengan selurus-lurusnya, serta berbakti kepada masyarakat, nusa dan bangsa.”
Dalam pelaksanaan perhitungan suara dan rekapitulasi finalnya hasil penetapan pasangan calon oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD Kota Depok, telah
ada interupsi yang berasal dari tim pasangan calon Badrul Kamal dan Syihabuddin Ahmad yang dinyatakan kalah dan di tetepkan sebagai pemenang urutan kedua oleh
Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD tersebut mempersoalkan tiga hal berkenaan dengan perhitungan suara dan rekapitulasi yang telah dan tengah
berlangsung.
53
Pertama, rekapitulasi final terhadap perolehan suara yang tengah di laksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD Kota Depok menjurus pada statusnya
yang ilegal mengingat rekapitulasi yang telah di lakukan oleh Panitia Pemungutan Suara PPS dan Panitia pemilihan Kecamatan PPK se kota Depok dengan sujumlah
kecacatan di dalamnya. Kecacatan tersebut berkenaan dengan proses pemungutan suara.
Kedua , adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh tim kampanye
pasangan calon Nurmahmudi Ismail dan Yuyun Wirasaputra beserta pendukungnya merupakan catatan tersendiri sehingga menjadikan pasangan calon ini diragukan
legitimasinya dan tidak layak ditetapkan sebagai pemenang dalam rekapitulasi dengan perolehan suara dengan asumsi bahwa perolehan suaranya diwarnai
kecurangan dan tidak sah.
53
Keterangan ini di peroleh dari kesaksian H.M.T. Hutoyo Gunardi sebagai saksi dari KPUD Kota Depok dan saksi-saksi dari kubu Badrul kamal-Syihabuddin Ahmad; Lihat. Salinan Putusan
Pengadilan Tinggi PT Jawa Barat. Nomor 01PILKADA2005PT.Bdg., h. 25.
Ketiga, menganggap bahwa tidak selayaknya Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Depok membuat berita acara dan rapat pleno dalam pembuatan surat keputusan
SK yang berisi rekapitulasi akhir dan penetapan pasangan calon Walikota dan wakil Walikota terpilih tanpa melibatkan terlebih dulu pada pihak-pihak terkait, seperti
Panitia Pengawas pilkada panwasda kota Depok, DPRD kota Depok, dan KPUD Profinsi Jawa Barat.
Gubernur dan wakil gubernur dilantik oleh menteri dalam negeri atas nama presiden, sedangkan bupati atau wali kota dan wakil wali kota dilantik oleh gubernur
atas nama menteri dalam negeri. Pelantikan di maksud di laksanakan dalam rapat paripurna DPRD.
54
Tabel 1 Peroleha Suara Sah Para pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Depok
55
No. Urut
Nama Calon Walikota dan Wakil Walikota Depok
Jumlah Suara Final Prosentase
1. H. Abdul Wahab Abidin dan
M. Ilham Wijaya 32.461
6,13 2.
Drs. H. Harun Heryana dan Drs. H. Farkhan A.R
23.859 4,50
3. Drs. H. Badrul Kamal, M.M. dan
K.H. Syihabuddin Ahmad 206.781
39,03 4.
Drs. Yus Ruswandi dan H. M. Soetandi Dipowongso, S.H
43.096 6,44
5. Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan
Drs. H. Yuyun Wirasaputra 232.610
43,90 Sumber: SK KPUD Nomor18 Tahun 2005
56
Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung
, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, Cetakan pertama, h. 98.
55
Rincian Perolehan sah di setiap kecamatan dapat di lihat dalam lampiran tabel 1.1.
Melihat hasil tersebut, sedikitnya terdapat 40 empat puluh persen pemilih terdaftar yang tidak ikut memilih. Menurut Andrinof Chaniago pengamat politik dari
Universitas Indonesia UI, dengan persentase sebanyak itu, proses pilkada cenderung hanya sebagai tontonan publik saja. Warga Depok belum mampu memaknai pilkada
sebagai proses pembuatan kebijakan publik yang akan berpengaruh langsung kepada mereka sendiri.
57
Semua alur penyampaian hasil penetapan Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk kemudian dilaksanakan pelantikan terhadapnya, mengharuskan Komisi
Pemilihan Umum Daerah Kota Depok menempuh jalur melalui DPRD Kota Depok kepada menteri dalam negeri melalui Gubernur Jawa Barat.
58
Diikut sertakannya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Depok dalam jalur penyampaian hasil pilkada ini membuka peluang terhadap keputusan
penetapan Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD Kota Depok yang masih berlangsung di DPRD. Namun, terbitnya Surat Edaran Mentri Dalam Negeri SE
Mendagri yang menjelaskan mekanisme tersebut sedikit menepis kemungkinan tersebut.
Iberamsjah MS, SK KPUD No.18 tahun 2005, Pilkada Kota Depok Tahun 2005, Depok: Sekretariat Walikota Depok, 2006, h. 78.
57
Lihat http:www.kompas.com “Pilkada Depok dan sikap apatis”, diakses pada 8 November, 2006.
58
Pasal 99 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005. Lih. Pula ketentuan sebelumnya yang terkait dalam pasal 87 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005.
Akhirnya pada hari tanggal 16 Juli 2005 melalui Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Daerah SK KPUD Nomor 18 Tahun 2005, ditetapkan bahwa Dr.
Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra resmi menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok yang baru.
Setelah melalui perjalanan panjang, bahkan Mahkamah Agung MA dan Mahkamah Konstitusi MK sampai perlu untuk turun tangan dalam menyelesaikan
kasus ini, dan pada akhirnya Komisi Pemilihan Umum Daerah KPUD Depok yang resmi memenangkan Dr. Ir. H. Nurmahmudi Ismail dan Drs. H. Yuyun Wirasaputra
resmi di lantik menjadi Walikota dan Wakil Walikota Depok tepat tanggal 26 Januari 2006 dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyar Daerah DPRD Kota
Depok.
BAB II KPUD DEPOK DAN PROSES PEMILIHAN KEPALA DAERAH
A. Komisi Pemilihan Umum KPU dan Komisi Pemilihan Umum Derah KPUD