1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai negara dunia ketiga, yang secara riil memiliki kekayaan alam SDA yang sangat melimpah, dari pertambangan,
perikanan laut,hutan dan kandungan mineral, dll. Adapun berbagai jenis tambang yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti minyak bumi, gas
alam, emas, perak, timah, tembaga, dan batubara dan hasil tambang lainnya laut, sungai, mata air, lapangan, hutan belukar, padang gembalaan, dan masjid. Semua
itu tidak boleh bagi Khalifah mngalihkan kepemilikannya untuk siapapun, baik individu maupun kelompok. Karena semua itu milik seluruh masyarakat. Khalifah
mengelolanya sehingga memberi peluang seluruh manusia dapat memanfaatkan pemilikan ini, sesuai dengan ijtihadnya dalam mengatur urusan mereka dan dalam
rangka meraih kemaslahatan mereka.
1
Dari segi pertambangan Indonesia menghasilkan Minyak dan Gas bumi yang merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan serta
1
Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan Negara Khilafah, Jakarta, HTI Press, Mei 2009 M, h.108.
merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak. Komoditas ini juga mempunyai peranan penting dalam perkonomian nasional.
2
Potensi kekayaan laut sebesar 6,2 juta ton ikan, mutiara, minyak dan mineral lainnya. Namun dengan banyaknya sumber daya alam yang melimpah
yang dimiliki Indonesia, ironisnya posisi Indonesia kini justru sebagai pengimpor minyak dan gas bumi. Pengamat energi Institut Teknologi Bandung ITB Rudi
Rubiandini mengatakan posisi Indonesia merupakan net importer minyak. Dengan menyatakan bahwa Indonesia memproduksi 960 barel per hari sementara
kebutuhan 1.3 juta barel per hari.
3
Sehingga kecenderungan mengimpor lebih tinggi demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal tersebut membuat posisi
Indonesia menjadi posisi rawan dalam memenuhi kecukupan energi nasional, bahkan juga terhadap ketahanan kedaulatan energi bangsa. Dengan demikian
yang terjadi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak, terutama minyak tanah dan premium yang menimbulkan keresahan konflik social. Hal tersebut salah
satunya diisebabkan oleh pengelolaan yang cenderung didominasi oleh kepentingan asing.
4
Pada tahun 2008 cadangan minyak bumi 8,219.22 MMSTB, tahun 2009 sebesar 7,998.49 MMSTB, dan tahun berikutnya yaitu tahun 2010 sebesar
2
Pengantar dalam UU Minyak Bumi dan Gas, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2008, h. 3
3
Arsipberita.com. Artikel ini diakses pada tanggal 26 April 2011 dari http:arsipberita.comshowri-importir-minyak-yang-beri-subsidi-bbm-210064.html
4
Prabowo Subianto, et. al., Membangun Kembali Indonesia Raya:Haluan Baru Menuju Kemakmuran
Jakarta: Institut Garuda Nusantara, Maret 2009, h. 66.
7,764.48 MMSTB
5
, cadangan dari tahun ketahun menunjukan penurunan, namun hal tersebut tidak menurunkan laju investasi bagi para investor asing terhadap
Indonesia dibidang perminyakan. Di bidang perminyakan, terdapat penghasil minyak utama didominasi
oleh asing, diantaranya:
Tabel.1.1
HASIL SUMBER DAYA MINYAK
HASIL
Chevron 44
Mitra 16
total EP 10,
Conoco Philip 8,
Medco 6,
CNOOC 5,
Petrochina 3
5
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas bumi
BP 2,
Vico Indonesia 2,
Kodeco Energy 1
Lainnya 3
Dirgen Migas, 2009 Sementara disektor hilir migas, mulai November 2005 keran investasi
hilir migas dibuka bagi investor swasta dalam negeri dan asing. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro yang
menyatakan bahwa pada tahun 2005, terdapat 7 investor yang sudah menyatakan komitmen melakukan investasi di sektor hilir migas tersebut. CEO, No. 5. Th. I,
Februari 2005.
6
Dibidang pertambangan, lebih dari 70 dikuasai asing. Porsi operator minyak dan gas, 75 dikuasai asing. Asing juga menguasai 50.6 asset
perbankan nasional per Maret 2011. Total kepemilikan investor asing 60-70 persen dari semua saham perusahaan yang dicatatkan dan diperdagangkan di
bursa efek. Dari semua BUMN yang telah diprivatisasi, kepemilikan asing sudah mencapai 60 persen. Begitu pula telekomunikasi dan industri sawit pun juga lebih
banyak dikuasai asing lihat, Kompas, 225.
6
Buletin Dakwah Al Islam, Indonesia Masih Dijajah, edisi 560 Tahun XVII 08 Rajab 1432 H-10 Juni 2011
Sebagai pemilik sumber daya alam, Indonesia hanya mendapat 5 dari penggelolaan yang dilakukan pihak swastaasing. Hal tersebut di ungkap
Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek, yang mengatakan –sebagaimana dipetik dikompas 522010—keluh kesahnya tentang ironi pemanfaatan Sumber
Daya Alam SDA propinsi tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat Badan Anggaran DPR 422010 ia mencontohkan, bagaimana perusahaan tambang
batubara di propinsi tersebut setiap tahunnya dapat menghasilkan batubara sebesar 45 juta ton. Tetapi pemasaran hasilnya hanya 5 untuk kebutuhan dalam
negeri sedangkan 95 ditujukan untuk ekspor. Hal tersebut jelas tidak memihak pada rakyat. Pernyataan tersebut diperkuat dengan posisi peringkat duanya
Indonesia sebesar 203 juta ton, setelah Australia sebesar 252 juta ton.
7
Dengan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak lain melalui mekanisme Penanaman Modal Asing PMA dan privatisasi penjulan kepada
swastaasing. Hal tersebut dapat mengancam SDA Indonesia sendiri. Hal tersebut dipertegas oleh Hendri Saparini, Phd, menurutnya”…90 kekayaan
migas negeri ini memang sudah berada dalam cengkeraman pihak asing…”. Tentu, itu belum termasuk hasil-hasil dari kekayaan barang tambang yang lain
batubara, perak, tembaga, nikel, besi, dll. Akibatnya hak-hak kesejahteraan rakyat tercerabut. Harga listrik , bensin yang selalu naik, kemudian krisis gas
7
Hidayatullah Muttaqin , “Negeri Kaya Tambang, miskin Batubara” , artikel diakses pada 11 November 2010 dari http:muttaqin [at] jurnal-ekonomi.org201010Negeri Kaya
Tambang-miskin batubara.html.
sehingga ada kebijakan tabung gas, krisis air bersih masyarakat. Hal tersebut tidak sesuai dengan pasal 33 ayat 3 yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
ﮫﺘﯿﻋار ﺔﺤﻠﺼﻤﺑ طﻮﻨﻣ مﺎﻣﻹا فﺮﺼﺗ “Tindakan seorang penguasa senantiasa
untuk kepentingan rakyatnya”
.
8
Adapun Islam mengatur mengenai pengelolaan Sumber Daya Alam yakni dijelaskan dalam hadits riwayat Imam At-Tirmidzi dari Abyadh bin
Hamal. Dalam hadits tersebut, Abyad diceritakan telah meminta kepada Rasul untuk dapat mengelola sebuah tambang garam. Rasul meluluskan permintaan itu,
tapi segera diingatkan oleh seorang shahabat.
9
8
Nasrun Haroen. Figh Muamalah Jakarta: Gaya Media Pratama.2007. h. 13
9
ْﻦَﻋ َﺾَﯿْﺑَ أ
ِ ﻦْﺑ ُﮫﱠﻧَ أ ٍ لﺎﱠﻤَﺣ
َﺪَﻓَ و ﻰَﻟِ إ
ِلﻮُﺳَ ر ِ ﱠ ﷲ
ﻰﱠ ﻠَﺻ ُ ﱠ ﷲ
ِﮫْﯿَﻠَﻋ َ ﻢﱠ ﻠَﺳَ و
ُﮫَﻌَﻄْ ﻘَﺘْﺳﺎَﻓ َﺢْ ﻠِﻤْ ﻟا
َﻊَﻄَﻘَﻓ ُﮫَﻟ
ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ْنَ أ
ﻰﱠ ﻟَ و َلﺎَﻗ
ٌﻞُﺟَ ر ْﻦِﻣ
ِ ﺲِﻠْﺠَ ﻤْ ﻟا يِ رْﺪَﺗَ أ
ﺎَ ﻣ َﺖْﻌَﻄَﻗ
ُﮫَﻟ ﺎَ ﻤﱠﻧِ إ
َﺖْﻌَﻄَﻗ ُﮫَﻟ
َءﺎَ ﻤْ ﻟا ﱠﺪِ ﻌْ ﻟا
َلﺎَﻗ ُﮫَﻋَﺰَﺘْﻧﺎَﻓ
ُﮫْﻨِﻣ َلﺎَﻗ
ُﮫَﻟَ ﺄَﺳَ و ﺎﱠﻤَﻋ
ﻰَ ﻤْﺤُﯾ ْﻦِﻣ
ِكاَرَ ْ ﻷا َلﺎَﻗ
ﺎ َ ﻣ ْﻢَﻟ
ُﮫْ ﻠَﻨَﺗ ُفﺎَﻔِ ﺧ
ِﻞِ ﺑ ِ ْ ﻹا ﱠﺮَﻗَ ﺄَﻓ
ِﮫِ ﺑ ُﺔَﺒْﯿَﺘُ ﻗ
َلﺎَﻗَ و ْﻢَﻌَﻧ
ﺎَﻨَﺛﱠﺪَ ﺣ ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ
ُﻦْﺑ ﻰَﯿْﺤَﯾ
ِ ﻦْﺑ ﻲِ ﺑَ أ
َﺮَ ﻤُﻋ ﺎَﻨَﺛﱠﺪَ ﺣ
ُﺪﱠﻤَﺤُﻣ ُﻦْﺑ
ﻰَﯿْﺤَﯾ ِ ﻦْﺑ
ْﯿَﻗ ٍﺲ
ﱡﻲِ ﺑِ رْ ﺄَ ﻤْ ﻟا اَﺬَﮭِ ﺑ
ِدﺎَﻨْﺳِ ْ ﻹا ُهَ ﻮْﺤَﻧ
ُبِ رْ ﺄَ ﻤْ ﻟا ٌﺔَﯿِ ﺣﺎَﻧ
ْﻦِﻣ ِ ﻦَ ﻤَﯿْ ﻟا
َلﺎَﻗ ﻲِﻓَ و
بﺎَﺒْ ﻟا ْﻦَﻋ
ٍﻞِﺋا َ و َءﺎ َ ﻤْﺳَ أ َ و
ِﺖْﻨِ ﺑ ﻲِ ﺑَ أ
ٍ ﺮْ ﻜَﺑ َلﺎَﻗ
ﻮُﺑَ أ ﻰَﺴﯿِ ﻋ
ُﺚﯾِﺪَ ﺣ َﺾَﯿْﺑَ أ
ٌ ﺚﯾِﺪَﺣ ٌﺐﯾِ ﺮَﻏ
ُﻞَ ﻤَﻌْ ﻟا َ و ﻰَﻠَﻋ
اَﺬَھ َﺪْﻨِ ﻋ
ِﻞْھَ أ ِﻢْ ﻠِﻌْ ﻟا
ْﻦِﻣ َ أ
ِبﺎَ ﺤْﺻ ﱢﻲِ ﺒﱠﻨﻟا
ﻰﱠ ﻠَ ﺻ ُ ﱠ ﷲ
ِﮫْﯿَﻠَﻋ َ ﻢﱠ ﻠَﺳَ و
ْﻢِھِ ﺮْﯿَﻏَ و ﻲِﻓ
ِ ﻊِﺋﺎَﻄَﻘْ ﻟا َنْوَ ﺮَﯾ
اًﺰِﺋﺎَ ﺟ ْنَ أ
َﻊِ ﻄْ ﻘُﯾ ُمﺎ َ ﻣِ ْ ﻹا
ْﻦَ ﻤِﻟ ىَ أَ ر
َﻚِﻟَذ Dari Abyadl bin Hammal bahwa ia datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam meminta untuk menetapkan kepemilikan sebidang tambang garam untuknya lalu beliau menetapkan untuknya. Ketika hendak beranjak pergi seseorang yang berada di majelis
berkata; Tahukah engkau apa yang engkau tetapkan untuknya? Sesungguhnya engkau menetapkan tanah yang memiliki air yang diam. Abyadl berkata; Beliau pun
membatalkannya. Ia melanjutkan; Ia bertanya; Tanah seperti apa yang boleh untuk dihidupkan? Beliau menjawab: Yang tidak diinjak oleh kaki unta. Apakah Qutaibah
menetapkannya? Ia menjawab; Ya.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Abu Umar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya bin Qais Al Ma`ribi dengan sanad ini
seperti itu. Al Ma`rib berada di sebelah Yaman. Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Wa`il dan Asma` bintu Abu Bakr. Abu Isa berkata; Hadits Abyadl adalah hadits
gharib dan menjadi pedoman amal menurut para ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam dan selain mereka tentang penetapan tanah. Mereka
membolehkan seorang imam menetapkan bagian tanah seseorang. H.R. At Tirmidzi No.
Dalam pandangan Islam, minyak dan gas bumi maupun barang tambang lainnya adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara
dimana hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk barang yang murah atau subsidi untuk kebutuhan primer semisal pendidikan, kesehatan dan
fasilitas umum. Paradigma pengelolaan sumber daya alam milik umum yang berbasis swasta atau corporate based management harus dirubah menjadi
pengelolaan kepemilikan umum oleh negara state based management dengan tetap berorientasi kelestarian sumber daya sustainable resources principle.
10
Dapat dikatakan bahwa barang-barang yang termasuk dalam kategori kepemilikan umum asset public hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak boleh dimiliki
oleh individu atau pihak swastaasing. Dan lebih mengutamakan kebutuhan dalam negeri dibandingkan harus mengirim ekspor keluar negeri. Tetapi sebaliknya,
pemerintah justru lebih mementingkan ekpor keluar dibandingkan memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Hal tersebut membuat rakyat menderita, kemiskinan
dan kelaparan tak dapat dibendung lagi. Konsep kepemilikan dalam Islam tidak sama dengan konsep
kepemilikan dalam faham liberalisme-kapitalisme maupun sosialisme. Dalam faham liberalism-kapitalisme kepemilikan bersifat absolute yang menandakan
seseorang bebas sebebas-bebasnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
1301, Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Bani dalam Ash Shahih wadh Dha’if Sunan At Tirmidzi Jilid 3, Hal 380
10
Ismail Yusanto, “Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam perspektif Islam”, artikel diakses pada 27 Januari dari
file:F:sejarah20pengelolahanPengelolaan_Sumber_Daya_Alam_Dalam_Perspektif_Islam.ht m
terhadap harta yang dimilikinya. Dan dalam faham sosialisme menurut K. Bertens adalah sebaliknya. Orang seorang tidak diperkenankan untuk memiliki “capital
atau modal, sebab yang memiliki capital dengan sendirinya memiliki juga sarana- sarana produksi”. Hal inilah menurut mereka yang akan menjadi penyebab
adanya penindasan dan eksploitasi terhadap para buruh atau pekerja. Oleh sebab itu menurut paham ini capital dan atau alat produksi harus dikuasai oleh Negara.
11
Menurut Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni mengatakan bahwa barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan
tanpa biaya, seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia semacam obat, petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan hak kepemilikan
individualnya selain harus dimaanfaatkan oleh seluruh kaum muslimin, sebab hal itu akan merugikan mereka. Oleh karena itu pendapat ini menegaskan bahwa
barang siapa menemukan barang tambang atau petroleum pada tanah miliknya tidak halal baginya untuk memilikinya dan harus diberikan kepada negara untuk
mengelolanya. Sama halnya menurut Abû ‘Ubaid dalam Kitab al Amwal menjelaskan
bahwa sumber dari publik seperti sumber air, pada rumput penggembalaan dan tambang minyak tidak boleh pernah dimonopoli seperti pada hima tanam
pribadi. Semua ini hanya dapat dimasukkan ke dalam kepemilikan negara yang
11
Anwar Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental,
Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syahid, 2009, h. 33.
digunakan untuk pelayanan masyarakat. Karena Negara juga dipercaya memberikan keamanan social secara keseluruhan.
12
Adapun Taqiyuddin An-Nabhani dalam bukunya “Sistem Ekonomi IslamNizhom Al Iqhtishodiyah” juga mengatakan bahwa, hak kepemilikan dan
pengelolahan sumber daya alam harus sesuai dengan ketentuan syara’. dimana kepemilikan umum merupakan fasilitas umum yang dianggap sebagai
kepentingan manusia secara umum, kalau tidak ada didalam suatu negeri atau suatu komunitas maka akan menyebabkan sengketa dalam mencarinya. Dalam
hal tersebut membutuhkan Negara yang adil yang dapat memberikan kesejahteraan pada rakyatnya.
13
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, penulis tertarik untuk mencoba menelaah dan meninjau lebih lanjut mengenai undang-undang yang
mengatur Sumber Daya Alam yang akan ditinjau dari persfektif pengelolaan kepemilikan umum dalam Islam. Oleh karena itu, penulis akan menulis dengan
fokus dalam skripsi yang berjudul: “UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi ditinjau dari Konsep Pengelolaan Kepemilikan Umum dalam
Islam”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah