Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum

yang kuat, serta berbagai pengeluaran lain yang wajib diberikan Negara kepada seluruh masyarakat.

3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kepemilikan Umum

Pada umumnya Islam menentang penggunaan energi untuk masalah yang tak dapat dikaji dengan seksama atau, kalaupun dapat, tidak bermanfaat bagi manusia. Nabi Muhammad SAW mengganggap sia-sia pengetahuan yang kalau didapat tak ada manfaatnya, dan kalau tak memilikinya tak ada mudharatnya. 39 Oleh karena itu, untuk mencapai kemashlahatan dari penggunaan sumber energi diharuskan memperhatikan beberapa prinsip yang memang Islam mengatur didalamnya, diantaranya: 40 Pertama, prinsip musyawarah, yang dari sudut pandang Islam, prinsip musyawarah merupakan sebuah prinsip yang diakui dalam masalah sosial. Dalam kasus-kasus yang belum ada ketentuan Islamnya, kaum Muslim dapat memutuskan melalui musyawarah dan pemikiran bersama. Kedua, prinsip mendahulukan kepentingan masyarakat. Kalau terjadi pertentangan antara hak masyarakat dan hak individu, maka hak masyarakat atau hak publik harus didahulukan ketimbang hak pribadi atau individu. Namun, masalah ini harus diselesaikan melalui pengadilan Islam. Di antara kaidah syar’iyah yang amat penting disini, yang juga menjadi batasan aplikasi pendapat 39 Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta diterjemahkan dari Man and Universe, Penerjemah : Ilyas Hasan Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002 , h. 47. 40 Ibid., h. 194 pemimpin ialah yang berbunyi, “Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut rakyat harus mengikuti prinsip kemaslahatan”. Ini merupakan kaidah yang sudah disepakati para imam. 41 Al-Allamah Al-hafizh As-Suyuthy mengatakan didalam kitab Asybah wan-Nazha’ir , yang membicarakan masalah fiqih Syafi’y. “Kaidah kelima mengatakan, ﻪﺘﻴﻋار ﺔﺤﻠﺼﲟ طﻮﻨﻣ مﺎﻣﻹا فﺮﺼﺗ “Tindakan seorang penguasa senantiasa untuk kepentingan rakyatnya” . 42 Kebijaksanaan pemimpin yang menyangkut rakyat harus mengikuti prinsip kemaslahatan’. Kaidah ini dinyatakan Asy-Syafi’y, dan dia berkata, “Kedudukan pemimpin dengan rakyat seperti kedudukan wali dengan anak yatim.” 43 Kemudian di pertegas oleh Su’ad Ibrahim Shalih, mabâdi’u al-Nizhômi al-Iqtishôdî al-Islamî wa ba’dhu thathbiqôtihi mengatakan bahwa “masing- masing dari jenis kepemilikan tersebut tidaklah bersifat mutlak, tetapi terkait 41 Yusuf Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara dalam Persfektif Islam, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1999, h. 108. 42 Nasrun Haroen, Figh Muamalah Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, h. 13 43 Ibid., h. 108 dengan penciptaan kemashlahatan umum dan usaha untuk menghalangi terjadinya kemudharatan”. 44 Dalam hal tersebut tergambar bahwa, betapa pentingnya rakyat dalam hal pemenuhan kebutuhan. Negara harus memprioritaskan terlebih dahulu orang- orang yang membutuhkan. Seperti yang dicontohkan Umar bin Khaththab Radhiayallahu Anhu selalu memberikan hak terhadap orang-orang yang membutuhkan dan memprioritaskan pembagian bagi mereka jika ada harta rampasan yang datang. 45 Ketiga, prinsip meniadakan kerugian. Hukum Islam, meskipun sifatnya umum dan mutlak, hanya bisa diberlakukan kalau tak menimbulkan kerugian yang tidak pada tempatnya. Aturan ini sifatnya universal dan merupakan semacam hak veto terhadap setiap hukum. Keempat, prinsip melarang eksploitasi. Islam mengecam setiap penzholiman. Bila ada unsur penzholiman didalamnya maka dapat merusak tantanan didalamnya. contohnya, dalam menggunakan tenaga orang lain untuk kepentingannya sendiri dan untuk tujuan yang tidak adil, membuang limbah tidak pada tempatnya, bahkan cenderung merugikan orang lain akibat dampaknya seperti yang terjadi free port. 44 Abbas, Dasar-Dasar Sistem Ekonomi Islam: Suatu tinjauan dari Persfektif Tujuan, Falsafah, Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Instrumental, h. 36 45 Al-Qardhawy, Pedoman Bernegara Dalam Persfektif Islam, h. 125 Eksploitasi termasuk kedalam kategori masalah lingkungan yang dihadapi oleh manusia. Penyebab terpenting eksploitasi sumber daya alam yang ada adalah disebabkan oleh perilaku buruk manusia dalam mempergunakan apa yang Allah berikan. Salah satunya sifat berlebih-lebihan dalam memanfaatkannya yang sering menyebabkan kerusakan fasad yang dapat menghilangkan keseimbangan antara unsur-unsur lingkungan dan terjadilah kerusakan ekosistem. 46 Usaha yang dilakukan Umar Radhiyallahu Anhu dalam melindungi lingkungan dan memerangi penyalahgunaannya adalah dengan hal-hal sebagai berikut: 47 1. Peringatan-peringatan dasar, peringatan yang dilakukan tidak terlalu memberatkan menyulitkan, dikarenakan pada saat itu sederhananya kehidupan pada saat itu, juga karena tingginya ketaatan pada ajaran Islam dalam setiap sisi kehidupan. 2. Keseimbangan antara tujuan pertumbuhan ekonomi dan tujuan menjaga lingkungan, kebanyakan investor mengeksploitasi sumber daya lingkungan yang dibutuhkan dalam investasi. Kerusakan lingkungan dapat bisa menghambat investasi ekonomi, yaitu dengan rusaknya sumber-sumber ekonomi, menyebabkan tingkat kualitas menurun dan beban produksi naik. Yang lebih bahayanya 46 Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Khatab, Penerjemah: H. Asmuni Solihan Zamakhsyari, Lc Jakarta: Khalifa, 2006, h. 703-704 47 Ibid., h. 707 lagi adalah akibatnya terhadap kesehatan manusia yang merupakan tujuan dan saran investasi ekonomi, serta akibat-akibat lain yang merusak kehidupan ekonomi bahkan semua kehidupan dan makhluk hidup. 48 3. Menjaga sumber daya alam, Umar Radhiyallahu Anhu tidak pernah membolehkan eksploitasi apapun terhadap sumber dayaalam dan menganggap sumber daya alam sebagai milik generasi yang akan datang dari umat Islam. Oleh karena itu, strateginya dalam menjaga dan mengembangkan kekayaan alam adalah dengan melindungi hak-hak generasi tersebut. Misalnya beliau menolak untuk membagi tanah kepada orang-orang yang ikut dalam penaklukan untuk menjaga hak-hak generasi yang akan datang. Diantaranya yang menunjukkan perhatian Umar Radhiyallahu Anhu terhadap sumber daya alam, disebutkan bahwa Umar tidak memperbolehkan merusaknya walaupun sedikit, dia mengambil benih kurma dan lain sebagainya yang jatuh ke tanah dan menaruhnya di rumah orang agar bisa dimanfaatkan. 49 4. Memerangi pencemaran, untuk menangani pencemaran Umar Radhiyallahu Anhu memberikan tugas kepada para pegawainya yang dikirim ke berbagai daerah. Seperti halnya di Mekkah, Umar 48 Ibid., h. 710 49 Ibid., h. 713 mengampanyekannya dengan berkata kepada penghuni rumah, “Bersihkanlah halaman rumah kalian” lalu Umar bertemu dengan Abu Sufyan dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Sufyan, bersihkanlah halaman rumahmu.” 5. Menjaga keseimbangan ekosistem, untuk menjaga keseimbangan ekosistem Umar Radhiyallahu Anhu melakukan suatu cara, salah satunya beliau menanami tanamannya dengan tangannya sendiri, hal tersebut dilakukan karena betapa perhatiannya Umar terhadap lingkungan. Kelima, prinsip mengecam royal dan mubazir. Manusia dibolehkan mengatur hartanya, namun artinya tidak lebih bahwa manusia bebas untuk memanfaatkan hartanya dalam kerangka yang dibolehkan oleh Islam. Manusia tidak boleh memubazirkan hartanya, juga tidak boleh membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak perlu. Islam mengharamkan bermewah-mewahan royal yang digambarkan dalam Islam perbuatan penghamburan. Keenam , prinsip melarang penimbunan. Menimbun pangan dan tidak menjualnya di pasar, dengan tujuan agar dapat menjualnya dengan harga yang tinggi, diharamkan. Pemerintah Islam dibolehkan mengambil secara paksa persediaan pangan seperti itu untuk kemudian dijual dengan harga yang wajar tanpa persetujuan si pemilik. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti pengambilalihan penguasaan atas kezholiman yang dilakukan penimbun yang tidak bertanggung jawab. Dan sebagai pengawas terhadap naiknya harga yang tidak wajar di pasar. Dari keenam prinsip tersebut di atas, Umer Capra juga mengatakan bahwa sumber-sumber daya adalah amanat, oleh karena sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia diberikan oleh Tuhan, maka manusia sebagai khalifah bukanlah pemilik sebenarnya. Ia hanya sebagai yang diberi amanat titipan. Meskipun pengertian amanat ini tidak berarti “ peniadaan kepemilikan privat terhadap kekayaan”, tetapi memberikan implikasi penting yang menciptakan perbedaan revolusioner dalam konsep kepemilikan sumber-sumber daya dalam Islam dan system ekonomi lainnya yang harus memegang prinsip. 50 adapun prinsip-prinsip yang mengaturnya,antara lain: Pertama , sumber daya itu dipergunakan untuk kepentingan semua, bukan untuk segelintir orang Al Baqarah: 29. Mereka harus dimanfaatkan secara adil bagi kesejahteraan semua orang. Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan benar dan jujur, dengan cara yang telah ditetapkan oleh Al Qur’an dan As Sunnah. Ketiga, sumber daya tersebut telah diperoleh lewat cara-cara yang benar, tetapi tidak boleh dimanfaatkan kecuali persyaratan keamanatan. Keempat, tak seorang pun berhak menghancurkan atau menyia- nyiakan sumber-sumber daya yang sudah diberikan oleh Allah. Berbuat demikian 50 M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi , Jakarta, Gema Insani, 2000, h. 209 disamakan oleh Al Quran dengan menyebarkan kerusakan fasad, yang dilarang oleh Allah al Baqarah: 205 Dalam Islam, kewajiban datang lebih dahulu, dibandingkan dengan hak. Setiap individu, masyarakat dan Negara memiliki kewajiban tertentu. Sebagai hasil dari pelaksanaan kewajiban itu, setiap orang memperoleh hak-hak tertentu. 51 51 Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah,Penerjemah : H.Anshari Thayib,, h. 135

BAB III UNDANG-UNDANG 22 NO. 2001 TAHUN TENTANG MINYAK DAN

GAS BUMI

A. Latar Belakang Pembentukan UU No. 22 tahun 2001

Kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional 52 . Berbagai macam sumber daya alam tersedia, mulai dari sumber daya alam yang dapat terbarukan sampai pada sumber daya alam yang tak terbarukan. Sumber daya alam tersebut mempunyai berbagai macam fungsi yang strategis. Begitu hal yang sama dengan sumber daya alam yang tak terbarukan seperti minyak dan gas bumi bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh Negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 53 Pembentukan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 ditujukan untuk Pembangunan Nasional yang dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Berbagai macam cara yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut, melalui reformasi disegala bidang kehidupan yang berasaskan pada Pancasila dan Undang-Undang 52 Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 22 tahun2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Jakarta: Pustaka Yustisia, 2008, h. 6 53 Ibid., h. 5 36

Dokumen yang terkait

TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DALAM MENANGGULANGI TINDAKAN SPBU YANG MELAKUKAN PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK.

0 0 2

PEMBERLAKUAN PEMBATASAN EKSPOR MINYAK BUMI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DAN THE GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE 1994 (GATT) / WTO SERTA IMPLIKA.

0 0 2

Rancangan Undang Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil

0 0 84

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 11 9

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 2 26

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

4 29 18

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 2 1

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 4 9

UU NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

0 0 22

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN GAS ELPIJI BERSUBSIDI DITINJAU DARI PASAL 53 Huruf d UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI (Studi Kasus Putusan Di Pengadilan Negeri Sungailiat) SKRIPSI

0 0 14