Penerimaan Negara Pembinaan dan Pengawasan

E. Penerimaan Negara

Penerimaan Negara berupa pajak dan non pajak. Penerimaan pajak sebagaimana yang dimaksud pasal 31 ayat 2 terdiri atas: pajak-pajak, bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai; pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu pungutan Negara yang berupa iuran tetap dan iuran eksploirasi dan eksploitasi beserta bonus-bonus lainnya pasal 31 angka 3b dan c. Sebagaimana yang dimaksud Penerimaan Negara bukan pajak yang tercantum dalam pasal 31 angka 3b dan c merupakan penerimaan yang diperuntukkan untuk pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal penerimaan negara, terdapat beberapa perdebatan tanggapan yang sangat hangat dari beberapa fraksi. Diantaranya pendapat yang dilontarkan fraksi Persatuan Pembangunan, yang mengatakan bahwa penghapusan monopoli pertamina dan sekaligus jaminan kestabilan harga BBM dan peranan minyak dan gas bumi bagi penerimaan negara. Hal tersebut harus dihindari karena dapat mengakibatkan ketidakefisiennya perekonomian Indonesia terjadi. Sama halnya dengan komentar yang diberikan oleh fraksi Bulan Bintang, ia mengkhawatirkan akan terjadinya persaingan yang tidak sehat sebagai akibat dari dihapusnya monopoli pertamina. Kemudian pemerintah memberi tanggapan bahwa pemerintah juga menyadari bahwa hal tersebut dapat membahayakan perekonomian Indonesia. 64 64 Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-RI atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi,, Jakarta : DPR-RI , h. 8

F. Pembinaan dan Pengawasan

Pengawasan sangat penting. Maraknya kasus penggelapan, penyunatan, kebocoran dan korupsi, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengawasan. Terbentuklah Menko yaitu Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara. Upaya tersebut merupakan salah satu usaha agar setiap orang mengendalikan diri dari perbuatan yang merugikan Negara. 65 Tanggung jawab kegiatan pengawasan terhadap Minyak dan Gas bumi merupakan tanggung jawab yang sudah diwenangkan kepada departemen yang terkait dengan minyak dan gas bumi. Baik dalam hal pengawasan konservasi sumber daya dan cadangan minyak, pengelolaan data minyak dan gas bumi, alokasi dan distribusi bahan bakar minyak dan bahan baku sampai pada penggunaaan tenaga kerja asing. Dalam hal pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh badan Pelaksana sedangkan pada pelaksanaan Usaha Hilir dilaksanakan oleh Badan pengatur. Hal tersebut dilakukan demi tercapainya maksud dan tujuan dari ketentuan atau peraturan yang telah ditetapkan pemerintah yakni demi melindungi kebutuhan masyarakat konsumen dari tindakan monopoli, sebagaimana dalam penjelasan pasal 46 ayat 1 yang berbunyi: “ketentuan ini dimaksud untuk melindungi kepentingan masyarakat konsumen terhadap kelangsungan bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia, 65 Ali Zawawi dan Saifullah Ma’shum, Penjelasan Al-Quran tentang Krisis Sosial Ekonomi dan Politik, Jakarta: Gema Insani, 1999, h. 22 pengawasan terhadap pengangkutan Gas Bumi melalui pipa dilakukan untuk optimasi dan mencegah terjadinya monopoli fasilitas pipa transmisi, distribusi dan penyimpanan oleh Badan Usaha tertentu.” Dalam penjelasan undang-undang tersebut terdapat perlindungan hukum terhadap masyarakat konsumen yang bertujuan menjauhkan praktik monopoli dan penguasaan secara sepihak pada aset Negara. Tidak terdapat penjelasan secara tegas mengenai ‘masyarakat konsumen’ dalam penjelasan Undang-undang Migas tersebut. Namun dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud masyarakat konsumen itu ialah para investor yang bekerja sama dalam kegiatan usaha hulu dan hilir migas.

G. Badan Pelaksana dan Badan Pengatur

Dokumen yang terkait

TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DALAM MENANGGULANGI TINDAKAN SPBU YANG MELAKUKAN PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK.

0 0 2

PEMBERLAKUAN PEMBATASAN EKSPOR MINYAK BUMI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DAN THE GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE 1994 (GATT) / WTO SERTA IMPLIKA.

0 0 2

Rancangan Undang Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil

0 0 84

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 11 9

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 2 26

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

4 29 18

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 2 1

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 4 9

UU NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

0 0 22

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN GAS ELPIJI BERSUBSIDI DITINJAU DARI PASAL 53 Huruf d UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI (Studi Kasus Putusan Di Pengadilan Negeri Sungailiat) SKRIPSI

0 0 14