Azas dan Tujuan Undang-Undang No. 22 tahun 2001

tersebut bertujuan untuk merealisasikan pasal 33 ayat 3 UUD 1945, yang tertulis bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam Rancangan Undang-undang Migas sebelumnya bertujuan untuk memisahkan wewenang dan tanggung jawab pemerintah dari perusahaan. Pemerintah tidak mengatur operasional perusahaan dan perusahaan tidak seharusnya melakukan pengaturan sector. 57

B. Azas dan Tujuan Undang-Undang No. 22 tahun 2001

Termuatnya Undang-Undang ini berawal dari tersusunnya draf yang membahas mengenai Minyak dan Gas bumi. Hal tersebut memberi perhatian yang cukup penting bagi pemerintah untuk menyelesaikan beberapa permasalahan dari sektor energi terutama masalah Minyak dan Gas bumi. Muncul adanya Risalah rapat yang membahas mengenai Minyak dan Gas bumi yang dirapatkan oleh legislatif. Penyelenggaraan pun berlangsung sangat hangat yang berisikan dari beberapa aspirasi, tanggapan dan pandangan dari anggota dewan untuk menyempurnakan Undang-undang Minyak dan gas bumi. Terdapat beberapa tanggapan mengenai prinsip asas yang digunakan Undang-undang Minyak dan Gas bumi ini, diantaranya tanggapan dari fraksi Kebangkitan Bangsa yang mengatakan bahwa Undang-Undang tersebut masih 57 Penjelasan Pemerintah dalam Sidang Paripurna, Risalah Rapat Paripurna Dewan Tingkat Pandangan Umum Fraksi-fraksi atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi, Jakarta, 2001 bersifat sentralistik dan belum menampung pandangan yang demokratik. Hal tersebut ditanggapi oleh pemerintah, menganggap bahwa tukar pikiran, diskusi, maupun sosialisasi merupakan bentuk dari pandangan demokratik. 58 Berbeda halnya dengan fraksi Reformasi yang menekankan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan utama Undang-undang. Tidak sekedar melepaskan unsur monopoli dan fungsi pengawasan oleh pertamina, tetapi juga harus memikirkan fungsi perlindungan terhadap konsumen. Lain halnya pandangan fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia yang mengkhawatirkan lepasnya monopoli dalam penguasaan migas akan menyulitkan pemerintah dalam pengendalian harga BBM dalam negeri. Dengan demikian, terbentuklah penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang termuat dalam Undang-undang Minyak dan Gas bumi ini yang berasaskan pada ekonomi kerakyatan, keterpaduan, manfaat, keadilan, keseimbangan, pemerataan, kemakmuran bersama dan kesejahteraan rakyat banyak, keamanan, keselamatan, dan kepastian hukum serta berwawasan lingkungan. 59 Adapun menurut Nyoman, penyelenggaraan sumber daya alam haruslah berpegang pada keadilan, demokratis, dan berkelanjutan: 60 beberapa prinsip yang dilontarkannya; prinsip Pertama, sumber daya alam harus 58 Risalah Rapat, Jawaban Pemerintah terhadap pandangan umum DPR-RI atas Rancangan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi , Jakarta : DPR-RI h. 10 59 Pasal 2, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi. 60 I Nyoman Nurjaya, Pengelolaan Sumber Daya Alam :Dalam Persfektif Antropologi Hukum Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, Mei 2008, h. 133 dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Kedua, sumber daya alam harus dimanfaatkan dan dialokasikan secara adil dan demokratis di kalangan inter maupun antar generasi. Ketiga, pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan pendekatan sistem untuk mencegah terjadinya praktik-praktik pengelolaan yang bersifat parsial, ego-sektoral tidak terpadu dalam pengelolaan sumber daya alam , ego-daerah tidak memberi ruang pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia, terutama hak masyarakat adatlocal atas penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam, dan tidak terkoordinasi. Dari ketiga prinsip diatas I Nyoman menegaskan bahwa, maksud dari ketiga prinsip tersebut tidak lain adalah menjauhkan prinsip kebijakan pengelolaan sumber daya alam dari unsur eksploitasi use-oriented semata. Tetapi mengacu pada keberlanjutan fungsi sumber daya alam tersebut.

C. Penguasaan dan Pengusahaan

Dokumen yang terkait

TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN SANKSI PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NO 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DALAM MENANGGULANGI TINDAKAN SPBU YANG MELAKUKAN PENIMBUNAN BAHAN BAKAR MINYAK.

0 0 2

PEMBERLAKUAN PEMBATASAN EKSPOR MINYAK BUMI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DAN THE GENERAL AGREEMENT ON TARIFFS AND TRADE 1994 (GATT) / WTO SERTA IMPLIKA.

0 0 2

Rancangan Undang Undang tentang Minyak dan Gas Bumi Usulan Masyarakat Sipil

0 0 84

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 11 9

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

1 2 26

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

4 29 18

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 2 1

Kedudukan Pedagang Bensin Eceran Pertamini Dalam Transaksi Penjualan Bensin Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Dan Gas Bumi

0 4 9

UU NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

0 0 22

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENJUALAN GAS ELPIJI BERSUBSIDI DITINJAU DARI PASAL 53 Huruf d UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI (Studi Kasus Putusan Di Pengadilan Negeri Sungailiat) SKRIPSI

0 0 14