19 Sebuah message bergerak dari satu participant ke participant yang
lain dan dari satu lifeline ke lifeline yang lain. Sebuah participant bisa mengirim sebuah message kepada dirinya sendiri.
3. Time
Time adalah diagram yang mewakili waktu pada arah vertical. Waktu dimulai dari atas kebawah. Message yang lebih dekat dari
atas akan dijalankan terlebih dahulu dibandingkan message yang lebih dekat ke bawah.
2.2.7. Collaboration diagram
Collaboration diagram adalah perluasan dari obyek diagram. Obyek diagram menunjukan obyek-obyek dan hubungannya satu dengan
yang lain. “Collaboration diagram menunjukan message-message obyek yang dikirimkan satu sama lain” Munawar, 2005.
Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar obyek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-
masing obyek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message memiliki sequence number, dimana message dari level tertinggi
memiliki nomor satu Message dari level yang sama memiliki prefix yang sama.
Dengan collaboration diagram memungkinkan untuk memodelkan pengiriman sebuah message
ke banyak obyek pada class yang sama.
20 Demikian juga halnya untuk menunjukan adanya obyek aktif yang
mengendalikan aliran message.
2.2.8. Component diagram
Component diagram merepresentasikan dunia nyata item yaitu component software. Component diagram menggambarkan struktur dan
hubungan antar komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan dependency diantaranya. Component software adalah modul berisi code,
baik berisi source code maupun binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul pada compile time, link time, maupun run
time. Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan atau package, tapi dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil.
Komponen dapat juga berupa interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan sebuah komponen untuk komponen lain.
“Component diagram mengandung component, interface dan relationship” Munawar, 2005.
2.2.9. Deployment diagram
“Deployment diagram menunjukan tata letak sebuah sistem secara fisik, menampakan bagian-bagian software yang berjalan pada bagian-
bagian hardware” Munawar, 2005. Deployment diagram menyediakan gambaran bagaimana sistem
secara fisik akan terlihat. Sistem terdiri dari node-node dimana setiap node
21 diwakili untuk sebuah kubus. Garis yang menghubungkan antara dua
kubus menunjukan hubungan diantara kedia node tersebut. Tipe node bisa berupa device yang berwujud hardware dan bisa juga processor yang
mengeksekusi component atau execution environment software yang menjadi host atau mengandung software yang lain.
Langkah-Langkah Penggunaan UML secara umum : 1.
Langkah pertama adalah membuat daftar business process dari level tertinggi untuk
mendefinisikan aktivitas dan proses yang mungkin muncul.
2. Selanjutnya use case untuk tiap business process dipetakan untuk
mendefinisikan dengan tepat fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. dan use case diagram diperhalus dan dilengkapi
dengan requirement, constraints dan catatan-catatan lain. 3.
Fungsi deployment diagram secara kasar untuk mendefinisikan arsitektur fisik sistem.
4. Pendefinisian requirement lain non-fungsional, security dan
sebagainya yang juga harus disediakan oleh sistem. 5.
Berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram. 6.
Diperlukan adanya definisi objek-objek level atas package atau domain kemudian pembuatan sequence dan atau collaboration
diagram untuk tiap alir pekerjaan. Jika sebuah use case memiliki
22 kemungkinan alir normal dan error, perlu dibuat satu diagram
untuk masing-masing alir. 7.
Selanjutnya diperlukan adanya rancangan user interface model yang menyediakan antarmuka bagi pengguna untuk menjalankan
skenario use case. 8.
Berdasarkan model-model yang sudah ada, dapat dibuat class diagram. Setiap package atau domain dipecah menjadi hirarki class
lengkap dengan atribut dan metodenya. Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test untuk menguji fungsionalitas class dan
interaksi dengan class lain. 9.
Setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan pengelompokkan class menjadi komponen-komponen. Karena itu
perlu dibuatnya component diagram pada tahap ini. Juga, diperlukan adanya definisi tes integrasi untuk setiap komponen
meyakinkan ia berinteraksi dengan baik. 10.
Perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detailkan kemampuan dan requirement piranti lunak, sistem operasi,
jaringan, dan sebagainya. Petakan komponen ke dalam node. 11.
Setelah tahap-tahap diatas baru dapat dimulai membangun sistem. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan :
a. Pendekatan use case, dengan meng-assign setiap use case
kepada tim pengembang tertentu untuk mengembangkan unit code yang lengkap dengan tes.
23 b.
Pendekatan komponen, yaitu meng-assign setiap komponen kepada tim pengembang tertentu.
12. Apabila tahap-tahap diatas telah terpenuhi maka diperlukan adanya
uji modul dan uji integrasi serta perbaikan model beserta code-
nya. Model harus selalu sesuai dengan code yang aktual.
2.2.10. Konsep Dasar Program