Prosedur Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

musta’jir tidak dapat mengembalikan pembiayaaan yang akan diberikan bank dan nantinya akan menjadi kredit macet. 2 Proses analisa akad pembiayaan meliputi enam tahapan, yaitu : 3 1. Bagi calon musta’jir yang akan mengajukan pembiayaan ke PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, dapat menemui petugas marketing atau Account Officer. Setelah calon musta’jir dipertemukan ke bagian AO Account Officer, di sana calon musta’jir dapat mengemukakan tujuan pembiayaan, sehingga petugas dapat membimbing dan mengarahkan jenis pembiayaan yang dimaksud untuk diwawancarai, serta calon musta’jir harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, setelah Account Officer mewawancarai calon musta’jir secara singkat dan menganalisa data permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon musta’jir, dari hasil wawancara singkat dan analisa tersebut Account Officer dapat memutuskan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut untuk diberikan. Jika menurut Account Officer pembiayaan tersebut layak maka Account Officer akan melakukan survei usaha untuk mengetahui kebenaran dari hasil wawancara singkat yang telah dilakukan, jika menurut Account Officer usaha tersebut layak untuk dibiayai dan memiliki prospek yang bagus, maka dari pihak bank akan melakukan survei ulang guna memastikan kembali apakah usaha calon musta’jir tersebut benar-benar layak untuk dibiayai atau tidak. 2 Ibid., h. 113. 3 Ibid., h. 114-116. Dari hasil wawancara dan survei Account Officer dapat menyimpulkan dengan membuat proposal usaha PT. BFB, serta menerima taksasi jaminan dari legal. 2. Setelah pembuatan proposal usaha PT. BFB tersebut Account Officer akan membawa proposal tersebut ke rapat komite pembiayaan untuk dianalisa, nilai nominal 50 juta hingga milyaran rupiah, komite dilaksanakan oleh manajer pemasaran, dua direksi dan tiga komisaris. Apabila dari hasil komite tersebut calon nasabah mendapat persetujuan maka seluruh berkas-berkas penting akan diberikan ke bagian Legal Officer. 3. Adapun untuk taksasi jaminan yang bernilai 500 juta hingga milyaran keatas dibuat oleh bagian Legal Officer kemudian diajukan ke bagian direksi. 4. Dari hasil komite pembiayaan dan komite legal jaminan seluruh berkas-berkas penting akan diserahkan kebagian Legal Officer untuk dicek ulang secara keseluruhan. Kemudian seluruh berkas-berkas akan dicek oleh kepala bagian legal dan setelah selesai mengecek maka bagian legal akan menghubungi calon musta’jir untuk menentukan waktu akad, pemberitahuan dokumen jaminan, memberi tahu kekurangan berkas persyaratan lainnya, pemberitahuan yang wajib dihadirkan di banknotaris, dan pemberitahuan persyaratan pengecekan jaminan. 5. Setelah akad dilaksanakan, format PT. BFB akan dicek dan ditandatangani oleh kepala bagian legal untuk diserahkan kebagian operasional untuk melakukan pencairan. 6. Tahap pencairan. Adapun pengikatan akad IMBT obyek benda dapat dilakukan dengan dua cara : 4 1. Pengikatan objek benda bergerak mudah diperjualbelikan apabila objek bendanya seharga kurang lebih sekitar 50 juta hingga milyaran dilakukan dengan akta notaris. 2. Pengikatan benda tidak bergerak tanah dan bangunan yang harganya berkisar antara 50 juta hingga milyaran rupiah memakai SKMHT Surat Kuasa Memindahkan Hak Tabungan sedangkan untuk benda yang berharga diatas 1 milyar menggunakan APHT Akta Pengalihan Hak Tanggungan. Untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan, bank dan juga lembaga keuangan lainnya akan melakukan suatu prosedur pembiayaan. Demikian juga dengan Bank Muamalat Indonesia yang juga melakukan kegiatan tersebut, oleh karena itu Bank Muamalat Indonesia menetapkan suatu standar yang harus dipenuhi oleh calon musta’jir ketika akan mengajukan permohonan pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik, dalam pembiayaan harus termuat minimal, antara lain : 5 1. Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan profil perusahaan, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan pembiayaan yang dilakukan. 2. Rencana atau prospek usaha, artinya calon musta’jir menjelaskan bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, dan kemudian akan dianalisis oleh bank 4 Ibid., h. 117. 5 Ibid., h. 117-120. untuk melihat apakah dimasa mendatang calon musta’jir akan mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan oleh pihak bank dengan usahanya. 3. Legalitas perusahaan, yang didalamnya harus termuat antara lain Akte Pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Keterangan Domisili Usaha serta identitas lainnya. 4. Laporan keuangan dari calon musta’jir periode 2 tahun terakhir, maksudnya Bank Muamalat Indonesia akan melihat kondisi laporan keuangan calon musta’jir apakah layak untuk mendapatkan pembiayaan dari bank atau tidak. 5. Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian pembiayaan yang akan diberikan oleh calon musta’jir kepada Bank Muamalat Indonesia. 6. Data jaminan, artinya calon musta’jir harus dapat memberikan data jaminan kepada bank untuk memastikan bahwa calon musta’jir akan tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh bank. Selanjutnya Bank Muamalat Indonesia dalam menganalisa permohonan pembiayaan untuk ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik yang diajukan oleh calon musta’jir, menggunakan analisa sebagai berikut, yaitu : a. Analisa Usaha Pada analisis usaha, Bank Muamalat Indonesia sebagai pihak mu ’jir akan melihat gambaran usaha serta legalitas usaha yang dijalankan oleh pihak musta’jir, analisis usaha ini perlu dilakukan karena pada analisis ini Bank Muamalat Indonesia akan menilai apakah usaha yang dijalankan oleh calon musta’jir mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang untuk mengembalikan pembiayaan yang nantinya akan diberikan oleh Bank Muamalat Indonesia. b. Analisis Manajemen Analisis manajemen perusahaan calon musta’jir dilakukan dengan melihat latar belakang orang-orang yang ada dalam manajemen perusahaan yang akan menjadi calon musta’jir. c. Analisis Keuangan Analisis keuangan dilakukan berdasarkan laporan keuangan perusahaan calon musta’jir periode 2 tahun terakhir. Laporan keuangan tersebut dinilai secara keseeluruhan menggunakan rasio-rasio keuangan, untuk contoh kasus PT,BFB secara keseluruhan laporan keuangannya menunjukkan kondisi keuangan yang membaik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya penjualan, laba operasi yang diperoleh dan total modal. Pada sisi lain current assets juga meningkat sehingga perusahaan menjadi lebih liquid. d. Analisis Proyeksi Cashflow Analisa proyeksi cashflow perlu dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, karena dengan analisis ini Bank Muamalat Indonesia bisa memperkirakan apakah calon musta’jir dimasa mendatang dapat mengembalikan pembiayaan yang akan diberikan oleh Bank. e. Analisis Jaminan Analisis jaminan pada Bank Muamalat Indonesia sangat perlu dilakukan untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya kredit macet. Jumlah, ukuran dan jenis jaminan harus jelas dketahui dan tercantum dalam akad dan total nilai jaminan harus lebih besar dari total pembiayaan yang diberikan. Jenis barang Ijarah Muntahiya Bittamlik yang disewakan kepada nasabah umumnya berjenis aktifa tetap atau fixed assets, seperti: gedung, kantor, mesin, rumah petak, atau barang-barang bergerak yang memiliki spesifik fixed. Secara umum, dapat diklasifikasikan yaitu : 6 1. Barang modal : asset tetap, misalnya, bangunan, gedung, kantor, ruko, dan lain-lain. 2. Barang produksi : mesin, alat-alat berat, dan lain-lain. 3. Barang kendaraan transportasi : darat, laut dan udara. Berdasarkan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa pembiayaan yang dilakukan BMI, Tbk menggunakan pembiayaan IMBT Ijarah Muntahiya Bittamlik dalam bentuk pesanan barang atau pencairan dana, dimana BMI, Tbk melakukan pembelian barang kepada suplier setelah ada kesepakatan sewa-beli antara nasabah dengan BMI, Tbk. Dan nasabah harus melaksanakan pembiayaan ijarah terlebih dahulu sebelum pembiayaan IMBT dilakukan. 6 Ibid., h.124. Berdasarkan keterangan Yudi Susworo bahwa akad antara BMI, Tbk mu ’jir dengan nasabah musta ’jir adalah akad IMBT sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang diakhir masa sewa dengan pembayaran angsuran sewa, dan pada akhir periode dilakukan jual beli antara BMI, Tbk dan nasabah. Sedangkan antara dealer dengan BMI, Tbk adalah akad jual-beli tunai. Pada Bank Muamalat Indonesia dalam melakukan pembiayaan IMBT sesuai dengan harga pokok pembelian ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama. Nilai pembiayaan IMBT tidak berubah selama akad belum berakhir, karena jika terjadi perubahan dalam harga maka perjanjian tersebut batal. 7 Mengenai sistem pembayaran Ijarah Muntahiya Bittamlik, Yudi Susworo mengatakan , “Nasabah melakukan sistem pembayaran dengan jangka waktu yang disepakati bersama, batas waktu dan nilai angsuran yang jelas pada saat akad. Penetapan jangka waktu pembayaran yang terjadi dalam BMI, Tbk merupakan syarat mutlak sah atau tidaknya sebuah transaksi, dan dibolehkan dalam syari’ah, selama jangka waktu yang disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayarannya dibatasi, sehingga terhindar dari praktek ba’i gharar penipuan, Misalnya, dalam perjanjian nasabah akan membayar 3 tiga bulan kemudian, atau diangsur dengan jangka waktu yang ditetapkan, atau dengan kebijakan lain yang ditetapkan oleh BMI, Tbk. Untuk nasabah pembiayaan, Bank Muamalat Indonesia mewajibkan untuk memiliki tabungan yang harus diisi setiap nasabah bank datang. Hal ini bermanfaat bagi 7 Yudi Susworo, Support Adm. Manager Muamalat Institute, Wawancara Pribadi, Jakarta, 25 Januari 2011. nasabah yang merasa keberatan jika harus membayar tagihan angsuran setiap bulannya dikarenakan jumlahnya yang besar. Dan nasabah dapat langsung meminta bank untuk mendebet pembayaran tagihan angsuran setiap bulannya, dan hal ini dapat memudahkan dan meringankan nasabah ”. 8 Sedangkan jaminan yang terjadi dalam transaksi IMBT yang dilakukan BMI, Tbk terhadap objek barang IMBT. Jaminan ini untuk memastikan nasabah bersungguh-sungguh dalam permohonan pembiayaan yang akan diajukan. Barang yang disewa menjadi jaminan sebelum nasabah selesai melunasi pembiayaan, akan tetapi jika nasabah tidak mampu membayar angsuran sesuai kesepakatan awal maka dilakukan penarikan barang sebagai jaminan. Harta jaminan yang diambil alih terdiri dari tanah, bangunan dan mesin-mesin. 9 Pada halaman berikut adalah lampiran pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik bermasalah dan Outstanding Pembiayaan periode Januari 2009 pada Bank Muamalat Indonesia : 8 Yudis Sisworo, Manager Operasional Bank Muamalat Indonesia, Wawancara Pribadi, Jakarta, 25 Januari 2011. 9 Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia, h. 135. Interpretasi Data : Pada data Kolektibilitas Pembiayaan Berdasarkan Jenis Produk Pembiayaan PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Januari 2009 tersebut penyajian data pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik digabung dengan pembiayaan Ijarah perhatikan nomor 7. Berdasarkan data tersebut terdapat pembiayaan Ijarah Ijarah Muntahiya Bittamlik sebesar Rp.159.000.000,- yang dinyatakan bermasalah karena pencatatannya berada pada kolom Kurang Lancar atau dengan kata lain berada pada Collectibility 3 Jumlah tunggakan 91-180 hari. Pada bulan tersebut jumlah nasabah Ijarah Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah 15 Orang sebagaimana yang tersaji dalam data Outstanding Pembiayaan berdasarkan Jenis Produk PT. Bank Muamalat Indonesia Periode Januari 2009, dan dari 15 Orang nasabah tersebut terdapat satu nasabah yang berada pada kolom Kurang Lancar. Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia akan dikategorikan bermasalah apabila berada dalam kategori : 1. Dalam Perhatian Khusus atau disebut juga Collectibility 2 Tunggakan 1 s.d 90 hari. 2. Kurang Lancar atau disebut juga Collectibility 3 Tunggakan 91 s.d 180 hari. 3. Diragukan atau disebut juga Collectibility 4 Tunggakan 181 s.d 270 hari. 4. Macet atau disebut juga Collectibility 5 Tunggakan dari 270 hari. Setiap nasabah yang tergolong dalam kategori bermasalah akan dikenai denda keterlambatan pembayaran sesuai kesepakatan pada awal akad, dan uang denda tersebut akan dimasukkan ke rekening ZIS Zakat Infaq dan Sadaqah. Kemudian nasabah juga akan ditindaklanjuti dengan kebijakan-kebijakan tertentu sesuai keputusan Bank Muamalat Indonesia berdasarkan UU Perbankan Syari’ah. 10

B. Faktor Penyebab Nasabah Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

Bermasalah Nasabah X sebagaimana yang terlampir pada data tersebut adalah pengusaha interior yang mengajukan pembiayaan IMBT untuk pembelian satu unit mobil pribadi seharga Rp.195.000.000,- dengan angsuran pembayaran sewa sebesar Rp. 5.416.700,- bulan selama 3 tahun. Setelah masa sewa berjalan selama 26 bulan, nasabah X tidak membayar angsuransewa selama 3 bulan berturut-turut karena bisnis usaha interiornya mengalami kelesuan sehingga nasabah X tidak dapat menunaikan kewajibannya terhadap Bank Muamalat Indonesia, dan pada masa tersebut nasabah X tercatat dalam kategori Dalam Perhatian Khusus atau dengan kata lain disebut Collectibility 2 jumlah tunggakan 1-90 hari. Maka pihak Bank Muamalat menetapkan denda dalam setiap keterlambatan pembayaran sewa tersebut dengan jumlah yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada awal akad. Namun hal 10 Yudi Susworo, Manager Operational Bank Muamalat Indonesia Kancab Slipi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 17 Maret 2010. tersebut tetap berlanjut hingga memasuki collectibility 3 dengan jumlah tunggakan 92 hari. 11

C. Solusi Bank Muamalat Terhadap Nasabah Ijarah Muntahiya Bittamlik

Wanprestasi Berikut ini adalah solusi yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia terhadap nasabah wanprestasi : 12  Evaluasi ulang pembiayaan yang menyangkut : a. Aspek Management. b. Aspek Pemasaran. c. Aspek Produksi. d. Aspek Keuangan. e. Aspek Yuridis. f. Aspek Jaminan. g. Aspek Nilai Jaminan Retaksasi. Khusus untuk aspek Yuridis dan jaminan, maka perlu dilakukan konsultasi kepada bagian Legal untuk penyempurnaan kelemahan-kelemahan yang mungkin terdapat dalam pengikatan pembiayaan maupun jaminan, agar tidak terdapat peluang 11 Hamsari Nazli Officer Financing Bank Muamalat Indonesia kancab Slipi, Wawancara Pribadi, Jakarta 25 Maret 2011. 12 Ibid., h.8. bagi nasabah dan pihak ketiga untuk melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kerugian bagi Bank.  Pengelompokan Penanganan account penyelesaian pembiayaan menjadi : 13 1. Revitalisasi Proses. Hal ini dilakukan apabila berdasarkan evaluasi ulang pembiayaan yang dilakukan terdapat indikasi bahwa usaha nasabah masih berjalan dan hasil usaha nasabah diyakini masih mampu untuk memenuhi kewajiban angsuran kepada Bank. Revitalisasi Proses, meliputi : a. Rescheduling, yakni tindakan yang diambil dengan cara melakukan perubahan terhadap jangka waktu pembiayaan, jadwal angsuran, grace periode jatuh tempo dan jumlah angsuran. 14 Dengan penjadwalan kembali pelunasan pembiayaan, bank memberi kelonggaran nasabah membayar utangnya yang telah jatuh tempo, dengan jalan menunda tanggal jatuh tempo tersebut. Apabila pelunasan pembiayaan dilakukan dengan cara mengangsur, dapat juga bank menyusun jadwal baru angsuran pembiayan yang dapat meringankan kewajiban nasabah untuk melaksanakannya. 15 b. Restructuring, yaitu perubahan sebagian atau seluruh ketentuan-ketentuan pembiayaan termasuk perubahan maksimum saldo pembiayaan. 13 Ibid., h. 8. 14 Much tar Siswoyo, Modul Pembiayaan Bermasalah, Jakarta, Bina Aksara, 2006, h.12. 15 Siswanto Sutojo, Analisa kredit Bank Umum konsep dan teknik, Pustaka binamam, 1997, h.129. c. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh ketentuan pembiayaan termasuk perubahan jangka waktu dan persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan. Langkah-langkah Proses Revitalisasi adalah : 16 a. Melakukan evaluasi tentang potensi usaha nasabah. b. Membuat rekomendasi untuk diajukan kepada Komite Pembiayaan. c. Melakukan pengikatan-pengikatan. d. Melakukan proses pengadministrasian lainnya. 2. Penyelesaian Melalui Jaminan Hal ini dilakukan apabila berdasarkan hasil evaluasi ulang pembiayaan, nasabah sudah tidak memiliki usaha dan nasabah tidak bersikap bekerjasama untuk menyelesaikan pembiayaan. Adapun penyelesaian melalui jaminan dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 17 1. Penyelesaian dengan cara Non Litigasi. 2. Penyelesaian dengan cara Litigasi.  Penyelesaian Non Litigasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 18 1. Dengan cara Off-Set. 16 Pembiayaan Bermasalah Bank Muamalat Indonesia, h. 9. 17 Ibid., h. 10. 18 Ibid., h.10.

Dokumen yang terkait

Manajemen pembiayaan mudhararah bermasalah : studi pada bank muamalat indonesia ,tbk

0 8 140

Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik pada perbankan sy ari' ah (studi pada pt. Bank muamalat indonesia. Tbk)

1 6 113

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 1

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 4 3

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB I JUREID

0 0 11

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB II JUREID

1 5 85

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB III JUREID

0 0 9

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB IV JUREID

7 41 59

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB V JUREID

0 0 2

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 5