Hak dan Kewajiban Kedua-belah Pihak

pada dasarnya, meskipun terdapat persamaan antara ijarah dan leasing, tetapi ada beberapa karakteristik yang membedakannya yaitu: a Objek Dilihat dari segi objek yang disewakan, leasing hanya berlaku untuk sewa- menyewa barang saja. Jadi yang disewakan dalam leasing terbatas pada manfaat barang saja. Di lain pihak dalam ijarah objek yang disewakan bisa berupa barang ataupun jasa tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat barang disebut sewa-menyewa, sedangkan bila diterapkan untuk manfaat jasa tenaga kerja disebut upah-mengupah. Jadi yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang maupun manfaat tenaga kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai cakupan yang lebih luas daripada leasing. b Metode Pembayaran Bila dilihat dari segi pembayarannya, leasing hanya memiliki satu metode pembayaran saja, yakni yang bersifat not contingent to performance. Artinya, pembayaran sewa pada leasing tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa. Sedangkan untuk pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa contingent to performance. c Perpindahan Kepemilikan Transfer Of Title Dari aspek perpindahan kepemilikan, dalam leasing ada dua jenis yaitu operating lease dan financial lease. Dalam operating lease tidak terjadi pemindahan kepemilikan asset, baik diawal maupun diakhir periode sewa. Dalam financial lease, diakhir periode sewa si penyewa diberi pilihan opsi untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa tersebut. Sehingga transfer of title masih berupa pilihan dan dilakukan diakhir periode. Namun pada prakteknya khususnya di Indonesia, dalam financial lease sudah tidak ada opsi lagi untuk membeli atau tidak membeli, karena pilihan untuk membeli atau tidak membeli itu sudah „dikunci’ di awal periode. Di lain pihak, ijarah sama seperti financial lease, diakhir periode sewa si penyewa diberi opsi untuk membeli atau tidak membeli barang yang disewa. Yakni tidak ada transfer of title baik diawal maupun diakhir periode. Namun demikian pada akhir masa sewa. Namun demikian pada masa akhir sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Sehingga dalam perbankan syari’ah dikenal ijarah muntahiya bittamlik IMBT atau sewa yang diikuti dengan pemindahan kepemilikan. Karena itu dalam IMBT, pihak yang menyewakan berjanji diawal periode kepada pihak penyewa, apakah akan menjual barang tersebut atau menghibahkannya. d Lease-Purchase Versi lain dari leasing adalah lease-purchase sewa beli, yakni kontrak sewa sekaligus beli. Dalam kontrak ini, perpindahan kepemilikan terjadi selama periode sewa secara bertahap. Bila kontrak sewa beli ini dibatalkan, hak milik barang terbagi antara milik penyewa dengan milik yang menyewakan. Dalam syari’ah, akad lease and purchase ini diharamkan karena adanya two in one dua akad sekaligus, hal ini menyebabkan gharar dalam akad yakni adanya ketidakjelasan akad: apakah akad yang berlaku akad sewa atau akad beli. e Sale and Lease-back Sale and lease-back adalah pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Metode ini membantu lessee yang mengalami kesulitan modal barang. Sale and lease-back terjadi bila, misalnya, A menjual barang X ke B, tetapi karena A tetap ingin barang X tersebut, B menyewakannya kembali ke A dengan kontrak financial lease, sehingga A mempunyai pilihan untuk memiliki barang X tersebut diakhir periode. Misalkan, A menjual barang X seharga RP. 120 Juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual barang X tersebut kapada A secara tunai seharga Rp. 100 Juta. Transaksi di atas haram, karena ada persyaratan bahwa A bersedia menjual barang X ke B asalkan B kembali menjual barang tersebut kapada A. Dalam kasus di atas, disyaratkan bahwa akad 1 berlaku efekif bila akad 2 dilakukan. Penerapan syarat ini mencegah terpenuhinya rukun ijarah, yaitu rukun yang harus terpenuhi, sehingga ganti penggunaan manfaat asset dalam bentuk sewa. 12

E. Berakhirnya Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik

Berakhirnya suatu akad ijarah Muntahiya Bittamlik disebabkan oleh hal- hal berikut: 12 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, h.131-135. 1. Objek hilang atau musnah seperti rumah terbakar. 13 2. Habis tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya dan apabila yang disewa itu jasa seseorang, maka ia berhak diberi imbalan atas jasa yang telah dilakukan. 14 3. Menurut mazhab Hanafi, akad berakhir apabila salah seorang meninggal dunia, karena manfaat tidak dapat diwariskan. Berbeda dengan jumhur ulama, akad tidak berakhir batal karena manfaat dapat diwariskan. 15 4. Menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur di salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka akad al-ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat membatalkan akad al- ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumur disuatu desa, sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama uzur yang boleh membatalkan al-ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir. 16 13 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam Fiqh Muamalat, h. 237. 14 Abdul Aziz Dahlan editor, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Cet. Pertama, Jilid II, h. 660. 15 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam Fiqh Muamalat, h.237. 16 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2000, h.237-238.

Dokumen yang terkait

Manajemen pembiayaan mudhararah bermasalah : studi pada bank muamalat indonesia ,tbk

0 8 140

Pembiayaan ijarah muntahiya bittamlik pada perbankan sy ari' ah (studi pada pt. Bank muamalat indonesia. Tbk)

1 6 113

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 2 1

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 4 3

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB I JUREID

0 0 11

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB II JUREID

1 5 85

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB III JUREID

0 0 9

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB IV JUREID

7 41 59

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara BAB V JUREID

0 0 2

Manajemen resiko bank Islam (penanganan pembiayaan bermasalah dalam produk pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia cabang pembantu Panyabungan) - Repository UIN Sumatera Utara

0 0 5