Pengertian Ijarah Muntahiya Bittamlik
Keterangan : 1.
Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan objek sewa kepada Bank Syari’ah mu’jir.
2. Bank Syari’ah membeli objek sewa sesuai kebutuhan nasabah
kepada Suplier penjual. 3.
a. Bank Syari’ah mu’jir dan Nasabah musta’jir melakukan akad IMBT.
b. Suplier penjual mengirimkan objek sewa kepada nasabah musta’jir. Status objek sewa masih merupakan kepemilikan
Bank Syri’ah mu’jir. 4.
Musta’jir membayar sewa kepada mu’jir. 5.
Setelah akad ijarah berakhir, Bank Syari’ah melakukan akad jual beli objek sewa dan nasabah wajib membeli objek tersebut, maka
terjadilah pengalihan kepemilikan dari Bank Syari’ah mu’jir kepada nasabah
musta’jir. Sewa ijarah dan sewa beli
ijarah wa iqtina’ atau ijarah muntahiya bittamlik oleh para ulama dianggap sebagai model pembiayaan yang dibenarkan
oleh syari’at Islam. Model ini secara konvensional dikenal sebagai operating lease and financial lease. Ijarah atau sewa adalah kontrak yang melibatkan suatu
barang dengan jasa atau manfaat atas harga lainnya. Penyewa juga diberi opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut pada saat sewa selesai dan
kontrak ini disebut ijarah wa iqtina’ atau ijarah muntahiya bittammlik, dimana
akad sewa yang terjadi antara bank sebagai pemilik barang dengan nasabah sebagai penyewa dengan akad sewa yang diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan barang ke tangan si penyewa, dimana cicilan sewaan sudah termasuk cicilan pokok harga barang.
2
Ijarah Muntahiya Bittamlik IMBT adalah perpaduan antara kontrak sewa dan jual beli atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan pemindahan
kepemilikan barang ditangan si penyewa.
3
Pada buku Manajemen Pembiayaan Bank Syariah karangan Muhammad dikatakan bahwa Al-
bai’ Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik IMBT merupakan rangkaian dua buah akad, yakni akad Al-
bai’ dan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik IMBT. Al-
Bai’ merupakan akad jual beli, sedangkan IMBT merupakan kombinasi antara sewa menyewa ijarah dan jual beli atau hibah diakhir masa
sewa. Dalam Ijarah Muntahiya Bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut :
4
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
2
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta, Pustaka Alvabet, 2005, Cet. Ketiga, h.25.
3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia Cendekia, 2001, Cet. Pertama, h.118.
4
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta, Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2005, Cet. Pertama, h.156.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah akad pengambilan manfaat dari suatu barang dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa diikuti dengan pemindahan kepemilikan. Dalam hal ini Ijarah Muntahiya Bittamlik memiliki persamaan dengan
Bai’u takjiri, dimana
Bai’u takjiri atau sewa beli adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan. Dalam kontrak ini pembayaran sewa telah
diperhitungkan sedemikian rupa sehingga sebagian daripadanya merupakan pembelian terhadap barang secara berangsur-angsur.
5