Masa Kuno Sejarah Dan Perkembangan Seni Panahan Jepang

7 yang lebih terbentuk dalam pemikiran terakhir adalah keraguan terhadap keyakinan bahwa Jimmu adalah kaisar Jepang yang pertama. Pertanyaan tentang keberadaan Jimmu ini adalah merupakan subjek di luar ruang lingkup buku ini, tetapi akan sangat menarik untuk dicatat bahwa dalam melukis dan menjelaskan kehidupannya, Jimmu selalu digambarkan dengan busur yang panjang dan panah. Ini jelas mengilustrasikan dalam tahap perkembangan awal dari negara Jepang bahwa busur itu digunakan sebagai simbol otoritas dan kesatuan politik.

2.1.2 Masa Kuno

Dari abad keempat hingga ke lima, budaya China sangat mempengaruhi sistem pemerintahan di Jepang. Bersamaan dengan etiket dan ritual, Jepang mengadopsi upacara memanah dari aristokrasi China yang mempertimbangkan kemahiran dalam memanah sebagai tanda bagi seorang laki-laki yang berpendidikan baik.Sarjana pada masa itu menulis bahwa laki-laki yang beradab tidak pernah berkelahi untuk menyelesaikan perbedaan mereka, tetapi harus menyelesaikannya melalui uji kepandaian dalam memanah. Kontes seperti itu harus diatur oleh kode etik dan peserta yang harus melaksanakannya. Mereka harus memperlihatkan responnya dengan memanah kepada yang lain sebelum mereka memanah dan setelah itu, yang kalah harus menerima hasil dengan murah hati dan berbesar hati dan memberikan ucapan selamat kepada pemenang. Universitas Sumatera Utara 8 Jepang dan China putus hubungan pada abad kesembilan, tetapi China terus melanjutkan dan memiliki pengaruh terhap kepiawaian memanah Jepang. Dalam kenyataannya, jauh setelah upacara memanah menghilang di China, maka kemudian dilanjutkan untuk berkembang di Jepang, dimana ini dapat diikuti dalam seni Kyoto. Berikut ini ada tiga ratus tahun berlangsung perubahan yang sekali lagi akan merubah praktek memanah Jepang. Pertama, sebagai sebuah kekuatan pemilik tanah yang terus meningkat, mereka diberikan pengecualian atas pajak dan kekebalan dari pemeriksa resmi. Kemudian, ketika otoritas negara terhadap tanah berkurang, maka pemilih tanah mengasumsikan tanggung jawab pemerintah dan melindungi orang yang tinggal di daerah mereka. Akibatnya, wajib militer sebagai sebuah kelompok yang kurang terlatih dan tidak berdisiplin yang lebih bersifat tenaga kerja dari serdadu adalah ditempatkan oleh milisi provinsi yang memiliki kemauan. Akhirnya, sebagai pengaruh pemerintahan pusat, maka kekuatan pejuang elit meningkat dan kelas militer baru, samurai, mulai mendominasi negeri itu. Peningkatan kelas samurai mengarah pada pembentukan berbagai Ryu , atau sekolah marsial. Pemanah mula- mula Ryu adalah tidak terorganisir , mereka tidak memiliki metode instruksi yang sistematis. Namun demikian, mereka memberikan pelatihan bagi generasi pemanah baru. Akibatnya, kaum samurai utama sangat tergantung pada keahlian dari sekolah pemanah. Juga ada catatan sejarah terhadap sebutan Taishi Ryu yang telah ada selama masa regensi Shotoku taishi 593 – 622, tetapi secara umum dianggap bahwa Henmi Ryu , yang didirikan lima ratus tahun kemudian oleh Henmi Kiyomitsu, adalah Ryu Universitas Sumatera Utara 9 pemanah pertama. Ini diikuti oleh Takeda Ryu dan Ogasawara Ryu , keduanya dibentuk oleh keturunan Kiyomitsu. Perjuangan untuk supremasi di kalangan suku samurai mengarah pada konfrontasi antara dua keluarga utama, Minamoto dan Taira Perang Gempei 1180 – 11185 dan mengakibatkan peningkatan penggunaan panah secara dramatis. Ada sejumlah kisah dari saat itu yang mengatakan tentang eksploitasi pemanah. Dua dari kisah yang terkenal menyangkut Minamoto no Tametomo dan Nasu no Yoichi . Minamoto No Tametomo yang dikatakan laki-laki yang cukup besar dan memiliki kekuatan. Dicatat bahwa panahnya berukuran Dua belas tangan dan Dua jari . Dia menyatakan penggunaan busur yang memberinya daya untuk membutuhkan lima laki-laki untuk menariknya. Legenda ini muncul selama Era Gempei , Tametomo hidup di pembuangan di pulau Oshima di Izu. Sejak dia menganggap pulau itu sebagai domain pribadinya, dia menolak membayar pajak. Kekerasan pendiriannya telah memprovokasi pemerintahan pusat untuk mengirimkan armada yang terdiri dari dua puluh kapal perang kecil dalam usaha untuk memaksanya untuk membayar pajak. Sebagai gerakan penolakan, Tametomo memutuskan untuk memanah dengan panah besar ke pada busur dari satu kapal, tetapi kemudian mengenai hull kayu beberapa inci di atas garis air. Panahan itu begitu dahsyat sehingga panah menembus hingga ke bagian dalam kapal, menciptakan dua lubang mengagah. Air laut masuk ke dalam dan kapal itu mulai tenggelam. Petunjuk dari kapal perang tenggelam oleh satu panah sehingga menakutkan kapten kapal lainnya yang telah mereka lakukan. Universitas Sumatera Utara 10 Nasu no Yoichi adalah tokoh populer dalam seni dan kesusasteraan Jepang, tetapi seperti halnya dengan Minamoto no Tametomo , uraian tentang kehidupannya adalah kemungkinan telah dilebih-lebihkan. Nasu no Yoichi adalah lebih baik diketahui untuk gambaran pengecualian dari keahlian di yashima, pertempuran desisif antara Minamoto dan Taira . Pasukan tentara Minamoto memaksa Taira untuk menarik diri ke dalam kapalnya untuk meninggalkan pantai laut pedalaman,dan dalam memastikan pertempuran dari armada yang hilang. Taira tidak menerima kekalahan tanpa mengajukan satu tantangan simbolik terakhir.Mereka menambatkan satu kapalnya yang masih tersisa hingga tujuh puluh meter lepas pantai dan menantangi pemanah Minamoto untuk menembak kipas lipat yang diikatkan di ujung bagian kayu panjang. Nasu no Yoichi pemanah besar Minamoto, menerima tantangan itu. Di belakang kuda dan dalam pandangan penuh dari teman-teman dan musuhnya, dia berlari dalam jarak pendek ke arah laut dan bersiap untuk memanah. Dia meminta dewa untuk menenangkan angin dan memandu panahnya.Mukjizat, angin terhenti dan laut tenang. Nasu no Yoichi mengangkat busurnya,mengambil arah panahannya dan melepaskan panahnya. Tepat mengenai ke arah kapal Taira dan membagi dasar kipas, dan kemudian masuk ke dalam laut. Setelah hening sesaat, pejuang dari kedua pihak meraung tanda setuju. Perang Gempei menghasilkan banyak laki-laki petarung yang luar biasa seperti Minamoto no Tametomo dan Nasu no Yoichi dan kemudian membentuk bushi, atau Samurai, sebagai kelas sosial baru yang memiliki kekuatan. Naiknya samurai adalah membuktikan pentingnya dalam perkembangan panahan Jepang. Universitas Sumatera Utara 11

2.1.3 Masa Feudal