Rene terus memotifasi tim marching band agar dapat merayakan dua belas menit terbaik dalam hidup kalian, milik kita semua yang ada di sini.
Ealine memimpin anggota tim marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk berjalan menuju ke dalam Istora Senayan. dan akhirnya mereka menjadi juara GPMB.
b. Makna Konotasi
Scene sebelum ini adalah scene Lahang mendapatkan kabar bahwa sang ayah telah meninggal dunia. Hal itu sempat membuatnya menyerah untuk tidak mengikuti
lomba ini. Akan tetapi Rene berhasil membujuk Lahang dengan mengingatkan tujuan mereka datang ke Jakarta. Akhirnya Lahang tetap melanjutkan mengikuti ajang
kompetisi ini. Kuncinya adalah saling memotivasi dan saling menguatkan satu sama lain. Tidak hanya memikirkan diri sendiri akan tetapi harus memikirkan anggota tim
yang lain. Frame size diawali dengan long shot. Gambar diambil dari jarak yang jauh
sehingga objek terlihat lebih kecil, dan latang belakang begitu jelas. Tim marching band BontangPupuk Kaltim mereka membuat sebuah lingkaran besar dan saling
berangkulan satu sama lain. Makna konotasi dari membuat sebuah lingkaran adalah mereka merupakan satu
kesatuan. Tangan yang saling berangkulan mengartikan sebuah kekuatan. Dengan membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan mengartikan penyatuan sebuah
kekuatan, dari semua usaha dan kerja keras yang dilakukan selama ini, ini adalah saat penentuannya.
c. Makna Mitos
Membuat lingkaran dengan tangan berangkulan adalah salah satu tradisi yang dilakukan sebelum pertandingan. Membuat sebuah lingkaran biasanya dilakukan para
atlit dan pelatih sebelum mereka bertanding. Hal ini dilakukan dengan cara membuat sebuah lingkaran dan saling berangkulan. Untuk pelatih biasanya untuk member
motivasi atau strategi dalam bermain. Sedangkan untuk pemain hal ini untuk menjaga kekompakan satu sama lain.
B. Pendapat Penulis Skenario
Makna yang terdapat dalam film ini adalah makna mimpi, bahwasanya siapapun dapat bermimpi.Seperti hal nya mimpi-mimpi yang ada di film 12 menit ini. Menurut Oka:
“Semua sineas akan bilang bahwa dalam filmnya, semua adegan adalah penting. Karena semua adegan itu menggambarkan upaya meraih sesuatu. Nggak ada adegan yang
lebih nggak penting daripada yang lain
2
” Mimpi yang mendasari Rene memiliki mimpi untuk menjadikan timmarching band
Bontang Pupuk Kaltim menjadi juara GPMB adalah karena sejak kecil Rene selalu tertarik pada drum. Tara Tara tetap ingin bermain marching band padahal ia telah
kehilangan 80 pendengarannya adalah karena dia yakin dia bisa, dan tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau berusaha. Kemudian yang mendasari Earine
sehingga ia sangat mencintai music karena dia sekolah di sekolah musik. Mimpi Lahang, dia ingin sekali melihat Monas karena Lahang menjadikan Monas sebagai batu loncatan
bagi mimpinya untuk melihat tugu-tugu yang ada di dunia ini.
2
Wawancara pribadi dengan Oka Aurora. Jakarta 8 September 2014.
81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah ditemukan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik beberapa kesimpulan.
1. Makana Denotasi
Makna denotasi dalam penelitian ini adalah gambaran potret tentang perjuangan sekelompok tim marching band yang ada di pelosok Negeri, yang
mempunyai mimpi yang sangat besar, untuk menjadi juara GPMB, yaitu perhelatan akbar untuk unit-unit marching band se-Indonesia.
2. Makna Konotasi
Makna konotasi dalam film ini adalah perjuangan yang dilakukan oleh kelompok marching band Bontang Pupuk Kaltim, untuk mencapai mimpi mereka
masing-masing. Mimpi dari seorang pelatih yang bernama Rene: membawa group marching band menjadi juara GPMB.Mimpi seorang gadis remaja berusia 15
tahun, yang ingin selalu bermain musik. Dengan tekad yang kuat gadis belia ini terus mewujudkan mimpinya mesti tidak direstui oleh sang ayah.Bermimpi untuk
melihat tugu monas secara langsung, dan menjadikan tugu monas sebagai batu loncatan bagi mimpi besarnya untuk mengunjungi berbagai tugu di Dunia.
Marching Band Pupuk Kaltim yang bermimpi untuk menjadi juara GPMB. 3.
Mitos Film ini menegaskan mitos bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan
butuh pengorbanan dan kerja keras. Dimana ada kemauan disitu ada jalan. Seperti yang terdapat di sebuah pribahasa arab: Man jadda Wajada
“barang siapa yang bersungguh-sungguh maka sampailah ia
”
B. Saran
Terkait dengan penelitian ini ada beberapa saran yang penulis dapat sampaikan. 1.
Saat menonton sebuah film, kita harus cermat dalam memaknai setiap pesan yang disampaikan. Kita jangan sampai menjadi penonton pasif, yang hanya menikmati
sebuah film tapi kita tidak dapat menilai dan mengambil pelajaran yang disampaikan disetiap film.
2. Bagi penulis, film ini sangat layak untuk ditonton. Karena film ini film pertama di
Indonesia yang berkisah tentang perjuangan sebuah marching band menuju acara GPMB. Dan film ini juga terdapat beberapa unsur, diantaranya unsur hiburan,
edukasi, dan juga informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Morisan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakasa, 2005.
Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat Sebuah Pengantar. Jakarta: BPSDM Citra Pusat Perfilman H. Usman Ismail, 2000.
Lexy J. Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2002. Antonius, Birowo, Metode Penelitian zkomunikasi. Yogyakarta: Gintanyali, 2004.
Yasraf, Amir, Piliang, Hipersemiotika, Yogyakarta: Jalasutra, 2003 . Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010. Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Suatu Wacana, Analisis Semiotik dan
Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Andry Masri, Strategi visual, Yogyakarta: Jalasutra, 2010.
Ferdinan de Saussure dikutip oleh Artur Asa Berger dalam bukunya Pengantar Semiotika:
Tanda-tanda dalam kebudayaan kontemporer, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010 cet.1.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6.
Tommy Cristomy, Semiotik Budaya, Depok: Universitas Indonesia, 2004, cet. 1. Ferdinan de Saussure dikutip oleh Yasraf Amir Piliang dalam buku Hiper Semiotik Tafsir
Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta: Jalasutra,2003h. 256. Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 6. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Denesi, Semiotik Media, h.28.
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006.