Penulis Skenario Film Profil Sutradara Film

katalisator mimpi tersebut. Bagi Rene yang telah matang dalam dunia Marching Band dan telah beberapa kali membawa tim lain ke puncak kejayaan tentu mimpi tersebut tidaklah mustahil. Namun keyakinan Rene menjadi turut tergoncang saat berhadapan dengan realita tim yang dibinanya. Jangankan untuk menjangkau, untuk membayangkan saja personel tim sudah dihantam oleh berbagai rasa kecut dan konflik internal yang merong-rong keyakinan mereka. Gambar 3.4 Arum Sekarwangi Tara Sumber: Film 12 Menit Arum sekarwangi berperan sebagai Tara seorang anak yang sensitive, seorang pemain drum yang baik di masa lampau. Kini ia harus berjuang mengembalikan permainan terbaiknya dalam keterbatasan pendengaran. Hampir 80 persen pendengaran Tara hilang bersama kepergian Ayahnya dalam sebuah kecelakaan maut. Rasa bersalah dan kehilangan adalah luka masa lalu yang menghambat Tara untuk menatap masa depan. Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.Tara harus diasuh oleh opa dan omanya.Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya. Gambar 3.5 Hudri Lahang Sumber: Film 12 Menit Hudri berperan sebagai Lahang, pemuda kampong dengan bekal pesan dari sang bunda ingin menjadikan Tugu Monas sebagai loncatan bagi mimpi besar untuk mengunjungi berbagai tugu lain di dunia. Membentangkan sayap keberanian, terbang lebih tinggi seperti Elang.Dalam meretas mimpinya bersama Marching Band Lahang dihadapkan dengan sebuah dilema tentang keluarga. Kondisi Bapaknya yang kian parah, serta penyesalan karena tidak berada di sisi Ibunya saat sang bunda menghembuskan nafas terakhir membuat Lahang sulit beranjak dari sisi Bapaknya. Lahang meragu untuk mengejar mimpinya sementara sebuah janji telah terucap.Lahang telah berjanji kepada Bapaknya untuk terus ‘hidup’ dalam kehidupannya. Gambar 3.6 Amanda Susanto Elaine Sumber Gambar: Film 12 Menit Amanda Susanto berperan sebagai Elaine, gadis pintar keturunan Jepang yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah ke Bontang Kaltim karena harus mengikuti sang ayah yang seorang insinyur kimia asli Jepang yang ditugaskan untuk memimpin sebuah departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya.Elaine sangat mencintai musik dan meyakini musik adalah segala-galanya dalam hidupnya. Josuke sang ayah, sangat menginginkan Elaine menjadi seorang ilmuwan, dan baginya musik adalah sesuatu yang sia- sia. Elaine mempunyai peran vital dalam tim. Ia adalah satu-satunya field commander yang diharapkan setelah field commander yang sebelumnya mengalami cedera berat. Josuke menentang keras keinginan Elaine untuk tetap bergabung dalam tim.