Katarak Kongenital Karakteristik Katarak Kongenital di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2014

Pada juvenile-onset diabetes mellitus, perubahan lensa jarang terjadi. Beberapa anak dapat memiliki lensa dengan opasitas snowflake- like berwarna putih dan bervakuola. Katarak juga dapat berkembang dan matur secara cepat, bahkan dalam hitungan hari, terutama pada masa remaja. Kejadian pendahulunya bisa berupa miopia yang terjadi tiba-tiba karena perubahan densitas optikal lensa. Opasitas lensa kongenital dapat terlihat pada anak dari ibu diabetes dan prediabetes. Hipoglikemia pada neonatus dapat dihubungkan dengan kejadian awal katarak. Hipoglikemia ketotik juga dapat berhubungan dengan katarak. Katarak juga dapat dikaitkan dengan hipoparatiroid.Opasitas lensa kongenital dapat terlihat pada anak dengan ibu diabetes dan prediabetes. Perkembangan awal dari katarak ini dikaitkan dengan hipoglikemia. Hipoglikemia ketotik juga dapat menyebabkan katarak Nelson,2008. Masalah metabolik merupakan salah satu penyebab katarak pada anak. Masalah tersebut antara lain, hipoglikemia, mannosidosis, hipoparatiroid, diabetes maternal, dan galaktosemia Avery, 2005. 6. Kelainan Kromosom Opasitas lensa berbagai jenis dapat terjadi pada kelainan kromosom, termasuk trisomi 13, 18, dan 21. Sindrom Turner, beberapa sindrom delesi 11p, 13, 18p, 18q serta duplikasi 3q, 20p, 10q juga dapat mengakibatkan opasitas lensa. 7. Obat, Agen Toksik, dan Trauma Kortikosteroid merupakan penyebab penting katarak pada usia anak. Katarak yang disebabkan steroid biasanya berupa opasitas lensa subkapsular. Pada banyak kasus, akurasi penglihatan terganggu ringan ataupun sedang.Trauma pada mata merupakan penyebab utama katarak pada anak-anak. Opasifikasi lensa dapat terjadi karena kontusio atau trauma penetrasi. 2.5.4. Bentuk dan Lateralitas Katarak Bentuk dari katarak penting karena dapat mengindikasikan etiologi, bentuk pewarisan dan efeknya pada penglihatan Kanski, 2015. Menurut Kanski 2015, bentuk tersebut antara lain: 1. Nuklear, opasitas yang mengenai lensa fetal atau embrionik. Katarak bisa padat atau tersusun dari pulverulen. 2. Lamellar, opasitas yang mengenai bagian tertentu lamella depan dan belakang dan pada beberapa kasus berkaitan dengan ekstensi radial. Opasitas lamellar dapat terjadi secara autosomal dominan, kelainan metabolik, dan infeksi intrauterin. 3. Koroner Supranuklear, opasitas yang terletak dalam korteks dan mengelilingi nukleus seperti mahkota, biasanya terjadi sporadis dan terkadang faktor keturunan. 4. Blue dot cataracta punctata caerulea, sering terjadi bersamaan dengan tipe opasitas lain. 5. Sutural, opasitas yang mengikuti bentuk sutura Y pada bagian anterior atau posterior. Opasitas ini dapat terjadi bersamaan dengan opasitas lain 6. Polar anterior, opasitas yang berbentuk pipih ataupun konus kerucut pada kamera okuli anterior katarak piramidal. Opasitas polar anterior yang datar terletak sentral dengan diameter lebih kecil dari 3 mm. Katarak ini biasanya bilateral pada sepertiga kasus dan tidak menganggu penglihatan secara signifikan. Opasitas piramidal biasanya sering dikelilingi oleh opasitas kortikal dan dapat mengganggu penglihatan. Katarak polar anterior terkadang dihubungkan dengan katarak anterior polar termasuk persistent pupilary membrane, aniridia, anomali Peters, dan lentikonus anterior 7. Polar posterior , merupakan katarak yang dikaitkan dengan Mittendorf dots, lentikonus posterior dan vaskulaut fetal anterior. 8. Central ‘oil droplet’, merupakan karakteristik opasitas yang disebabkan galaktosemia. 9. Membranosa, katarak ini jarang dan sering dikaitkan dengan sindrom Hallermann-Streiff-Francois. Katarak ini terjadi ketika bagian lentikular tereabsorbsi secara parsial atau total sehingga tersisa residual berwarna putih kapur pada lensa yang terletak di antara kapsul anterior dan posterior. 2.5.5. Pemeriksaan Katarak Kongenital Pemeriksaan katarak kongenital ini dapat dilakukan dengan cara Wilson, 2009: 1. Assessment of Visual Function Tes harus dilakukan dalam jarak 15-20 kaki dengan bagan yang sudah dikalibrasi sehingga ada jarak yang tepat antara kursi pemeriksaan dengan bagan tersebut. Sedapat mungkin anak harus diperiksa dengan huruf yang tersusun linear. 2. Red Reflex Test Red Reflex test dapat digunakan untuk mengetahui densitas dan panjang opasitas di aksis visual. Retinoskopi merupakan alat yang berguna untuk memeriksa celah pupil dan melihat seberapa besar katarak sudah menghitamkan refleks. Selain itu, Ilyas 2006 juga menambahkan perlunya pemeriksaan lampu celah slit lamp untuk melihat semua susunan mata bagian depan dengan pembesaran sehingga dapat dilihat keadaan kornea, manik mata, selaput hitam, dan lensa. 3. Ocular Alignment and Motility Pemeriksaan ini dilakukan dengan refleks cahaya kornea, red reflex binokular, dan cover test. 4. External Examination and Anterior Segment Evaluation Pemeriksaan eksternal suspek katarak biasanya dilakukan dengan pemeriksaan penlight kelopak mata, bulu mata, konjungtiva, sklera, kornea, dan iris. 2.5.6. Operasi Katarak Menurut Ilyas 2010 tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi linear, ekstraksi dengan aspirasi. Pengobatan katarak kongenital bergantung pada : 1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera setelah katarak terlihat. 2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia apabila tidak dilakukan tindakan segera. 3. Katarak total atau kongenital unilateral, mempunyai prognosis yang buruk karena mudah sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya pembedahan dilakukan secepat mungkin, dan diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata. 4. Katarak bilateral parsial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka akan dilakukan pembedahan, biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik. Teknik pembedahan katarak antara lain American Academy of Ophtalmology, 2011 1. Pembedahan IntrakapsularIntracapsular Cataract Extraction ICCE Dalam waktu yang singkat keberhasilan pembedahan dan penurunan derajat keparahan komplikasi setelah pembedahan telah berhasil dicapai dengan materi benang yang halus, mikroskop operasi binokuler, dan teknik sterilisasi yang modern. Suatu bahan kimia yang berfungsi melisiskan serat zonular dengan enzim a-chymotrypsin, dan dengan bantuan forceps kapsul lensa tradisional dan erysiphake telah memberikan cara untuk ekstraksi lensa dengan cryoprobe. Cryoprobe adalah sebuah benda berongga dengan pinggiran logam yang didinginkan oleh nitrous oxide terkompresi yang kemudian ditempelkan pada permukaan lensa. Pada saat suhu logam turun di bawah titik beku, akan terbentuk suatu bola es, dan lensa mata akan melekat pada probe. Gerakan bolak-balik yang lembut selama proses pengangkatan lensa akan membantu melepaskan perlekatan antara membran vitreus anterior dengan lensa, melepas perlekatan serat zonular yang masih tersisa dan mengurangi kehilangan vitreus vitreous loss. ICCE modern masih berperan pada daerahdengan keterbatasan fasilitas berikut: - Keterbatasan instrumentasi yang ada loupes bukan operating microscope dan penggunaan perangkat ekstraksi yang tidak otomatis, seperti cryoprobe, forceps kapsul, atau erysiphakes, memungkinkan ICCE dilakukan dalam berbagai kondisi. - Rehabilitasi visual Dalam fasilitas bedah yang terbaik, ICCE modern menguntungkan untuk dikerjakan pada pasien dengan subluksasilubsaksi lensa atau pada lensa dengan pseudoexfoliation. Kontraindikasi absolut meliputi katarak pada anak-anak atau dewasa muda dan kasus traumatis dengan pecahnya kapsul lama. Kontraindikasi relatif meliputi miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagnian, dan vitreous yang sudah berada di bilik mata depan. Masalah pasca ICCE meliputi hal berikut ini: - Ukuran sayatan. Konsekuensinya termasuk penyembuhan lebih lama, lebih besar menginduksi astigmatisme, tertundanya koreksi refraksi yang diberikan. Masalah yang dapat terjadi, antara lain: kebocoran luka, iritasi jahitan, abses jahitan, filtering blebs, dan inkarserasi iris atau vitreus. - Lipatan kornea atau sentuhan yang tidak sengaja dengan probe cryo dapat menghilangkan sel endotel dan diikuti dengan edema kornea. - Hilangnya penghalang antara segmen anterior dan posterior mata. - Keterbatasan pilihan lensa tanam atau Intraocular Lens IOL dan posisi anterior chamber IOL yang dapat digunakan. Kelemahan teknik ICCE ini membuat ekstraksi katarak ekstrakapsular ECCE lebih dipilih dalam pembedahan katarak. 2. Pembedahan Ekstrakapsular Extracapsular Cataract Extraction ECCE ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui bukaan pada kapsul lensa anterior, dengan kantong kapsuler tertinggal di tempat. Teknik ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan ICCE karena teknik sayatan yang lebih kecil pada ECCE, menghasilkan: - Trauma mata yang lebih sedikit pada endotel kornea - Lebih sedikit menginduksi astigmatisme - Luka sayatan lebih stabil dan aman Selain itu, keberadaan kapsul posterior yang tetap utuh memiliki beberapa keuntungan, yaitu: - Mengurangi resiko kehialngan vitreus saat operasi - Memungkinkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL - Mengurangi cystoid macular oedema, ablasio retina, dan edema kornea - Menyediakan penghalang yang membatasi pertukaran antara beberapa molekul akuos humor dan korpus vitreus. - Mengurangi akses bakteri ke rongga vitreus - Menghilangkan komplikasi jangka pendek dan panjang dikaitkan perlekatan vitreus dengan iris, kornea, dan sayatan. 3. Lensektomi Pada lensektomi, sebagian besar lensa termasuk kapsul posterior dan vitreus anterior diangkat. Akan tetapi, teknik ini membutuhkan alat vitrektomi. Selain itu, setiap intervensi pada vitreus dapat menyebabkan retinal detachment setelahnya. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan anterior chamber maintainer yang dimasukkan melalui kornea, kemudian kapsul anterior lensa diangkat dengan menggunakan vitrector sehingga pinggir kapsul tetap intak. Pinggiran yang intak ini juga dapat membantu pada pemasangan IOL Yorston, 2004. 4. Aspirasi Lensa Sistem aspirasi mesin fakoemulsifikasi bervariasi sesuai desain pompa. Terdapat 3 jenis pompa, yaitu peristaltik, diafragma, dan venturi. Pompa peristaltik terdiri dari satu set rol yang bergerak sepanjang tabung fleksibel, mendorongfluida melalui pipa dan menciptakan vakum relatif di apertura ujung phaco aspirasi. Pada pompa diafragma terdapat diafragma yang fleksibel di atas ruang cairan dengan katup I-way pada tempat masuk dan keluarnya. Pompa venturi menciptakan vakum berdasarkan prinsip venturi, yaitu aliran gas atau cairan di pelabuhan menciptakan vakum yang proporsional untuk laju aliran gas. Secara umum, ketiga jenis pompa ini sama efektivitasnya American Academy of Ophtalmology, 2011. Tabel 2.2. Pilihan Operasi Katarak Pediatri Study No of patients no of eyes Age range mean Mean follow up BCVA Type of Surgery Number of Eyes Posterior Capsule Opacity Other Complication 618 660 Taylor 1981 29 51 0 –18 months 16 weeks 18 months NA NA Aspiration alone PC intact 28 68 Not Mentioned –18 months 17.4 weeks 18 months NA NA Lensectomy 23 Not Mentioned Chrousos et al 1984 392 0-20 years 5.5 years NA NA Aspiration alone 304 62.1 7.2 glaucoma 1.3 RD Roto extraction and primary capsulotomy- small 34 11.7 5.8 glaucoma 2.9 RD Outcome aspiration- wide post capsulotomy 0 glaucoma 1.8 RD Keech et al 1989 76 152 0-30 months 18 weeks 44.8 months NA NA Aspiration alone 20 75.0 20 glaucoma 5 RD Lensectomy 105 11.0 11.4 glaucoma 0.95 RD Basti et al 1996 192 2-8 years 11.3 months 44.15 63.64 Lensectomy anterior Vitrectomy LAV 23 0 RD pupillary capture ECCE+IOL 87 43.7 1.14 RD 8.04 pupillary capture 13.8 uveitis 0 IOL dislocation ECCE+PPC+AV+IOL 82 3.6 1.22 RD 8.53 pupilary capture 15.9 uveitis 2.44 IOL dislocation Eckstein et al 1999 56 112 3 months- 10 years 53 months 3 years 57.1 94.6 Lens aspiration with primary posterior capsulotomy 56 66.1 1.8 glaucoma 16 amblyopia 1.8 pupil decentration Lensectomy vitreophage 56 1.8 1.8 glaucoma 3.6 RD 16 amblyopia 3.6 pupil decentration Yorston et al 2001 71 118 0-11 years 3.5 years 3 months 44.0 91.2 Anterior capsulotomy and lens aspiration 56 35.7 1.7 glaucoma 30.5 uveitis 31.4 amblyopia Anterior capsulotomy+lens aspiration+ primary posterior capsulotomy+anterior vitrectomy 62 1.6 Sumber: Wilson, 2003 Dari Tabel 2.2. terlihat bahwa aspirasi lensa adalah metode yang paling banyak digunakan 526. Metode lain yang digunakan antara lain lensektomi 207 dan ECCE yang diikuti pemasangan IOL 169. 2.5.7. Indikasi Operasi pada Katarak Kongenital Indikasi yang penting untuk diperhatikan antara lain Khurana, 2003: 1. Katarak parsial dan katarak sentral yang kecil hanya perlu diobservasi dan dapat menggunakan tata laksana non-bedah, yaitu dilatasi pupil. Gambar 2.1Katarak yang tidak memerlukan operasi. A. Katarak polar anterior. B. Katarak punctate partial Sumber: Cheng dan Biglan, 2006 2. Katarak padat bilateral harus segera dilakukan pembedahan dalam waktu 6 minggu setelah lahir untuk mencegah stimulus yang menimbulkan ambliopia. 3. Katarak padat unilateral sebaiknya dioperasi sesegera mungkin dalam hitungan hari setelah kelahiran. Meskipun demikian prognosis katarak unilateral ini cenderung buruk. 2.5.8. Penanganan Afakia Menurut Khurana 2003 koreksi afakia pada pasien pediatri dilakukan berdasarkan usia, yaitu: 1. Pada anak di bawah usia 2 tahun, dianjurkan pemakaian lensa kontak. Bila katarak terjadi bilateral, afakia dapat dikoreksi dengan pemakaian kacamata. Pada usia anak 2-3 bulan juga dianjurkan implantasi lensa primer terutama pada katarak unilateral. Meskipun demikian, menurut Ilyas 2006 pemakaian lensa tanam Intraocular Lens IOL tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 3 tahun. 2. Pada anak di atas usia 2 tahun, dapat dikoreksi dengan implantasi IOL pada kamera okuli posterior selama pembedahan. Terdapat beberapa bentuk lensa yang ditanamkan ke dalam bola mata berdasarkan letaknya, seperti Ilyas, 2006: 1. Lensa bilik mata depan yang ditempatkan di depan iris atau selaput pelangi dengan kaki penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata. 2. Lensa dijepit pada iris yang kakinya tidak terletak pada sudut bilik mata. 3. Lensa bilik mata belakang yang diletakkan pada kedudukan lensa normal di belakang iris. Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstrakapsular. 4. Lensa yang diletakkan dalam kapsul lensa. BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak merupakan suatu kelainan mata yang berupa kekeruhan pada lensa, disebabkan oleh pemecahan protein atau bahan lainnya oleh proses oksidasi dan foto-oksidasi Tana, 2005. Katarak juga dapat didefinisikan sebagai setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya Ilyas, 2010.Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun Ilyas,2010. Katarak ini merupakan opasitas kongenital dari kristalin lensa yang dapat dikategorikan berdasarkan beberapa etiologi Friedman,2009. Di Indonesia, prevalensi kebutaan menurut data statistik adalah sebesar 0,4. Penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak dengan prevalensi nasional sebesar 1,8 Riset Kesehatan Dasar, 2013. Data statistik lain juga mendukung bahwa katarak merupakan penyebab paling sering terjadinya kebutaan di Indonesia dengan prevalensi 1,5 Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, 1993-1996. Katarak pada pasien pediatri merupakan penyebab mayor kebutaan pada anak-anak Yi,et al, 2011. Penyebab kebutaan ini biasanya ambliopia yang disebabkan oleh katarak kongenital Taylor,2009. Katarak merupakan penyebab kebutaan utama pada anak yang dapat dicegah American Academy of Ophtalmology,2011. Keberhasilan penanganan tergantung dari penegakan diagnosis yang dilakukan dengan segera dan rujukan untuk operasi sesuai indikasi Lloyd, 2007. Insidensi katarak pada anak ini berbeda pada berbagai laporan, prevalensi katarak global menyatakan bahwa 1 sampai 15 per 10.000 anak menderita katarak kongenital dan diperkirakan ada 200.000 anak yang buta karena katarak ini Foster, et al, 1997. Di Amerika Serikat, insidensi ini 2 per 10.000 kelahiran Bhatti,et al 2003. Di Cina, insidensi ini diperkirakan 5 dari 10.000 kelahiran Nie, 2008 dan mengakibatkan 22 sampai 30 kebutaan pada anak Zhu, 2012. Deskripsi epidemiologi katarak kongenital sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mengenai kondisi yang dihadapi Bhatti,et al 2003. Pengetahuan mengenai morfologi dan lateralitas katarak kongenital juga dapat membantu dalam mengetahui etiologi dan prognosisnya Lambert dan Drack, 1996. Selain itu, diperlukan data mengenai usia saat penyakit dideteksi karena banyak pasien yang terlambat diketahui terkena katarak kongenital sehingga menunda operasi penanganan katarak tersebut You,et al, 2011. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada data karakteristik katarak kongenital karena perlunya mengetahui data epidemiologi, yaitu umur, jenis kelamin, lateralitas serta jenis operasi katarak kongenital.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana karakteristik katarak kongenital ditinjau dari usia? 1.2.2. Bagaimana karakteristik katarak kongenital ditinjau dari jenis kelamin? 1.2.3. Bagaimana karakteristik katarak kongenital ditinjau dari lateralitas? 1.2.4. Bagaimana karakteristik katarak kongenital ditinjau dari jenis operasi?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai karakteristik katarak kongenital tahun 2009 sampai 2014 di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1.Mengetahui karakteristik katarak kongenital ditinjau dari usia. 1.3.2.2.Mengetahui karakteristik katarak kongenital ditinjau dari jenis kelamin. 1.3.2.3.Mengetahui karakteristik katarak kongenital ditinjau dari lateralitas. 1.3.2.4.Mengetahui karakteristik katarak kongenital ditinjau dari jenis operasi.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Penulis Menambah wawasan mengenai penyakit mata, khususnya katarak kongenital. 1.4.2. Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan mengenaikarakteristik katarak kongenital. 1.4.3. Bagi Fakultas Kedokteran 1.4.3.1.Menjadi sumber referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3.2.Meningkatkan pengetahuan mengenai katarak kongenital. 1.4.4. Bagi RSUP H. Adam Malik Membantu pendataan katarak kongenital ditinjau dari usia, jenis kelamin, lateralitas, dan jenis operasi. ABSTRAK Katarak kongenital merupakan penyebab penting dari gangguan penglihatan pada anak. Deskripsi epidemiologi katarak kongenital sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mengenai kondisi yang dihadapi. Pengetahuan mengenai morfologi dan lateralitas katarak kongenital juga dapat membantu dalam mengetahui etiologi dan prognosisnya. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai karakteristik katarak kongenital tahun 2009 sampai 2014 di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan usia, jenis kelamin, lateralitas, dan jenis operasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif desain Cross Sectional dengan metode total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Data bersumber dari rekam medis Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 sampai 2014. Hasil penelitian menunjukkan usia pasien saat didiagnosis katarak kongenital didominasi kelompok usia 0 sampai 12 bulan 57,6, pasien perempuan yang terkena katarak kongenital lebih banyak dibanding laki-laki yaitu sebanyak 20 orang 60,6, katarak kongenital yang mengenai mata lebih sering terjadi pada kedua mata bilateral yaitu sebanyak 25 orang 75,8, dan jenis operasi yang paling banyak dipilih untuk menangani kasus katarak kongenital adalah ECCE yang dilakukan sebanyak 27 kali 81,9. Berdasarkan hasil penelitian maka perlu dilakukan upaya deteksi katarak kongenital sedini mungkin. Kata kunci: katarak kongenital, karakteristik