81
dan hal lebih membuat siswa akan merasa menjadi ahli. Dalam siklus III juga terjadi banyak dialog guru-siswa untuk menjelaskan manfaat-manfaat praktis dari
mempelajari materi yang diajarkan.
b. Alamiah
Alami berarti memanfaatkan hasrat alami otak siswa untuk menjadi penjelajah. Guru membuat pertanyaan-pertanyaan tuntunan yang merangsang
siswa menceritakan berbagai pengalamanya, yang pada akhirnya pengalaman- pengalaman tersebut akan dirumuskan menjadi konsep keilmuan Geografi. Dalam
siklus I, guru merangsang dengan satu contoh ceritera tentang atmosfer, yaitu dengan pertanyaan “Bagaimana pendapat anda apabila awan yang menguap terus
naik ke atas dan tidak jautuh lagi ke bumi? Mungkin akan hujan justru terjadi di planet lain. Apa yang menyebabkan uap air hanya terbatas pada ketinggian
tertentu dan akhirnya jatuh lagi ke bumi?” pertanyaan-pertanyaan umpan terus dikemas dalam bentuk dialog siswa dan guru, sehingga terjadi dialog interaktif
guru siswa. Dalam siklus I, hal ini tampak mampu merangsang hasrat siswa menjelajah aspek-aspek atmosfer dengan penuh antusias, tanpa kejenuhan, dan
terus konsentrasi pada pembelajaran. Dengan hasil yang cukup baik ini, maka prinsip alami terus dijalankan dengan teknik yang sama pada siklus II dan III.
c. Namai saat minat dipuncak
Ketika minat siswa telah tumbuh mencapai puncak, guru perlahan-lahan memberi penjelasan atau gambaran-gambaran tentang konsep pembelajaran. Guru
lebih berperan sebagai fasilitator, memberikan gambaran, contoh dan siswa sendirilah yang akan merumuskan konsepnya. Guru cukup merumuskan garis
82
besar atau mengemukakan pendapatnya tentang konsepnya. Guru perlu disalahkan apabila siswa hanya menggunakan kalimat yang berbeda dengan maksud yang
sama. Membuat konsep dilakukan setelah siswa mampu menunjukkan pemahamannya atau pengalamannya dalam menelusuri materi melalui penjelasan
guru pengalaman diberikan sebelum pemberian nama. Dengan demikian, penjelasan materi yang dilakukan guru lebih bersifat sebagai tukar pengalaman
dan membangkitkan siswa memahami pengalaman-pengalaman pribadinya yang terkait dengan konsep.
Dalam siklus I, guru mulai memberikan definisi tentang atmosfer, hidrosfer, dan berbagai aspeknya setelah berdialog atau berbagai ceritera tentang
gejala-gejala yang sebenarnya termasuk dalam dinamika ilmu meteorologi- klimatologi seperti merasakan perubahan temperatur saat mendaki gunung,
terjadinya hujan orografis di daerah pegunungan, terjadinya kondensasi yang menyebabkan hujan, dan lainnya. Guru menjelaskan bahwa secara umum cerita-
cerita tersebut merupakan pengetahuan Geografi dan mulai menggarisbawahi cerita penting dengan istilah-istilah Geografi. Selanjutnya adalah guru meminta
siswa merumuskan definisi sendiri-sendiri sesuai dengan persepsi masing-masing dan diikuti dengan presentasi hasil perumusan konsep oleh siswa. Dalam siklus I,
terlihat masih terdapat 41 siswa yang kurang tepat dalam merumuskan konsepnya. Hal ini disiasati dalam siklus II, dimana sebelum siswa diminta merumuskan
konsepnya pada lembar jawab, siswa akan dimasukkan dalam sesi
study group discusion
dengan tujuan terjadi transformasi pengetahuan antar siswa, sehingga dapat mereduksi kesalahan-kesalahan perumusan konsep pada siswa yang kurang
83
mampu. Langkah ini tampak efektif, dimana jumlah siswa yang kurang mampu merumuskan konsep menjadi 28 siswa. Dalam siklus III, tiga siswa yang dianggap
pandai diminta mempresentasikan konsepnya dimuka kelas sebelum dilakukan
study group discusion
dan seluruh siswa merumuskan konsepnya di lembar jawab. Hal ini terlihat sangat efektif, dimana dari 100 sampel siswa hanya terdapat 9
siswa yang kurang mampu merumuskan konsep.
d. Demonstrasikan