l Secara umum, semakin tinggi kontribusi PAD dan semakin tinggi
kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini,
kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan
mendukung pelaksanaan otonomi daerah pada daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surabaya
memiliki ketergantungan yang tinggi pada Pemerintah Pusat disebabkan belum optimalnya penerimaan dari PAD.
B. Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti pengaruhnya terhadap tingkat kemandirian daerah dibatasi pada pertumbuhan pendapatan
perkapita, tingkat investasi dan tingkat industrialisasi. Dimana ketiga faktor tersebut dimasukkan sebagai variabel independen dan tingkat
kemandirian daerah menjadi variabel dependen-nya. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah bahwa
pertumbuhan pendapatan perkapita, pertumbuhan tingkat investasi dan tingkat industrialisasi secara parsial maupun bersama-sama diduga
berpengaruh positif terhadap kemandirian daerah sebagaimana tergambar dalam Gambar 2.1 , dengan korelasi sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Pendapatan Perkapita dengan Kemandirian Daerah Peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan taraf
kesejahteraan dan
kemampuan masyarakat
untuk memenuhi
li kebutuhannya. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut
masyarakat akan membelanjakan pendapatan yang diterima di sektor- sektor ekonomi yang berdampak pada berputarnya roda perekonomian
di daerah. Peningkatan aktivitas perekonomian akan memberikan sumbangan kepada pendapatan daerah dalam bentuk setoran pajak
antara lain : pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan umum, pajak bumi dan bangunan, pajak reklame, bea balik nama
dan retribusi antara lain : retribusi ijin usahaHO, retribusi kioslos pasar, retribusi parkir, retribusi sampah, retribusi IMB, retribusi
APAR yang akan digunakan daerah untuk membiayai pembangunan sarana prasarana umum dan melaksanakan pelayanan kepada
masyarakat. Kemampuan daerah untuk melakukan pendanaan atas kebutuhan daerah itu sendiri menunjukkan kemandirian daerah yang
menjadi indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan otonomi daerah.
2. Pertumbuhan Investasi dengan Kemandirian Daerah Peningkatan
investasi akan
meningkatkan kemampuan
berproduksi dan menambah pendapatan di masa datang. Peningkatan pendapatan tersebut disamping untuk konsumsi juga akan
diinvestasikan kembali, sehingga semakin memperbesar kapasitas produksi. Hasil produksi yang semakin luas dinikmati pasar akan
menyebabkan penerimaan daerah yang diperoleh dari pajak penjualan, pajak penghasilan serta pajak pertambahan nilai barang dan jasa
semakin meningkat. Oleh daerah pendapatan tersebut digunakan untuk
lii membiayai pembangunan sarana prasarana umum dan melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan daerah untuk melakukan pendanaan atas kebutuhan daerah itu sendiri menunjukkan
kemandirian daerah yang menjadi indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan otonomi daerah.
3. Tahap Industrialisasi dengan Kemandirian Daerah Semakin
baik tahapan
industrialisasi yang
dicapai, menggambarkan semakin pesatnya perkembangan industri di suatu
daerah. Perkembangan industri akan menyerap tenaga kerja dan merangsang tumbuhnya aktivitas sektor ekonomi yang lain, seperti
munculnya usaha jasa katering, transportasi, sewa lahan dan bangunan, hiburan, perdagangan lembaga keuanganperbankan. Hal ini membuat
perputaran roda perekonomian di daerah semakin meningkat. Peningkatan aktivitas perekonomian akan memberikan sumbangan
kepada pendapatan daerah dalam bentuk setoran pajak antara lain : pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan umum,
pajak bumi dan bangunan, pajak reklame, bea balik nama dan retribusi antara lain : retribusi ijin usahaHO, retribusi kioslos pasar, retribusi
parkir, retribusi sampah, retribusi IMB, retribusi APAR yang akan digunakan daerah untuk membiayai pembangunan sarana prasarana
umum dan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan daerah untuk melakukan pendanaan atas kebutuhan daerah itu sendiri
menunjukkan kemandirian daerah yang menjadi indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan otonomi daerah.
liii Adapun kemandirian daerah tersebut diduga berbeda tingkatannya
karena perbedaan karakteristik daerah diantara Kabupaten dan Kota di Wilayah Soloraya serta perbedaan waktu antara era sebelum dan setelah
krisis ekonomi.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Studi
C. Hipotesis