dalam menghadapi sesuatu dalam dirinya yang berupa kemauan bebas Ritzer, 1985:58.
F. DEFINISI KONSEPTUAL
a. Perubahan Mata Pencaharian
Perubahan mata pencaharian atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeseran atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manusia untuk
hidup dan sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan peningkatan taraf hidup dengan memperhatikan faktor seperti mengawasi penggunaan
sumber daya, lembaga dan hubungan politik. Perubahan mata pencaharian ini ditandai dengan adanya perubahan orientasi masyarakat mengenai mata pencaharian. Mata
pencaharian masyarakat di Indonesia pada umumnya berasal dari sektor agraris. Perubahan orientasi mata pencaharian disini diartikan sebagai perubahan
pemikiran masyarakat yang akan menentukan dan mempengaruhi tindakannya di kemudian hari, dari pekerjaan pokok masyarakat yang dahulunya di sektor agraris
bergeser atau berubah ke sektor non-agraris. Hal ini melihat konstruk pemikiran ide yang menurut Hegel menentukan tindakan manusia. Meskipun dalam taraf konstruk
pemikiran gejala pergeseran atau perubahan tersebut sudah terjadi dalam realitas di masyarakat Fajar Hatma, 2003:37.
Dalam pengkajian perubahan mata pencaharian tersebut, yaitu perubahan mata pencaharian dari sektor agraris ke sektor non-agraris. Yang dapat dijelaskan bahwa
mata pencaharian sektor agraris adalah pekerjaan pokok yang berhubungan dengan perkebunan lada, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Sedangkan untuk
mata pencaharian sektor non-agraris adalah pekerjaan pokok yang berhubungan dengan pertambangan inkonvensional baik itu yang berijin ataupun yang tidak memiliki ijin,
baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.
b. Nilai Sosial Budaya
Nilai sosial budaya adalah segala sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi,
pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat dan dipengaruhi oleh apa yang paling berharga dalam hidup dan telah berada dalam
alam pikiran sebagian besar masyarakat. Nilai sosial budaya dikaji dengan unsur-unsur dari nilai sosial budaya, yaitu:
2. Bentuk nilai sosial budaya
Dengan mengikuti model Spranger membagi nilai sosial budaya menjadi 6 enam kelompok yakni : 1 Nilai teori yang mendasari perbuatan seseorang atau
sekelompok orang atas pertimbangan rasionalitas, 2 Nilai ekonomi yang didasari oleh ada tidaknya keuntungan finansisal dari perbuatanya, 3 Nilai solidaritas atau
gotong royang tanpa memikirkan keuntunganya sendiri, 4 Nilai agama yang didasari atas kepercayaan kekudusan bahwa sesuatu itu benar dan suci, 5 Nilai
seni yang dipengaruhi oleh pertimbangan rasa seni dan keindahan, terlepas dari pertimbangan material, 6 Nilai kuasa yang dilandasi atas pertimbangan baik
buruknya sesuatu untuk kepentingan diri atau kelompoknya sendiri Alisyahbana, 1981.
2. Fungsi umum dari nilai sosial budaya
Ø Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk
menetapkan harga sosial dari pribadi dan group. Ø
Cara berpikir dan bertingkah laku secara ideal dalam sejumlah masyarakat diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai.
Ø Nilai-nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-
peranan sosialnya. Ø
Nilai-nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu.
Ø Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok dan
masyarakat. D.A. Wila Huky, 1982:46
G. KERANGKA PEMIKIRAN