sosial seperti diungkapkan paradigma fakta sosial. Inilah yang menjadi sebuah argumen mengapa perubahan mata pencaharian dan nilai sosial budaya
merupakan salah satu kajian dalam penelitian sosial.
b. Teori Yang Digunakan
Penelitian ini berusaha mengeksplorasi pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya perubahan mata pencaharian masyarakat dari sektor agraris ke sektor non-
agraris, khususnya hubungannya dengan nilai sosial budaya masyarakat. Untuk itu yang akan dibahas secara mendetail adalah tindakan penduduk desa dan
hubungan tindakan tersebut dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tersebut.
Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi. Teori ini menerangkan tentang konsep kerelaan yang dikemukakan oleh Talcot Parsons.
Voluntarisme atau kerelaan merupakan kemampuan individu untuk melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat guna mencapai tujuan dari
beberapa alternatif yang tersedia. Dalam prilakunya individu akan senantiasa dipengaruhi oleh norma dan nilai yang telah dibagi bersama dengan anggota
masyarakat lain. Akan tetapi tindakan aktualnya akan senantiasa merupakan hasil proses kreatifitas dan kebebasan individu tersebut. Ada beberapa asumsi
fundamental dari teori aksi dikemukakan oleh Hinkle dengan merujuk karya Mac Iver, Znaniecki dan Parsons sebagai berikut:
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subyek dan
situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyek manusia bertindak atau untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
tindakan manusia bukan tujuan. 3.
Dalam bertindak manusia menggunakan cara, tehnik, prosedur, metode, serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi yang tidak dapat
diubah dengan sendirinya. 5.
Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan dan telah dilakukannya.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan atau prisip-prinsip moral diharapkan timbul
pada saat pengambilan keputusan. 7.
Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan teknik penemuan yang bersifat subyektif seperti model verstehen, imajinasi, sympathetick
reconstruction atau seakan-akan mengalami sendiri vicarious experience. Ritzer, 1992:53-54.
Selain Max Weber, tokoh lain dalam teori ini adalah Talcot Parsons. Sebagai pengikut Max Weber yana utama ia menyusun skema unit-unit dasar
tindakan sosial dengan kharakteristik sebagai berikut: a.
Adanya individu selaku aktor. b.
Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu. c.
Aktor mempunyai alternatif cara, alat, teknik untuk mencapai tujuannya. d.
Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan
kondisi sebagian ada yang tidak dapat dikembalikan oleh individu.
e. Aktor berada dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide
abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Ritzer, 1985:57 Aktor mengejar tujuan dalam mencapai situasi dimana norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat dalam mencapai tujuan. Pemilihan terhadap alat dan cara ini ditentukan oleh kemampuan aktor dalam
memilih, kemampuan ini disebut Vouluntarism. Disini aktor mempunyai kemampuan bebas dalam memilih dan menilai alternatif tindakan walaupun disini
ia juga dibatasi oleh tujuan yang hendak dicapai, kondisi dan norma serta situasi penting lainnya.
Senada dengan pendapat Max Weber bahwa tindakan didorong oleh motivasi untuk mencapai tujuan tertentu, Talcot Parsons mengemukakan bahwa
orientasi individu dalam bertindak itu terdiri dari dua elemen dasar yaitu orientasi motivasional dan orientasi nilai. Begitu pula dalam pemberian insentif sosial,
pengaruh motivasi dalam diri individu dalam mempengaruhi dalam hal memilih bentuk-bentuk insentif sosial yang diinginkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan sosial dapat merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan
subyektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih. Dimana kesemuanya ini dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinannya oleh
sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial
dalam menghadapi sesuatu dalam dirinya yang berupa kemauan bebas Ritzer, 1985:58.
F. DEFINISI KONSEPTUAL