sehingga mencegah terjadinya masalah yang sistematis. Selain tu aturan ini juga menciptakan keseragaman aturan main bagi bank dan regulator perbankan dalam
pengolaan risiko yang dihadapi oleh bank dimanapun negaranya. Dalam Basel I, cakupan risiko yang di atur hanya risiko kredit. Risiko kredit dianggap sebagai faktor
risiko paling dominan dalam perbankan. Dalam pengukuran risiko kredit, Basel I mensyaratkan standar modal minimum sebesar 8. Untuk mengukur kecukupan
modal bank, Basel I menggunakan Capital Adequacy Ratio CAR. CAR merupakan rasio modal terhadap total risiko. Basel I menetapkan bahwa minimal CAR adalah
8 dari aktiva tertimbang menurut risiko ATMR. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan dan stabilitas sistem perbankan internasional, oleh karena itu rasio modal
yang lebih tinggi diwajibkan.
2.1.3.2 BASEL II
Menurut Wahyudi, et al. 2013, pada Juni 2004, BCBS kembali menyempurnakan kerangka permodalan pada Basel I dengan menerbitkan konsep
permodalan baru yang lebih dikenal dengan Basel II. Implementasi Basel II ini baru dimulai pada 2006. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar Basel I. Basel II
memberikan panduan yang sangat komprehensif bagi bank dalam mengelola risikonya. Adapun tujuan diterbitkannya Basel II yaitu: Pertama, mempertahankan
keamanan dan kesehatan bank dalam sistem keuangan. Kedua, mempertahankan tingkat modal minimum yang harus dipenuhi oleh bank. Ketiga, meningkatkan
persaingan antar bank yang seimbang. Keempat, memperkenalkan kerangka risiko
Universitas Sumatera Utara
yang lebih sentitif yang selaras antara modal internal dan modal yang sesuai dengan profil risiko bank. Kelima, memfokuskan pada bank yang aktif secara internasional.
Berbeda dengan Basel I yang hanya memperhitungkan risiko kredit, Basel II juga memperhitungkan risiko pasar dan risiko operasional secara komprehensif.
Untuk risiko kredit, persyaratan modalnya makin ditingkatkan. Terdapat tiga metode untuk menhitung persyaratan modal yang diminta dan disesuaikan dengan
kompleksitas dan sensitivitas risiko. Ketiga metode tersebut yaitu simplified standardized approach SSA, standardized approach SA, dan internal ratings-
based IRB. Dalam Basel II taerdapat tiga pilar utama yaitu kewajiban penyediaan modal
minimum, tinjauan pengawasan, dan disiplin pasar yang efektif. Dalam pilar pertama, bank diminta untuk memperhitungkan modal minimum untuk tiga komponen utama
risiko yang dihadapi bank yaitu risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Rasio modal minimum sebesar 8 dihitung dari modal dibagi dengan ATMR. Pilar
kedua mengatur tentang pengawasan. Dalam hal ini, regulator diminta menyusun kerangka kerja pengawasan bank berdasarkan praktik terbaik. Tedapat empat prinsip
pengawasan yaitu: pertama, bank harus memiliki proses pengukuran kecukupan modal sesuai dengan profil risikonya. Kedua, regulator atau otoritas pengawas harus
meninjau dan mengevaluasi pengukuran kecukupan modal secara internal dan sesuai strategi bank. Ketiga, otoritas pengawas bank meminta bank beroperasi diatas modal
minimal dan mampu memelihara modal diatas ketentuan minimal. Keempat, otoritas pengawas harus melakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah penurunan
Universitas Sumatera Utara
modal dibawah ketentuan minimal. Pilar ketiga Basel II membahas tentang disiplin pasar yang efektif. Bank melakukan keterbukaan informasi terkait cakupan risiko,
modal, eksposur risiko, proses pengukuran risiko, kecukupan modal bank kepada publik, serta meningkakan transparansi dalam bisnis.
2.1.3.3. BASEL III