Balapan liar merupakan wujud perilaku bermasalah problem behavior dari remaja saat ini. Masalah perilaku yang dialami remaja dapat dikatakan masih
dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Wujud perilaku bermasalah berubah menjadi sebuah perilaku yang diterapkan ke dalam
sebuah kegiatan di jalan raya di mana para remaja melakukan balapan yang merupakan perilaku menyimpang behaviour disorder. Perilaku menyimpang
pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang atau beberapa remaja yang perilakunya tidak terkontrol uncontrol. Penyesuaian diri
yang salah sehingga memunculkan perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam
menyelesaikan sesuatu tanpa mendefenisikan secara cermat akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dari wujud dari perilaku mereka.
2.5.1 Dampak Sosial Dari Balapan Liar
Proses sosial disini adalah interaksi sosial yang merupakan hubungan timbal balik antara individu dan individu, individu dan kelompok dan antara
kelompok dan kelompok. Interaksi sosial itu sendiri tidak lepas dari hubungan di berbagai bidang, misalnya kesamaan tujuan dan lain-lain. Proses sosial yang
terjadi di lingkungan sosial komunitas para pecinta balapan liar ini terbentuk dari hubungan antara teman-teman sepergaulan sebagai bentuk dari hubungan timbal
balik di mana pelakunya dengan kelompoknya geng motor. Sebuah proses sosial yang kemudian diterapkan dalam arena balapan meskipun sebagai lawan tanding
di arena balapan liar. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial telah dimulai sehingga mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin saling berkelahi. Aktivitas semacam ini merupakan bentuk interaksi sosial, meskipun orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara, tidak
Universitas Sumatera Utara
saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena masing- masing sadar akan keberadaan pihak lain yang menyebabkan perubahanperubahan
dalam perasaan. Semua itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
2.5.2 Penyebab terjadinya Perilaku Menyimpang 1. Dari Sudut Pandang Sosiologi
Setiap masyarakat mempunyai tujuan-tujuan kebudayaan, dan memiliki cara-cara yang diperkenankan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sebagai
akibat dari proses sosialisasi, individu-individu belajar mengenali tujuan-tujuan kebudayaannya. Selain itu, mereka juga mempelajari cara-cara untuk mencapai
tujuan-tujuan yang selaras dengan kebudayaannya. Apabila kesempatan untuk mencapai tujuan-tujuan ini tidak ada, individu-individu itu mencari alternatif.
Perilaku alternatifnya kemungkinan akan menimbulkan penyimpangan sosial. Apa lagi jika tiap individu diberi kesempatan untuk memilih cara-cara mencapai tujuan
kebudayaannya sendiri-sendiri, maka kemungkinan akan terjadi perilaku menyimpang pun semakin besar.
1. Perilaku menyimpang karena sosialisasi Teori sosialisasi didasarkan pada pandangan bahwa dalam sebuah masyarakat ada
norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Teori ini menekankan bahwa perilaku sosial, baik yang bersifat
menyimpang maupun yang tidak menyimpang berkaitan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang diserapnya. Seseorang biasanya menyerap nilai-nilai dan
norma-norma dari beberapa orang yang cocok dengan dirinya saja. Akibatnya, jika ia banyak menyerap nilai-nilai atau norma-norma yang tidak berlaku secara
Universitas Sumatera Utara
umum, ia akan cenderung berperilaku menyimpang. Perilaku seseorang akan menyimpang, jika kadar penyimpangan dalam dirinya lebih besar dari pada kadar
perilakunya yang wajar atau perilaku yang umum diterima masyarakat.
Contoh :
Jika seorang siswa bergaul dengan orang-orang yang berperilaku menyimpang seperti berandalan, pemabuk, atau pecandu narkoba maka lambat laun ia akan
mempelajari nilai-nilai dan norma itu kemudian terserap dalam kepribadiannya. Lama-kelamaan ia melakukan perbuatan itu.
2. Perilaku menyimpang karena anomie Secara sederhana anomie diartikan sebagai suatu keadaan dimasyarakat tanpa
norma. Menurut Emile Durkheim 1895 dalam bukunya “The Rules Of Sociological Method” anomie adalah Suatu situasi tanpa norma dan tanpa arah
sehingga tidak tercipta keselarasan antara kenyataan yang diharapkan dan kenyataan-kenyataan sosial yang ada. Adanya ketidak harmonisan antara tujuan
budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Perilaku menyimpang akan meluas jika banyak orang yang semula menempuh cara-cara
yang menyimpang. 3. Perilaku menyimpang karena hubungan diferensiasi
Agar terjadi penyimpangan seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya menjadi seorang yang menyimpang contohnya penjahat.
Pengajaran terjadi karena interaksi tergantung pada frekuensi, prioritas, lamanya, dan intensitasnya. Semakin tinggi derajat keempat faktor ini, maka akan semakin
tinggi pula kemungkinan bagi mereka untuk menerapkan tingkah laku yang sama- sama dianggap menyimpang.
Contoh :
Universitas Sumatera Utara
Seseorang yang ingin berprofesi sebagai perampok karena terdesak kebutuhan hidup dan ingin cepat kaya dengan cara yang singkat dan tidak wajar berusaha
mempelajari cara-cara merampok dari teman-temannya yang lebih dahulu menjadi perampok. Setelah ia mengetahui cara-caranya ia akan menjadi perampok
mengikuti teman-temannya. 4. Perilaku menyimpang karena pemberian julukan labelling
Teori ini menyebutkan bahwa perilaku menyimpang lahir karena adanya batasan cap, julukan, sebutan atas suatu perbuatan yang disebut menyimpang. Dengan
memberikan cap pada suatu perilaku sebagai perilaku menyimpang, berarti kita menciptakan serangkaian perilaku yang cenderung mendorong orang untuk
melakukan penyimpangan. Jadi, bila kita memberi cap tersebut akan mendorong orang itu berperilaku yang menyimpang.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN