Persepsi Masyarakat terhadap balap liar

membina hubungan yang baik antara sesama, terlepas ada motivasi dan rencana yang diinginkan.

4.6 Persepsi Masyarakat terhadap balap liar

Menurut Davidoff, persepsi bersifat individual yaitu persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalamanpengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Persepsi masyarakat adalah tanggapan dalam suatu masyarakat oleh suatu objek tertentu dan didahului proses penginderaan. Definisi di atas menunjukkan bahwa masyarakat dapat melakukan penilaian terhadap suatu peristiwa ketika lengkapnya faktor-faktor yang membentuk persepsi karena memang semuanya merupakan kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Dalam kehidupan sosial, seorang individu harus menyadari bahwa perilaku dan perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan situasi sosialnya. Perilaku seseorang dan interaksi yang terjadi akan dinilai dan dipersepsikan oleh orang lain menurut kesadaran masing-masing, bahkan seorang individu dapat mempersepsikan suatu tingkah laku yang terjadi. Persepsi masyarakat daerah Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang terhadap balap liar di kalangan remaja yang dilakukan di jalan gagak hitam ringroad menganggap bahwa balap liar sangat meresahkan masyarakat daerah sekitar. Berikut ini adalah persepsi masyarakat yang dikatakan oleh Bang Jey yaitu : “... Yang pertama tanggapan saya tentang balapan liar di kalangan remaja ini sangat gak baik, tapi tanpa adanya balap liar ini sepertinya dunia remaja ini kurang,balapan liar ini seumpamanya bagaikan bunga-bunga kehidupan di kalangan remaja dan pada akhirnya kalo mereka umurnya udah pada nambah tua baru mereka sadar pada balapan liar Universitas Sumatera Utara ini kurang baik untuk di lakuin. Tapi ya karena umur saya udah tua dan menurut saya gak bagus karena bisa menghilangkan nyawa yang mengemudi dan nyawa orang lain apalagi belom di kejar-kejar polisi belum lagi jatuh belum lagi mengganggu jam istirahat orang. Tapi ya namanya balap liar sudah ada sejak lama dan sudah di gandrungi para remaja ...” 15 desember 2016 Dan seperti yang dikatakan Bang Bayu yaitu : “... Persepsi saya mengenai balap liar di kalangan remaja ini sangat lah tidak baik dilakukan oleh para remaja karena selain merugikan dirinya sendiri juga meresahkan warga sekitar sini, udah lama sih balap liar disini ada, tapi bedanya dulu mereka melakukan balap nya sore gak tengah malam ya kalo sore tadi gapapa karena kan kami belum tidur tapi kalo sekarang yang dilakukan nya pada malam hari pastinya sangat mengganggu sekali. tidak bagus juga di contoh karena sering terjadi tawuran antar bengkel A dan bengkel si B, adanya taruhan itu kan sama aja sama judi ya walaupun uang taruhan nya gak banyak ...” hasil wawancara 16 desember 2016 Lain halnya yang dikatakan Bapak Sofyan : “... Menurut saya sih balap liar itu seharusnya tidak ada, Dengan suara kereta orang itu yang sangat bising pastinnya jelas mengganggu masyarakat daerah sini, apalagi kalo udah berkelahi antara bengkel A dan bengkel si B misalnya udahlaa bising kali itu. Saya terkadang susah tidur di buat remaja-remaja ini karena dengan aksi balap liar nya. bukannya apa ya balap liar itu kan dilakukan di jalan raya bukan di lintasan resmi atau sirkuit yang seperti balap resmi lakukan. Seaindainya ada kecelakaan siapa yang mau menanggung jawabin kalo bukan keluarga sendiri, udah dapat uangnya gak seberapa kecelakaan gak di tanggung ya pastinya sangat merugikan terutama bagi dirinya sendiri, seperti anak saya yang ikut balap liar mau di kasih tahu kek mana pun tetap di buatnya atau di ulanginya lagi, memang kalo anak zaman sekarang gak tahu bahaya. Intinya balap liar sangat tidak pantas dilakukan oleh remaja yang menjadi penerus bangsa, mau jadi apa bangsa indonesia kalo remaja nya seperti itu ...” hasil wawancara 17 desember 2016 Tanggapan dalam suatu masyarakat oleh suatu objek tertentu dan di dahului proses penginderaan. Defenisi diatas menunjukkan bahwa masyarakat Universitas Sumatera Utara dapat melakukan penilaian terhadap suatu peristiwa ketika lengkapnya faktor- faktor yang membentuk persepsi karna memang semuanya merupakan kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Dalam kehidupan sosial, individu harus menyadari bahwa perilaku dan perbuatan yang dilakukan berkaitan dengan situasi sosialnya. Perilaku seseorang dan interaksi yang terjadi akan dinilai dan di persepsi kan oleh orang lain menurut kesadaran masing-masing, maka seorang individu dapat mempersepsikan suatu tingkah laku yang terjadi. Seperti halnya yang dikatakan oleh ibu wina yaitu : “...Remaja yang mengikuti balap liar sudah pasti menggunakan uang untuk taruhan, taruhan lah yang membuat para remaja sering terjadi perkelahian antar sesama remaja yang mengikuti balap liar, kalo udah berkelahi kadang buat nambah bising aja, ditambah lagi suara kereta mereka yang sangat bising. Kalo udah ada balap sangat meresahkan warga daerah sini, tapi mau gimana lagi anak remaja sekarang susah diatur.menurut saya balap liar di kalangan remaja ini sangat mengganggu ketentraman masyarakat, karena mereka melakukan balap liar pada malam hari saat semua orang pada tertidur lelap, di tambah lagi suara kereta mereka yang sangat bising. Bagi saya tidak ada untungnya remaja mengikuti balap liar ini karena sudah pasti merugikan dirinya sendiri...” hasil wawancara tanggal 17 desember 2016 Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa Menunjukkan bahwa dengan adanya persepsi masyarakat tentang balap liar ini kita menjadi tahu pemberian arti oleh anggota masyarakat terhadap keterlibatannya. Akan terjadi pendapat yang berbeda-beda tentunya terkait dengan masalah tersebut yang juga dipengaruhi oleh pengetahuan informan tentang balap liar di kalangan remaja. Persepsi secara langsung berhubungan dengan bagaimana seorang individu mempersepsi individu lain atau peristiwa-peristiwa sosial lain. Namun persepsi sosial bukan berarti persepsi seorang individu terhadap perilaku individu, Universitas Sumatera Utara melainkan persepsi terhadap perilaku sosial yang memiliki konsekuensi- konsekuensi sosial obyektif. 4.7 Upaya Pencegahan Dalam Balap Liar Perlu adanya upaya pencegahan dalam balap liar yang melibatkan beberapa aspek sosial diantaranya adalah upaya pencegahan yang dilakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat. Hal yang utama adalah upaya pencegahan yang dilakukan oleh lingkungan keluarga karena keluarga merupakan kerabat terdekat dari para pelaku balap liar. Seperti yang di katakan jefri yaitu : “... Kalo menurut aku sih upaya pencegahannya itu gak ada sih kak, sekarang kembali ke dirinya sendiri di cegah pun kalo masih tetap di buatnya sama aja yakan, misalnya udah di larang hari ini besok nya di buat lagi sama aja kak capek- capek ngelarang tetatp di buatnya lagi...” hasi wawancara 13 desember 2016 Lain halnya yang dikaatakan nenek rita yaitu : “... Ya upaya saya mencegah anak saya ya memberi perhatian lebih kepadanya, supaya ia pun bisa berhenti mengikuti balap liar ini, tapi ya mau gimana ya anak sekarang payah kali di atur saya belum siap ngomong dia uda bantah, terkadang saya cuma bisa ngelus dada aja liat anak saya. Di cegah kek mana pun tetatp di buatnya lagi...” hasil wawancara 17 desember 2016 Dan yang dikatakan bapak sofyan “... upaya pencegahannya ya melarang mereka pergi di malam hari, memantau kegiatan-kegiatan mereka, dan yang pasti memberi hukuman jika masih melanggar supaya gak dibuatnya lagi. Tapi taulah yakan anak-anak zaman sekarang gak ada kapok nya udah di marahin orang tua nya, udah di hajar orang tua nya masih di buat lagi, nanti kalo udah kenak razia orang tua nya juga yang di panggil di kantor polisi...” hasil wawancara hasil wawancara 17 desember 2016 Universitas Sumatera Utara Bang Jey mengatakan yaitu : “... Sudah di cegah pun di buatnya lagi sama anak-anak ini, kalo menurut saya sih intinya memperdalam agama saja itu kuncinya, kita renungi lah apa yang udah kita lakukan itu baik atau gak. Saya sih dulu gitu mencegah nya makanya saya bisa berhenti dalam dunia balap ini, sama aja kalo kenak repet orang tua pun masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Intinya kembali ke diri masing-masing apa kita mau gini- gini aja atau mau berubah,karna semua itu ada masanya untuk menjadi yang lebih baik...” hasil wawancara 15 desember 2016 Lain halnya yang dikatakan ibu wina yaitu : “... ya maunya adalah upaya pencegahan dari pihak manapun supaya remaja ini tidak melakukan balap liar lagi, maunya pun dari pihak kepolisan ada tindakan yang dilakukan untuk remaja ini. Tapi anak muda ini pun gak ada jera-jera nya, mungkin mereka tau kali ya jam” polisi untuk merazia kalo polisi lewat mereka pada bubar semua macem gak ada kejadian gitu, nanti kalo polisi pergi mereka mulai lagi itu balapnya ya sampe pagi lah terakhir balap itu...” Berdasarkan wawancara diatas dapat kita lihat bahwa upaya pencegahan dalam balap liar ini harus ada tindakan yang dilakukan oleh masyarakat, supaya para remaja ini tidak mengulangi perbuatannya lagi. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukankannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan atau kehendaki. Mereka memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan. Sama seperti hasil wawancara diatas masyarakat sekitar yang daerah rumahnya dekat dengan arena balap liar sudah berupaya untuk melakukan tindakan kepada remaja yang mengikuti balap liar, tetapi para remaja ini tidak sama sekali peduli dengan apa yang sudah dilakukan oleh masyarakat yang ingin mencegah mereka. Sosiolog mengapresiasikan lingkungan sosial dimana mereka berada, memperhatikan Universitas Sumatera Utara tujuan-tujuan warga masyarakat yang bersangkutan dan oleh berupaya memahami tindakan mereka. Perhatian weber pada tindakan berorientasi tujuan dan motivasi pelaku, tidak berarti ia hanya tertarik pada kelompok kecil, dalam hal ini interaksi spesifik antar individu.

4.10 Analisis Teori Labelling