pyranthe Jenis Kupu Kupu (Papilionoidea) Potensial Sebagai Biondikator Kondisi Lingkungan Hutan Kota

Grafik tersebut menunjukkan bahwa kecenderungan kelimpahan relatif keempatnya meningkat seiring dengan meningkatnya potensi gangguan.Grafik pada jenis kupu-kupuL nina dan G. agamemnon menunjukkan kecenderungan sedikit berbeda dengan menunjukkan penurunan di habitat dengan potensi gangguan sedang, yaitu di HK PT JIEP namun tetap menunjukkan nilai kelimpahan relatif tertinggi pada habitat dengan potensi gangguan lingkungan tertinggi. Potensi Komunitas Kupu-Kupu serta Jenis Kupu-kupu Tertentu sebagai Bioindikator Kondisi Lingkungan Berdasarkan hasil identifikasi, keseluruhan jenis kupu-kupu yang ditemukandalam penelitian ini telah diketahui sifat-sifat ekologis, kedudukan dan klasifikasi taksonominya,serta merupakan konsumen primer yang memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber pakannya. Jenis-jenis kupu-kupu tersebut juga diketahui bersifat kosmopolit sehingga dapat ditemukan di berbagai tipe habitat, memiliki perbedaan warna dan pola pada sayap yang dapat dilihat secara langsung untuk membedakan antar jenisnya. Dilihat dari status konservasinya, semua jenis yang ditemukan tidak termasuk jenis yang dilindungi berdasarkan IUCN International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora, maupun PP No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa jenis kupu-kupu yang teridentifikasi potensial sebagai bioindikator, jenis-jenis tersebut ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Jenis kupu-kupu potensial sebagai bioindikator kondisi lingkunganberdasarkan kesesuaian terhadapkriteria sifat umum dan respon terhadap kondisi lingkungan Kriteria Jenis kupu-kupu E. hecabe Y. horsfieldii P. hebe P. demoleus Kehadiran pada habitat Keseluruhan HK HK Kopassus Cijantung HK Rawa Dongkal HK PT JIEP Kelimpahan relatif Tinggi 20 Rendah 15 Rendah 15 Tinggi 20 Korelasi dengan faktor lingkungan Ciri habitat gangguan rendah maupun tinggi Ciri habitat gangguan rendah Ciri habitat gangguan rendah Ciri habitat terganggu Voltinisme Multivoltin Belum diketahui Belum diketahui Multivoltin + Keberagaman sumber pakan Polifagus Polifagus Polifagus Polifagus Penyebaran pakan Pada seluruh habitat HK Pada seluruh habitat HK Pada seluruh habitat HK Pada seluruh habitat HK Preferensi habitat Dapat beradaptasi dengan habitat dengan suhu tinggi Habitat yang masih baik dengan ekosistem terjaga Habitat ternaungi dengan kanopi rapat Kawasan pertanian atau urbanisasi tinggi Corbet dan Pandlebury 1992, Houlihan et al. 2012, Kato dan Sano 1987,, Mohammed 2013, Peggie dan Amir 2006, + Reuther 1989. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat empat jenis kupu- kupu generalis, yakni E. hecabe, L. nina, D. hyparete, dan G agamemnon. dari keempat jenis kupu-kupu generalis tersebut, jenis E. hecabe menunjukkan potensi sebagai jenis indikator keadaan lingkungannya, karena berdasarkan kecenderungan meningkatnya kelimpahan relatifnya seiring dengan meningkatnya gangguan lingkungan. Selain itu, dari jenis-jenis kupu-kupu spesialis yang ditemukan yaitu Y. horsfieldii, P. hebe, dan P. demoleus, juga diketahui memenuhi kriteria sebagai jenis indikator dibandingkan dengan jenis spesialis lainnya berkaitan dengan korelasinya terhadap faktor-faktor lingkungan tertentu. 4 PEMBAHASAN Komunitas Kupu-Kupu diBerbagai Tipe, Karakteristik Habitat, dan Gangguan Lingkungan Hutan Kota Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode pollard transect merupakan metode yang efektif digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan kupu-kupu pada suatu habitat. Hal tersebut sejalan dengan beberapa penelitian tentang komunitas kupu-kupu sebelumnya yang menyatakan bahwa metode ini dipandang efektif untuk memantau fluktuasi komunitas kupu-kupu dan kondisi ekologis kupu-kupu di suatu habitat Pollard danYates 1993. Hasil penelitian komunitas kupu-kupu di empat kawasan hutan kota di wilayah Kotamadya Jakarta Timur dalam penelitian ini menunjukkan kekayaan jenis sebanyak 22 jenis kupu- kupu serta menunjukkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian komunitas kuu-kupu yang pernah dilakukan di wilayah DKI Jakarta. Sebagai contoh, pada hasil penelitian Utami 2012 di area Kampus UI Depok teridentifikasi sebanyak 46 jenis kupu-kupu, sedangkan hasil penelitian Rahmadetiassani 2013 mengidentifikasi 30 jenis di HK Srengseng, 26 jenis di Senayan, dan 24 jenis di Taman Margasatwa Ragunan. Perbedaan kekayaan jenis kupu-kupu yang ditemukan pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, hal tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan desainpenelitian yang terkait dengan waktudan lokasi pengamatan. Penelitian komunitas kupu-kupu yang dilakukan Utami 2012 dan Rahmadetiassani 2013 lebih memfokuskan pada kajian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kekayaan dan keanekaragaman jenis kupu-kupu di lokasi-lokasi pengamatan berupa taman- taman yang ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan berbungadan pada periode tertentuyang diprediksi mendukung keberadaan kupu-kupu. Sementara penelitian ini lebih memfokuskan pada kajian perbandingan komunitas kupu-kupu di habitat-habitat dengan berbagai potensi gangguan lingkungan, sehingga tidak selalu dilakukan di habitat dengan karakteristik lingkungan yang mendukung keberadaan kupu-kupu serta dilakukan pada beberapa periode musim dimana diantaranya merupakan musim saat kupu-kupu secara alami jarang ditemukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan lokasi dan periode waktu musim pengamatan diduga kuat akan berpengaruh terhadap kemungkinan adanya perbedaan komunitas kupu-kupu yang akan ditemukan. Selain itu, perbedaan gangguan lingkungan di suatu habitat juga diduga kuat memberikan pengaruh nyata terhadap perbedaan kekayaan jenis kupu-kupu di suatu habitat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat tipe hutan kota contoh sebagai lokasi pengamatan memiliki karakteristik lingkungan biotik dan abiotik serta tingkat gangguan yang berbeda, yang membentuk karakteristik habitat yang berbeda, dan sehingga berdampak pada perbedaan komposisi komunitas kupu- kupu yang ditemukan. Fenomena tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya komposisi komunitas kupu-kupudisuatu tipe habitat sangat terkait dengan karakteristik habitatnya. Hal ini disebabkan tiap-tiap jenis kupu-kupu yang membentuk suatu komunitas kupu-kupu di suatu habitat memiliki preferensi dan persyaratan komponen-komponen habitat tertentu, akibatnya perbedaan sumberdaya yang tersedia di setiap tipe hutan kota menyebabkan variasi antar komunitas kupu-kupu di tiap-tiap hutan kota sebagai habitatnya. Fenomena ini