Diana, I Wayan. dkk. 2000. Sifat-sifat Teknik Dan Permeabilitas Pada Nurazwar, Zulkarnain. dkk. 2001. Studi Perilaku Campuran Aspal

hasil penelitian diperoleh KAO sebesar 5,76 dan kadar aspal terbaik pada 6,26 dengan subtitusi Styrofoam 9, dimana semua parameter nya telah memenuhi spesifikasi yang ditentukan kecuali nilai stabilitas yang hanya 495,92 kg atau sedikit dibawah spesifikasi yang disyaratkan Australian Asphalt Pavement Association AAPA 1997 untuk lalu lintas sedang yaitu minimum 500 kg.

1.7.4 Diana, I Wayan. dkk. 2000. Sifat-sifat Teknik Dan Permeabilitas Pada

Aspal Porus. Makalah Disampaikan Pada Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X. Yogyakarta, 15November. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan properties aspal porus yang direncanakan dengan metode Australia, Jepang dan Marshall. Kinerja campuran pada kadar aspal optimum KAO dievaluasi menggunakan Wheel Tracking Machine dan Permeabilitas menggunaka uji simulasi curah hujan. Hasil penelitian menujukkan properties aspal porus yang diperoleh dari metode Australia dan Jepang tidak terdapat perbedaan yang berarti. Tetapi dari metode Marshall KAO tidak dapat dihitung, karena stabilitas marshall lebih kecil dari persyaratan minimum 500 kg. koefisien permeabilitas diperoleh menurun dari 5,129 cmdetik sampai 0,850 cmdetik Autralia dan menurun dari 5,035 cmdetik sampai 0,853 cmdetik Jepang. 1.7.5 Ary Setyawan, dan sanusi. Observasi Properties Porus Berbagai Gradasi dengan Material Lokal. Media teknik sipil 15. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan gradasi agregat yang telah dibuat beberapa negara seperti inggris, jepang, Universitas Sumatera Utara swistzerland dan indonesia dalam memproduksi aspal porus dengan material dari surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai stabilitas dari yang tertinggi sampai yang terendah secara berurutan yaitu pada gradasi jepang 427,79 kg; gradasi BVR 261,22kg; pada gradasi Indonesia 255,4 kg. Hasil Cantabro loss dari yang tertinggi sampai yang terendah yaitu : pada gradasi BS 56,22; gradasi BVR 64,44; pada gradasi jepang 66,75; pada gradasi indonesia 96,21. Dan dapat disimpulkan bahwa gradasi jepang adalah gradasi terbaik dibandingkan dengan menggunakan gradasi-gradasi lainnya.

1.7.6 Nurazwar, Zulkarnain. dkk. 2001. Studi Perilaku Campuran Aspal

Berpori Terhadap Proporsi Agregat Kasar. Media Teknik No.4 Tahun XXIII Edisi November 2001 no. ISSN 0216-3012. Penelitian ini menganalisa pengaruh penambahan proporsi agregat kasar terhadap rongga udara campuran aspal berpori. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penambahan proporsi agregat kasar yang besar akan mengurangi stabilitas campuran aspal berpori. Nilai permeabilitas aspal berpori menunjukkan kemampuan lapisan perkerasan untuk mengalirkan air, nilai permeabilitas aspal berpori yang lebih besar diperoleh dari proporsi agregat kasar yang lebih banyak.rongga udara optimal tidak didapatkan dari penelitian ini, karena data-data yang didapatkan tidak semuanya memenuhi spesifikasi.

1.7.7 Katnam, Herda Yati. dkk. 2005. Performance Of Wet Mix Rubberised