Bahan penyusun Lapisan Aspal Porus

Tabel II.3 Persyaratan Aspal PolimerModifikasi No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1 Penetrasi, 25 ºC, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm SNI 2456-2011 50-70 2 Titik Lembek; ºC SNI 2434-2011 - 3 Titik Nyala; ºC SNI 2433-2011 ≥ 232 4 Daktilitas, 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100 5 Berat jenis SNI 2441-2011 ≥ 1,0 6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; berat SNI 06-2438-1991 ≥ 99 7 Penurunan Berat dengan TFOT; berat SNI 06-2440-1991 ≤ 0,8 8 Perbedaan Penetrasi setelah TFOT; asli SNI 06-2456-1991 ≥54 9 Daktilitas pada 25 ºC; cm SNI 06-2432-1991 ≥ 100 Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi II

II.2.6 Bahan penyusun Lapisan Aspal Porus

Material campuran aspal porus hampir sama dengan campuran aspal konvensional. Agrega, aspal serta bahan tambahan binder modifier merupakan bahan dasar dari campuran tersebut, sehingga kualitas campuran aspal porus sangat ditentukan oleh mutu dari kedua bahan tersebut.

II.2.6.1 Bahan Pengikat

Bahan pengikat yang digunakan pada perkerasan lentur adalah aspal. Aspal didefinisikan sebagai material perekat cementitious , berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen, oleh karna itu bitumen seringkali disebut pula sebagai aspal. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilang minyak bumi. Universitas Sumatera Utara Aspal adalah material yang pada suhu ruangan berbentuk padat samapi agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan, dan kembali membeku jika suhu di turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan bahan pembentuk campuran perkerasan lentur. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10 berdasarkan berat campuran, atau 10-15 berdasarkan volume campuran. silvia Sukirman 2012 Jenis aspal berdasarkan bahan dasar dibagi menjadi 3 tiga macam yaitu : a. Aspal Keras asphalt cement Pada proses destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses destilasi hampa pada temperatur sekitar 480 C. Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disuling atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan. b. Aspal Cair cutback asphalt Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak. Aspal ini dapat juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana dalam proses ini fraksi minyak ringan yang terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan. Berdasarkan bahan pencair aspal cair dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu : Universitas Sumatera Utara  Aspal cair cepat mantap RC = rapid curing, yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya bensin.  Aspal cair mantap sedang MC = medium curing, yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya minyak tanah.  Aspal cair lambat mantap SC = slow curing, yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya solar. c. Aspal emulsi emulsified asphalt Aspal emulsi merupakan campuran dari aspal keras, cair, dan emulsifier. Aspal ini digunakan dalam keadaan dingin atau pada penyemprotan dingin.

II.2.6.2 Aspal Modifikasi

Aspal adalah bahan yang komplekss dan terdiri dari beberapa komponen untuk jenis aspal yang tidak mempunyai titik lembek pasti. Oleh karena itu harus ditentukan setiap aspal , bila diinginkan tahan pada suhu yang tinggi agar tidak terjadi deformasi maka sebaiknya dipilih polimer. Aspal yang sudah ditambahkan dengan polimer biasa disebut dengan sebutaan aspal modifikasi. Penambahan bahan aditif jenis polimer dalam jumah kecil kedalam aspal terbukti dapat meningkatkan kinerja aspal dan memperpanjang umur kekuatanmasa layan perkerasan tersebut. Dan polimer dapat meningkatkan daya tahan perkerasan terhadap berbagai kerusakan, seperti deformasi permanen, retak akibat perubahan suhu, fantigue damage, serta pemisahanpelepasan material Mita Amalia 2012. Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu polymer elastomer dan polymer plastomer. Universitas Sumatera Utara

II.2.6.2.1 Aspal Polymer Elastomer

SBS Styrene Butadine Styrene, SBR Styrene Butadine Rubber, SIS Styrene Isoprene Styrene dan karet adalah jenis-jenis polymer elastomer yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahan polymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras. Persentase penambahan bahan tambah additive pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif.

II.2.6.2.2 Aspal Polymer Plastomer

Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah EVA Ethylene Vinyl Acetate, polypropilene dan polyethilene. Persentase penambahan polymer ini ke dalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian laboratorium karena sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif. Universitas Sumatera Utara

II.2.6.3 Agregat

Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk didalamnya antara lain batu bulat, batu pecah hasil pemecahan oleh stone crusher, abu batu dan pasir. Agregat merupakan komponen utama dan mempunyai peranan yang sangat penting pada lapisan perkerasan jalan. Agregat menempati proporsi terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90-95 dari berat total campuran.

II.2.6.3.1 Agregat Kasar

Agregat kasar pada campuran beraspal berfungsi memberikan kekuatan yang pada akhirnya mempengaruhi stabilitas dalam campuran, dengan kondisi saling mengunci interlocking dari masing-masing partikel agregat. Agregat kasar mempunyai peranan sebagai pengembang volume, menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan terhadap kelelehan flow dan meningkatkan stabilitas. Universitas Sumatera Utara Tabel II.4 Persyaratan dan Sifat-sifat Teknis Agregat Kasar Pengujian Standar Nilai Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat SNI 3407-2008 Maks.12 Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 2417-2008 Maks. 40 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439-2011 Min. 95 Angularitas kedalam dari permukaan 10cm DoT’s Pennsylvania Test Menthod, PTM no.621 9590 Angularitas kedalam dari permukaan ≤10cm 8075 Partikel pipih dan lonjong ASTM D-4791 Maks. 10 Material lolos saringan 200 SNI 034142-1996 Maks. 1 Catatan : 9590 menunjukkan 95 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dari 90 agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5 Sumber : Spesifikasi Umum Desember, 2010 Revisi II

II.2.6.3.2 Agregat Halus

Penambahan agregat halus dari pengayakan batu pecah umumnya dapat meningkatkan ketahanan terhadap deformasi, namun di sisi lain dapat mengurangi kemudahan pelaksanaan secara signifikan. Universitas Sumatera Utara Tabel II.5 Persyaratan dan Sifat-sifat Teknis Agregat Halus Pengujian Standar Nilai Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60 Kadar Lempung SNI 3423-2008 Maks. 1 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 Sumber : Spesifikasi Umum Desember, 2010 Revisi II

II.2.6.3.3 Gradasi Agregat Campuran Aspal porus

Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam persen dari berat total. Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Gradasi memiliki batas toleransi dan merupakan suatu cara untuk menyatakan bahwa agregat yang terdiri atas fraksi kasar, sedang dan halus dengan suatu perbandingan tertentu secara teknis masih diijinkan untuk digunakan. Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran bukaan jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan jaringan kawat per inchi persegi dari saringan tersebut. Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini ditentukan dengan menimbang agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan. Universitas Sumatera Utara

II.2.6.3.3.1 Gradasi Senjang Gap Graded

Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali, oleh sebab itu gradasi ini disebut juga gradasi jelek poorly graded.

II.2.6.3.3.2 Gradasi Rapat Dense Graded

Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus, atau gradasi baik well graded. Suatu campuran dikatakan bergradasi sangat rapat bila persentase lolos dari masing-masing saringan memenuhi persamaan berikut: 1 Dimana : d = Ukuran saringan yang ditinjau. D = Ukuran agregat maksimum dari gradasi tersebut. n = 0,35 – 0,45. P = Persen agregat lolos masing-masing saringan. Campuran dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.

II.2.6.3.3.3 Seragam Uniform Graded Gradasi Terbuka Open Graded

Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama. Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka open graded karena hanya mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak ronggaruang kosong antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas rendah dan memiliki berat isi yang kecil. Sehingga campuran beraspal dengan gradasi ini disebut campuran aspal porus. Universitas Sumatera Utara Persyaratan gradasi agregat pada campuran aspal porus ditentukan berdasarkan spesifikasi Australian Asphalt Pavement 2004. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.6 Gradasi Agregat Campuran Aspal Porus Ukuran Ayakan Berat Yang Lolos mm Ag. Maks. 10 mm Ag. Maks. 14 mm 19,000 100 100 12.700 100 85 – 100 9,530 85 – 100 45 – 70 4,760 20 – 45 10 – 25 2,380 10 – 20 7 – 15 1,190 6 – 14 6 – 12 0,595 5 – 10 5 – 10 0,297 4 – 8 4 – 8 0,149 3 – 7 3 – 7 0,074 2 – 5 2 – 5 Total 100 100 Kadar Aspal 5,0 – 6,5 4,5 – 6,0 Sumber : Australian Asphalt Pavement Association, 2004 Bentuk gradasi agregat biasanya digambarkan dalam suatu grafik hubungan antara ukuran saringan dinyatakan pada sumbu horizontal dan persentase agregat yang lolos saringan tertentu dinyatakan pada sumbu vertikal. Contoh macam-macam gradasi agregat secara tipikal ditunjukan pada gambar II.3. Gambar II.3 Tipikal Macam-Macam Gradasi Agregat Universitas Sumatera Utara

II.2.6.4 Bahan Tambahan Additive

Semakin meningkatnya beban perkerasan, dituntut bahan lapis keras yang lebih baik dalam arti lebih mampu meneruskan dan menyebarkan beban ke lapis yang ada di bawahnya. Untuk itu salah satu usahanya adalah dengan meningkatkan kualitas aspal dengan menambahkan additivemodifikasi binder. Berdasarkan artikel Polymer Modified Asphalt Yvonne Becker, dkk 2001. Kriteria bahan tambah untuk campuran bitumen, bahan tambahan tersebut harus dapat :  Menghasilkan stabilitas yang lebih tinggi pada jalan dengan temperatur tinggi untuk mengurangi rutting  Meningkatkan fleksibilitas pada jalan dengan temperatur rendah untuk mengurangi retak-retak  Meningkatkan workabilitas untuk mempermudah pelaksanaan, penyemprotan, pencampuran dan pemadatan.  Meningkatkan daya tahan atau durabilitas  Meningkatkan kohesi  Meningkatkan daya ikat bitumen terhadap agregat. Dalam penelitian ini bahan tambahan yang digunakan adalah karet serbuk Crumb Rubber, sehingga diharapakan bahan tambahan tersebut dapat meningkatkan karakteristik aspal sebagai bahan ikat yang lebih baik. Karet serbuk Crumb Rubber diperoleh dari hasil limbah ban bekas.

II.2.6.5 Metode Pencampuran pada perkerasan

Dalam buku silvia sukirman 2012 untuk mendapatkan campuran lapis perkerasan yang berkualitas baik, maka campuran antara agregat dan aspal harus Universitas Sumatera Utara merata dan tiap butir agregat dapat terselimuti oleh selaput aspal. Ada 3 cara untuk melakukan pencampuran antara aspal dan agregat, yaitu: a. Campuran panas Hot Mix Campuran antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu.untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat keenceran yang cukup dari aspal, keduanya dipanaskan dulu sebelum dicampur, sehingga dalam pencampuran akan merata. Bahan pembentuknya dicampur pada suhu pencampuran sekitar 140 C. b. Campuran dingin Cold Mix Proses pencampuran yang dilakukan pada suhu rendahruangan. Aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan agregat dalam keadaan dingin tanpa pemanasan. Bahan pembentuknya dicampur pada suhu ruangan sekitar 25 C. c. Campuran hangat Warm Mix Beton aspal yang bahan pembentuknya dicampur padasuhu pencampuran sekitar 60 C. Universitas Sumatera Utara

II.2.7 Karakteristik Campuran Aspal Porus