Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

54 karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi- obsevasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi”, menurut Ghozali 2011:36. Setelah data outlier dihilangkan, maka data yang semula 40 menjadi 35. Hasil pengujian normalitas yang kedua diperlihatkan dalam Tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3 Uji Normalitas 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 35 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .17824162 Most Extreme Differences Absolute .210 Positive .194 Negative -.210 Kolmogorov-Smirnov Z 1.239 Asymp. Sig. 2-tailed .093 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: hasil olahan software SPSS Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, diketahui nilai probabilitas p atau Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,093. Karena nilai probabilitas p, yakni 0,093, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05. Hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

“Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor VIF. Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas”, Universitas Sumatera Utara 55 menurut Ghozali, 2011. Tabel 4.4 Uji Asumsi Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant CAPT 1.000 1.000 DTE 1.000 1.000 Sumber: hasil olahan software SPSS Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.4, nilai VIF dari variabel CAPT adalah 1,000, dan nilai VIF dari variabel DTE adalah 1,000. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.

4.2.3 Uji Autokorelasi

“Asumsi mengenai independensi terhadap residual non- autokorelasi dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi”, menurut Gio 2015. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi Model Durbin-Watson 1 2.013 Sumber: hasil olahan software SPSS Berdasarkan Tabel 4.5, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 2,013. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi autokorelasi. Universitas Sumatera Utara 56

4.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji grafik plot dan uji statistik. Uji statistik Glejser dipilih karena lebih dapat menjamin keakuratan hasil dibandingkan dengan uji grafik plot yang dapat menimbulkan bias. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap nilai absolute residual-nya terhadap variabel dependen. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak di antara data pengamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan koefisien signifikansi. Koefisien signifikansi harus dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebelumnya 5. Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas homoskedastisitas. Jika koefisien signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi yang ditetapkan, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas. Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .110 .025 4.453 .000 CAPT .008 .025 .049 .296 .769 DTE -1.766 .874 -.336 -2.021 .052 a. Dependent Variable: absolut_res_uji_glejser_heteroskedastisitas Sumber: hasil olahan software SPSS Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui nilai probabilitas atau Sig. Universitas Sumatera Utara 57 dari CAPT adalah 0,769, dan nilai probabilitas atau Sig. dari DTE adalah 0,052. Karena masing-masing nilai probabilitas 0,05, maka disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastistas. 4.3 Pengujian Hipotesis 4.3.1 Uji Simultan Uji F

Dokumen yang terkait

BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK DAN PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 20 66

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

0 8 17

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

0 4 19

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 9

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 14

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 2

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 7

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 30

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 1 3

Pengaruh Aset Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

0 0 7