1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang di harapkan dapat meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar di luar negeri
yang cenderung meningkat serta sumber daya yang cukup tersedia di Indonesia memberikan
peluang sangat
besar untuk
dapat dikembangkan
budidayanyasumeru, 1992. Permintaan akan konsumsi masyarakat akan udang di Indonesia meningkat
dikarenakan udang merupakan salah satu makanan yang mengandung gizi tinggi dan unsur yodium yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mental
dan udang juga mengandung protein dalam jumlah besar, kandungan gizi udang seperti Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Zat besi, Vitamin
A, Vitamin B, Vitamin C dan Air. Sehingga makanan yang olahan dari udang bermanfaat dan sehat bagi tubuh manusia Suprapti, 2008.
Tingginya permintaan akan udang didalam dan luar negeri yang terus meningkat dari tahun ketahun menjadikan Indonesia sebagai pengirim terbesar didunia,
dikarenakan Indonesia mempunyai luas wilayah, ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang memungkinkan
untuk mengembangkan usaha budidaya udang Buwono, 1993. Perkembangan budidaya Udang Windu sejak tahun 1980 sampai 1990ini telah
mencapai puncaknya, baik sebagai usaha budidaya berpola tradisional, semi
Universitas Sumatera Utara
intensif, maupun intensif. Perkembangan tersebut tentunya tidak terlepas dari pembinaan aparat pemerintah, khususnya yang membidangi sektor perikanan baik
melalui kursus-kursus keterampilan, seminar-seminar pertambakan udang maupun dari
kegiatan pameran
perikanan yang
berskala nasional
ataupun internasionalBuwono, 1993.
Budidaya udang diindonesia mengalami kejayaan pada tahun 1994, produksi udang windu budidaya mencapai 250.000 tontahun. Produksi tersebut
menempatkan posisi produsen udang winduterbesar didunia. Namun dengan cepat produksi udang windu mengalami penurunan dan menuju pada titik kehancuran
karena merebaknya penyakit white spot syndrome virus WSSV. Kordi, 2010 sektor perikanan di Indonesia komoditas udang lebih besar di bandingkan
komoditas lain, walaupun produksinya lebih sedikit dibandingkan ikan tangkap. Misalnya, pada tahun 2003, produksi sektor perikanan dan kelautan sebesar
474.000 ton dengan perincian ikan tangkap 292.000 ton dan budidaya tambak terutama udang 182.000 ton. Volume ekspor perikanan tahun 2003 sebesar
32.223 ton atau senilai US 96.267 juta. Dari angka 32.223 ton tersebut, volume ekspor udang hanya mencapai 8.027 ton sekitaran 25, tetapi nilai ekspornya
yang paling banyak Haliman dan Dian Adijaya S, 2008. Menurut Nilai ekspor hasil perikanan Indonesia berdasarkan total komoditi tahun
2013 mencapai US 3,77 miliar meningkat 6,98 persen dibandingkan tahun 2012 dengan nilai US 3,53 miliar. Udang menjadi komoditi yang merajai ekspor
perikanan, dengan nilai yang disumbang sebesar US 1,280 juta, disusul tuna US 606 juta, ikan lainnya US 700 juta dan hasil perikanan lainnya US 746 juta.
Universitas Sumatera Utara
Komoditi yang paling besar mengalami peningkatan ekspor adalah udang sebesar 25,46 dengan nilai kontribusi terbesar adalah udang beku senilai US 1,121 juta
Sutardjo, 2014. Ekspor ikan dan udang di sumatera utara menunjukan peningkatan yang tinggi,
ekspor ikan dan udang mencapai angka 60,16 juta dolar AS pada tahun 2014. Jumlah itu jauh melampui angka periode yang sama tahun lalu yang hanya tercatat
49,63 juta dolar AS. Kusdiatmono, 2014. Udang sebagai komoditas ekspor berhasil meningkatkan devisa Negara dari sektor
non migas. Volume ekspor udang ke berbagai Negara tujuan Jepang, Hongkong, Singapura, Jerman, Australia, Malaysia, Inggris, Perancis, Belanda, Belgia,
Luxemburg, dan lainnya Buwono, 1993. Pemanfaatan tambak untuk usaha budidaya udang secara intensif di Indonesia
berkembang cepat dengan produksi mencapai 5-12 tonhamusim tanam 6 bulan atau 10-24 tonhatahun. Namun, sejak tahun 1990 budidaya udang intensif mulai
banyak menghadapi masalah, seperti tingginya mortalitas, lambatnya tingkat pertumbuhan, dan kegagalan panen akibat udang terserang penyakit. Kendala
yang dihadapi tersebut awalnya disebabkan petani kurang mematuhi persyaratanketentuan dalam budidaya , seperti pemilihan lokasi yang kurang
tepat, pembatasan luar hamparan tambak, pengelolaan yang tidak sesuai dengan daya dukung lahan, tidak ada kerjasama antar pembudidaya, dan tidak
memperhatikan ketentuan tata ruang. Penyebab lain juga akibat adanya peningkatan limbah atau pencemaran Sudradjat dan Wedjatmiko, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Konsumsi masyarakat Provinsi Sumatera Utara terhadap udang sangat tinggi, untuk memenuhi permintaan masyarakat dan ekspor pemerintah mengembangkan
budidaya udang untuk meningkatkan produksi udang di Sumatera Utara. Kabupaten Langkat merupakan salah satu dari beberapa kabupaten yang memiliki
rata-rata produktivitas yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data yang di peroleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara yang ada pada tabel
1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Tambak Menurut Jenis Ikan dan Kabupaten Kota
NO Kabupaten Kota
Jenis Ikan ton Udang
Udang Udang
Windu Vanname
Putih 1
Kota Medan 323.4
3,0 -
2 Kab. Langkat
3,713.0 14,163.5
-
3 Kab. Deli Serdang
2,780.1 -
- 4
Kab. Serdang Bedagai 665.0
3,827.0 -
5 Kab. Batubara
23.4 641.0
1.0 6
Kab. Asahan 74.7
- -
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kabupaten langkat mempunyai produksi udang
yang tinggi di banding dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, dengan produksi : Udang Windu 3.713 ton, dan Udang Vannamei
14.163 ton. Kabupaten Langkat menduduki peringkat pertama dalam jumlah produksi.
Budidaya udang kedepannya menjadi prospek yang cerah bagi petani sehingga harus terus dikembangkan agar kabupaten Langkat menjadi penghasil udang
Universitas Sumatera Utara
terbesar di Sumatera Utara dan menjadi daerah pengekspor terbesar di Indonesia. Kurangnya pemahaman bagi petani udang untuk membudidayakan udang dan
tidak mengikuti ketentuan budidaya sehingga petani mengalami kegagalan karena dalam usaha ini memerlukan ketelitian, maka banyak petani yang beralih
budidaya ke komoditas lainnya. Dalam hal ini menimbulkan keraguan terhadap petani tambak untuk membudidayakan udang, padahal budidaya udang akan
sangat menguntungkan bagi petani tambak udang di Kabupaten Langkat, untuk penelitian ini dilakukan dengan melihat kelayakan usaha tambak budidaya udang
di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat sehingga dapat diketahui layak atau tidak layak usaha budidaya tambak udang untuk
dikembangkan di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti
mengenai Analisis Kelayakan Tambak Udang di Desa Sei Meran, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.
1.2. Identifikasi Masalah