Kerangka Teoritis Kerangka Pemikiran

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Kerangka Teoritis

2.2.1.1.Teori Sektor Unggulan Suatu proses pembangunan pelaksanaannya dipengaruhi oleh ketersedian sumberdaya dan pembiayaan. Tidak semua daerah memiliki potensi yang sama. Masing-masing memiliki sektor dengan comparatife advatages yang berbeda. Keterbatasan dana pembangunan menuntut suatu perencanaan yang tepat dan efisien, sehingga dapat teralokasi pada sektor yang jika dikembangkan akan memberi dampak yang besar terhadap perekonomian wilayah tersebut secara menyeluruh. Tidak hanya berpengaruh positif pada satu sektor itu saja, namun dapat mendorong pertumbuhan sektor lain yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, baik berupa peningkatan penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan. Kemampuan suatu sektor menjadi penggerak utama bagi sektor-sektor lainnya dan memacu pembangunan ekonomi, menjadikannya sebagai sektor unggulan atau disebut juga leading sector atau key sector. Sektor unggulan dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu mendorong, menunjang kegiatan produksi serta menopang pertumbuhan semua sektor dalam perekonomian. Sektor unggulan akan diprioritaskan dalam pelaksanaan pembangunan, meskipun bukan berarti mengabaikan sektor lain. Pembangunan itu sendiri tentu tidak hanya tertuju pada sektor-sektor unggulan, tetapi sektor non unggulan yang kedepannya diharapkan menjadi sektor unggulan pula. Adanya skala prioritas ini agar pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga dengan keterbatasan yang ada tujuan pembangunan tersebut dapat dicapai. Analisis input-output dibangun dari teori keseimbangan umum. Model keseimbangan umum merupakan seluruh sistem pasar yang saling berhubungan dan menunjukkan keterkaitan antar sektor serta merupakan indikator bagi suatu sektor untuk menjadi leading sector. Keseimbangan umum seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem, dengan keseimbangan atau ketidakseimbangan di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan atau ketidakseimbangan di sektor-sektor lain. Analisis keseimbangan umum didasarkan atas arus transaksi antar pelaku perekonomian. Hal ini berbeda dengan keseimbangan parsial yang tidak mengikutsertakan kemungkinan terjadinya interaksi antar sektor produksi sebagai bagian keseimbangan itu sendiri Nazara, 1997. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan pada arus transaksi antar pelaku perekonomian dari sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian mempunyai peranan yang besar dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir dijadikan sebagai variabel endogen. Interaksi pelaku antar ekonomi dijelaskan dalam teori keseimbangan umum berdasarkan kuantitas dan harga di seluruh pasar atau industri. Asumsi terdapat dua pasar, misalkan sektor pertanian dan sektor pariwisata. Pada Gambar 1, diperlihatkan bahwa setiap kenaikkan output pada sektor pariwisata akan mengakibatkan kenaikkan pada sektor pertanian. Perubahan yang sama pada sektor pariwisata dan sektor pertanian ini dikarenakan sektor pariwisata dan sektor pertanian merupakan barang komplementer. Perubahan pada kedua sektor ini akan berdampak pada pasar tenaga kerja. Kenaikkan output pada sektor pariwisata akan memberi dampak pada kenaikkan permintaan tenaga kerja. Pada sisi lain, kenaikkan permintaan output pada sektor pertanian juga mengakibatkan kenaikkan permintaan tenaga kerja pada pasar tenaga kerja pada sektor pertanian. Sumber : Nicholson, 2002. Gambar 2.1. Kurva Keseimbangan Umum Sa Da Da 1 Qa Qa 1 Qa 2 Sa 1 Quantitas Sektor Pariwisata Pb 1 Pb 2 Pb Sektor Pertanian Sa La La 1 La 2 Sa 1 Upah Labour Wb 1 Wb 2 Wb Db Lb Lb 1 Lb 2 Upah Sb Qb Qb 1 Qb 2 Db Db 1 Sb 1 Harga Harga Pa 1 Pa 2 Pa Da Da 1 Da Wa 1 Wa 2 Wa Sb Sb 1 Db 1 Suatu sektor tidak dapat begitu saja menjadi sektor unggulan, ada beberapa hal yang harus dimiliki, diantaranya pertumbuhannya cukup tinggi, stabil dan berkelanjutan. Selain itu, kemampuannya dalam memacu pembangunan wilayah harus memanfaatkan sumberdaya dan pasar domestik serta memiliki indeks ketergantungan impor yang rendah. Sektor unggulan juga tidak hanya memiliki peran dalam artian berupa kontribusi yang sifatnya langsung terhadap perekonomian. Hal ini dilihat dari keterkaitan sektor unggulan terhadap sektor lain. Beberapa ahli mengemukan tentang pembentukkan sektor kunci, untuk melihat apakah suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak dapat mengunakan Analisis Input Output salah satunya Chenery dan Watanabe 1958 dalam Daryanto 1995 menyatakan bahwa tingginya keterkaitan kedepan dan kebelakang dapat terlihat pada tingginya suatu nilai di atas harga rata-ratanya. Sedangkan rendahnya keterkaitan kedepan dan kebelakang diperlihatkan oleh rendahnya suatu nilai di bawah harga rata-ratanya. Sektor unggulan adalah sektor yang memiliki nilai keterkaitan kedepan dan kebelakang yang tinggi. Sektor yang termasuk dalam kategori ini umumnya adalah sektor yang mengubah input primer menjadi output antara. Tabel 2.4. Tipologi Chenery-Watanabe Keterkaitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Tinggi Rendah Tinggi Kategori I Kategori II Rendah Kategori III Kategori IV Sumber : Daryanto, 1995. Pendekatan tersebut hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, karena tidak memasukkan efek tenaga kerja dan pendapatan. Menurut Rasmusen dalam Daryanto 1995 mengemukakan bahwa untuk mengukur keterkaitan baik kedepan maupun kebelakang terdapat dua jenis indeks, yaitu ; 1. Kemapuan penyebaran power of dispersion, dalam Analisis Input-Output disebut Daya Penyebaran. 2. Kepekaan Penyebaran sensitivity of dispersion, dalam Analisis Input Output disebut juga Derajat Kepekaan. Dampak penyebaran serta Derajat Kepekaan tersebut merupakan perbandingan dampak kebelakang maupun kedepan terhadap rata-rata seluruh dampak sektor. Jika nilai indeks dari suatu sektor lebih dari satu, maka pengaruhnya di atas rata-rata dan sektor tersebut dapat dijadikan sebagai sektor kunci. Menurut Daryanto 1995 untuk mengidentifikasi suatu sektor dapat menjadi sektor kunci atau tidak, dilaksanakan dengan empat metode, yaitu 1. Sektor tersebut memiliki keterkaitan kebelakang backward linkage dan keterkaitan kedepan forward linkage yang relatif tinggi. 2. Sektor tersebut menghasilkan output bruto yang relatif tinggi, sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir final demand yang relatif tinggi pula. 3. Sektor tersebut mampu menghasilkan penerimaan devisa bersih yang relatif tinggi. 4. Sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. Teori multiplier dikemukakan oleh beberapa ahli, salah satunya oleh Miller and Blair 1985. Multiplier digunakan untuk menilai efek dari perubahan eksogen terhadap variabel-variabel penting dalam ekonomi. Multiplier-multiplier yang sering digunakan untuk memperoleh efek dari perubahan eksogen adalah multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja. Pendekatan tersebut sangat sederhana karena hanya memperhitungkan efek langsung dari peningkatan output yang diberikan industri tersebut, namun tanpa memperhitungkan efek tidak langsung yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih nyata. 2.2.1.2.Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Ekonomi Tujuan dari pembangunan dan pengembangan pariwisata menurut Wight 1998 dalam Poerwanto 2004 adalah untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan pelestarian lingkungan. Konsep menjaga keseimbangan terhadap aset pariwisata merupakan perwujudan kepedulian terhadap kualitas hidup secara utuh. Menurut Spillane 1994, adapun dampak positif yang dapat dirasakan antara lain: 1. Perubahan pada jangka panjang dalam struktur permintaan yang dapat mendorong perluasan dari sektor-sektor jasa dalam perekonomian, khususnya jasa-jasa pariwisata. Semakin tinggi tingkat pendapatan nyata dan semakin banyak waktu yang disediakan untuk liburan, maka semakin besar permintaan akan rekreasi dan hiburan serta manfaat lain dari pariwisata. 2. Pariwisata merupakan industri yang padat karya, karena tenagakerja sulit digantikan dengan modal atau peralatan. Oleh karena itu pariwisata merupakan sumber pokok dari perkerjaan pada tingkat regional. Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai tenaga keamanan, kebersihan, tenaga dapur koki, tenaga cuci dan lain sebagainya. 3. Pariwisata sebagai sumber devisa dalam neraca pembayaran. 4. Pariwisata mendistribusikan pembangunan dari pusat industri ke arah wilayah desa yang belum berkembang. Jadi pariwisata dapat menjadi dasar pembangunan regional. Selain dampak positif yang ditimbulkan, dalam pengembangan usaha jasa dan akomodasi juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pembangunan ekonomi Splillane, 1994 antara lain: 1. Pariwisata sering dianggap tergantung pada pasar asing dan impor. 2. Terjadinya kebocoran pendapatan dari industri pariwisata. 3. Perkembangan fasilitas pariwisata cenderung berpolarisasi secara spasial yaitu berkaitan dengan tempat. 4. Sifat dari pekerjaan dalam sektor pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah, menjadi pekerja musiman, tidak ada serikat buruh, hanya bekerja pada sebagian waktu part time, dan khusus untuk anggota keluarga. 5. Permintaan akan pariwisata dapat menaikkan harga tanah, sehingga menyebabkan kesulitan bagi penghuni tersebut yang tidak bekerja dalam sektor pariwisata dan ingin membangun rumah atau mendirikan bisnis disana. 6. Perkembangan pariwisata dapat menimbulkan masalah besar terhadap lingkungan, misalnya: polusi udara dan air, keramaian lalu lintas, dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional. 2.2.1.3.Model Input-Output Analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh W.Leontif pada tahun 1930. Tabel input-output telah berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk mendiskripsikan struktur industri suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk memprediksikan perubahan- perubahan struktur tersebut Glasson, 1977. Model I-O Leontif ini didasarkan atas model keseimbangan umum General Equilibrium. Menurut BPS 2000 pengertian Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang barang dan jasa antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian sepanjang baris Tabel I-O menunjukan pengalokasian output yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Di samping itu, isian pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam proses produksi, baik berupa input antara maupun input primer. Sebagai metode kualitatif tabel ini memberikan gambaran menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor- sektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut. 4. Struktur permintaan barang dan jasa baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor. Beberapa tahun belakangan ini, model I-O telah dikembangkan untuk keperluan yang lebih luas dalam analisis ekonomi. Beberapa kegunaan dari analisis I-O menurut BPS 2000 antara lain adalah: 1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi. 2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang berpengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang paling peka terhadap pertumbuhan perekonomian. 5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. 2.2.1.4.Struktur Tabel Input - Output Struktur dari Tabel Input-Output terdiri dari suatu kerangka matriks berukuran n x n dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan suatu hubungan tertentu Glasson, 1977. Tabel Input Output menunjukkan transaksi antar komponen suatu perekonomian, dimana terdapat dua sektor produksi dengan empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga C,investasi I, pengeluaran pemerintah G dan ekspor E serta dua faktor produksi yaitu tenaga kerja L dan kapital dengan balas jasa sewa N. Pada Tabel 2.5 memperlihatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai format Tabel I-O. Tabel 2.5. Ilustrasi Tabel Input-Output Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output 1 2 C I G E X 1 z 11 z 12 C 1 I 1 G 1 E 1 X 1 Sektor Produksi 2 z 21 z 22 C 2 I 2 G 2 E 2 X 2 Nilai Tambah L N L 1 N 1 L 2 N 2 L C N C L I N I L G N G L E N E L N Impor M M 1 M 2 M C M I M O M E M Total Input X X 1 X 2 C I G E X Sumber : Miller dan Blair, 1985. Input antara terjadi karena adanya arus perpindahan barang antar sektor yaitu sektor i ke sektor j dan juga bisa terjadi perpindahan di dalam sektor itu sendiri. Tabel 2.5 menunjukkan terjadinya arus atau perpindahan barang dari sektor i ke sektor j, dimana i=j. Nilai uang arus barang dan jasa dari sektor i ke sektor j diberi notasi z ij , total output diberi notasi X i , dan total permintaan akhir sektor i diberi notasi Y i . Dengan demikian dapat dituliskan sebagai berikut: X = z i1 + z i2 +…+ z ii +…+ Y i 2.1 Persamaan 2.1 menunjukkan distribusi output ke sektor i. Output sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi yang lain dan dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tersebut adalah pelaku-pelaku ekonomi didalam perekonomian yang secara agregat bisa diklasifikasikan ke dalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan adalah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah, dan permintaan akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan 2.2 terlihat bahwa terdapat n sektor yang sama seperti persamaan untuk seluruh sektor perekonomian, yaitu: X 1 = z 11 + z 12 + ... + z 1n + Y 1 X 2 = z 21 + z 22 + ... + z 2n + Y 2 . . . . . . . . . . . . . . . X n1 = z n1 + z n2 + ... + z nn = Y n 2.2 Sesuai dengan definisi tabel Input-Output, total input harus sama dengan total output. Berdasarkan sifatnya yang linear, maka dapat dituliskan sebagai berikut : X 1 + X 2 + L + N + M = X = X 1 + X 2 + C + I + G + E 2.3 Persamaan 2.3 adalah identitas dari pendapatan nasional, yang ditunjukkan oleh persamaan sebelah kiri, dimana pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Faktor produksi dalam perekonomian terdiri dari tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah dan gaji L dan bunga modal N. Persamaan sebelah kanan, menunjukkan pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi dalam perekonomian tersebut. Dua persamaan diatas yang menghasilkan nilai X yang sama, dapat dijabarkan sebagai berikut dengan menghilangkan X 1 dan X 2 , sehingga menjadi : L + N + M = C + I + G + E Atau L + N = C + I + G E – M 2.4 Analisa Input–Output berdasarkan persamaan diatas memegang peranan penting sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah. Selanjutnya, secara umum matriks dalam Tabel Input-Output dapat dibagi ke dalam empat kuadran, yaitu: 1. Kuadran I Intemediate Quadran Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai ketergantungan antar sektor produksi dalam perekonomian. Analisa I-O kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena kuadran inilah yang menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan proses produksinya. 2. Kuadran II Final Demand Quadran Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stock dan ekspor. 3. Kuadran III Primary Input Quadran Menunjukan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga upahgaji, pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV Primary Input-Final Demand Quadran Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. 2.2.1.5.Analisis Dampak Penyebaran Terdiri dari koefisien penyebaran yang berguna untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor lainnya, sedangkan kepekaan penyebaran berguna untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. 2.2.1.6.Analisis Pengganda Multiplier Analisis multiplier merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat apa yang terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti permintaan akhir dalam perekonomain. Terdapat tiga variabel utama dalam analisis multiplier ini yaitu outpur sektor-sektor produksi, pendapatan rumah tangga household income, dan lapangan pekerjaan employment. Oleh karena itu dalam analisis ini dikenal multiplier output, multiplier pendapatan dan multiplier tenaga kerja Nazara, 1997. Multiplier juga merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur suatu respon atau dampak stimulus ekonomi. Pada kasus multiplier Input Output, stimulus ekonomi umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Stimulus ekonomi yang sering dimaksud adalah dapat berupa output, pendapatan, dan tenaga kerja. a. Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal initial effect, yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Sedangkan setiap elemen dalam matrik kebalikan Leontief α menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter kepada permintaan akhir. b. Multiplier Pendapatan Nilai Tambah Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adnya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan dalam Tabel Input-Output adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa jenis pendapatan yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga deviden dan bunga bank. c. Multiplier Tenaga Kerja Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan dari sisi output. Pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen Tabel Input-Output karena tabel ini tidak mengandung elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja. Penambahan baris pada Tabel Input-Output untuk mendapatkan koefisian tenaga kerja dalam setiap sektor perekonomian. Cara untuk memperoleh koefisien tenaga kerja adalah dengan membagi setiap jumlah tenaga kerja tiap sektor perekonomian wilayah atau negara dengan jumlah total input dari tiap sektor tersebut. 2.2.1.7.Kerangka Dasar Tabel Input Output Propinsi D.I. Yogyakarta Tabel Input-Output Propinsi D.I. Yogyakarta sajikan ke dalam tiga kuadran yaitu Kuadran I, II, dan III. Kuadran I merupakan kuadran permintaan antara yang terdiri dari sel-sel yang berisi transaksi antara barang dan jasa dalam proses produksi. Dikuadran ini sektor-sektor perekonomian Propinsi D. I. Yogyakarta dibagi menjadi 83 sektor. Peneliti melakukan agregasi 9 sektor dan 22 sektor terhadap sektor-sektor dalam Tabel Input-Output Propinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2000. Kuadran II berisi angka-angka transaksi yang memperlihatkan komposisi permintaan akhir terhadap suatu sektor produksi. Komponen permintaan akhir dalam Tabel I-O meliputi Konsumsi Rumah tangga 301, Konsumsi Pemerintah 302, Pembentukan Modal Tetap Bruto 303, Perubahan Stok 304, Jumlah ekpor barang dan jasa 305. Jumlah permintaan 310 merupakan jumlah permintaan antara 180 ditambah dengan jumlah permintaan akhir 309. Sedangkan jumlah penyediaan 700 dalam Tabel Input Output Propinsi D. I. Yogyakarta merupakan penjumlahan dari impor barang dan jasa 409, dan jumlah output 600. Jumlah margin perdagangan dan biaya pengangkutan sama dengan nol karena tabel yang digunakan sebagai metode analisis adalah tabel transaksi atas dasar harga produsen, dimana margin perdagangan tidak diperhitungkan. Tabel yang digunakan sebagai metode analisis peneliti adalah tabel transaksi total atas dasar harga produsen yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari produksi dalam negeri ditambah dengan impor. Disamping itu diharapkan dapat memberikan kestabilan pada koefisien input yang dihasilkan karena hubungan langsung antar sektor yang tidak dipengaruhi lagi oleh unsur margin distribusi. Kuadran III terdiri dari sel-sel nilai tambah bruto 209. Nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji 201, surplus usaha 202, penyusutan 203 dan pajak tak langsung 204. Sedangkan jumlah input 210 merupakan penjumlahan dari jumlah input antara 190 dan nilai tambah bruto 209.

2.2.2. Kerangka Pemikiran Operasional