Keadaan Vegetasi Sampling error dan Efisiensi Relatif

3. Bagian Selatan : sebelah Barat curah hujan rata-rata bulanan 275 mm.

E. Keadaan Vegetasi

Pada KPH Cianjur khususnya di BKPH Tanggeung tegakan hutan yang banyak adalah mahoni Swietenia macrophylla King yang termasuk dalam kelas hutan TJKL Tanaman Jenis Kayu Lain, tegakan mahoni ditanam dengan jarak tanam 3 m x 2 m dengan pertumbuhan hampir merata dan murni, tumbuhan bawah mempunyai kerapatan sedang dan di dominasi oleh dengan jenis tanaman Harendong dan Jaron. V.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Jumlah Unit Contoh Pelaksanaan inventarisasi dilakukan pada 3 anak petak yang masing masing mewakili KU V, KU VI , dan KU VII yaitu anak petak 20 G, 8B dan 16 D dengan luas masing masing yaitu 33 ha, 53,96 ha dan 16,60 ha. Pada anak petak yang terpilih ini dilakukan pengukuran dengan dua metode bentuk unit contoh dalam inventarisasi hutan yaitu metode konvensional circular plot sampling dan metode tree sampling. Pada metode konvensional, petak ukur yang digunakan adalah petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas 0,10 ha dengan jari-jari 17,8 m dan intesitas samplingnya 2,5 . Sedangkan untuk metode tree sampling, penerapanya dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Penempatan petak ukur yang sesuai dengan metode konvensional metode TSa. 2. Penempatan petak ukur dengan cara satu petak ukur setiap satu hektar one plot one hectar atau metode TSb. Pada metode tree sampling ini digunakan 6, 8 dan 10 pohon. Jumlah unit contoh petak ukur PU yang digunakan untuk setiap metode dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah unit contoh pada berbagai metode inventarisasi Metode Jumlah Petak Ukur PU KU V KU VI KU VII Konvensional 8 13 4 TS.a 6 pohon 8 13 4 8 pohon 8 13 4 10 pohon 8 13 4 TS b 6 pohon 33 53 16 8 pohon 33 53 16 10 pohon 33 53 16

B. Hasil pengukuran

1. Volume tegakan per Ha

Pada pendugaan volume pohon per ha ini diperoleh nilai rata-rata populasi dan simpangan baku rata-rata volume per ha seperti terlihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3 . Hasil perhitungan pendugaan volume rata-rata per hektar dan simpangan bakunya pada setiap metode Metode KU V KU VI KU VII V m 3 Ha S V m 3 Ha V m 3 Ha S V m 3 Ha V m 3 Ha S V m 3 Ha Konvensional 151,31 25,61 76.27 9.39 105,62 13,93 TSa 6 169,65 13,89 195.99 19.40 173,19 22,80 TSa 8 146,09 17,72 153.51 16.51 175,02 31,37 TSa 10 130,57 18,11 149.91 12.23 144,49 18,32 TSb 6 173,80 12,41 187.21 7.78 237,85 18,954 TSb 8 205,34 15,41 173.27 7.85 197,42 10,73 TSb 10 178,21 11,20 151.01 6.37 186,04 17,44 Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka standar deviasi pada suatu KU . Dari hasil perhitungan pada Tabel 3 terlihat bahwa pendugaan volume tegakan pada KU V dan KU VI, yang memiliki simpangan baku terkecil adalah metode TSb 10 pohon, yaitu masing-masing sebesar 11.20 m 3 Ha dan 6.37 m 3 Ha, pada KU VII metode TSb 8 pohon memiliki nilai simpangan baku terkecil dengan nilai sebesar 10.73 m 3 Ha.

2. Jumlah pohon

Dalam pendugaan jumlah pohon per Ha ini diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku rata-rata jumlah pohon per Ha seperti pada Tabel 4 di bawah ini Tabel 4 . Hasil perhitungan pendugaan jumlah pohon rata-rata per hektar dan simpangan bakunya pada setiap metode Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka standar deviasi pada suatu KU. Dari hasil perhitungan pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada KU V untuk pendugaan jumlah pohon yang memiliki simpangan baku terkecil adalah metode Tsa 6 pohon dengan nilai sebesar 8.84 pohonha. Pada KU VI dan KU VII yang memiliki simpangan baku terkecil adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 5.78 pohonHa dan 13.56 pohonha. 3. Luas bidang dasar tegakan per ha Dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan per Ha, diperoleh dan simpangan baku rata-rata luas bidang dasar tegakan per Ha seperti pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. . Hasil perhitungan pendugaan luas bidang dasar pohon rata-rata per hektar dan simpangan bakunya pada setiap metode Metode KU V KU VI KU VII G m 2 Ha S G m 2 Ha G m 2 Ha S G m 2 Ha G m 2 Ha S G m 2 Ha Konvensional 24,04 3,44 12.48 1.26 15,92 1,90 TSa 6 25,15 1,68 34.62 2.51 26,52 2,67 TSa 8 23,23 2,22 26.49 2.16 30,95 3,52 TSa 10 21,04 2,17 25.29 1.66 20,46 2,48 TSb 6 26,57 2,08 30.40 1.11 42,02 3,42 TSb 8 35,04 2,76 27.94 1.06 37,46 1,88 TSb 10 29,23 1,55 22.81 0.82 29,01 1,12 Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka standar deviasi pada suatu KU. Metode KU V KU VI KU VII N phnHa S N phnHa N phnHa S N phnHa N phnHa S N phnHa Konvensional 248,75 30,96 150 11.54 152,50 13,77 TSa 6 250,00 8,84 438.00 36.91 234,21 18,70 TSa 8 212,36 14,69 322.82 21.07 281,42 33,67 TSa 10 193,40 11,61 149.91 10.50 234,76 30,04 TSb 6 239,42 12,74 187.21 8.32 357,28 23,99 TSb 8 318,42 18,39 173.26 8.87 229,29 17,98 TSb 10 276,31 14,04 211.18 5.78 217,38 13,56 Dari hasil perhitungan pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada KU V, VI dan KU VII pendugaan luas bidang dasar yang memiliki simpangan baku terkecil adalah metode TSb 10 pohon. Dengan nilai masing-masing sebesar 1.55 m 2 Ha, 0.82 m 2 Ha dan 1.12 m 2 Ha.

4. Luas rata-rata petak ukur untuk metode tree sampling

Luas petak ukur pada metode konvensional, sesuai dengan petunjuk kerja inventarisasi sumber daya hutan adalah sebesar 0,10 Ha dengan jari-jari 17.8 m dari Tabel 8 terlihat bahwa untuk metode tree sampling, luas petak ukurnya berbeda-beda. Pada dasarnya metode tree sampling merupakan metode yang bentuk satuan contohnya ditentukan bukan berdasarkan luasan tertentu, melainkan berdasarkan sejumlah pohon tertentu yang berada dalam satuan contoh tersebut. Untuk mendapatkan jari-jari tiap petak ukurnya. Diperoleh dari jarak pohon yang terjauh ditambah dengan setengah diameter pohon terjauh. Luas dan jari-jari rata-rata petak ukur pada setiap metode tree sampling yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 . Luas dan jari-jari rata-rata PU pada setiap metode tree sampling yang digunakan Metode Luas Ha Jari-jari M KU V KU VI KU VII KU V KU VI KU VII konvensional 0,1 0.1 0.1 17.84 17.84 17.84 Tsa 6 0,02 0.01 0.02 8,20 6.37 8.50 Tsa 8 0,03 0.02 0.02 10,53 8.64 9.20 Tsa 10 0,05 0.03 0.04 12,44 10.06 11.67 Tsb 6 0,02 0.02 0.01 8,60 8.00 6.54 Tsb8 0,02 0.03 0.02 8,81 9.85 8.05 Tsb10 0,03 0.04 0.03 10,60 11.97 10.43 Dari ketiga kelas umur diatas kelas V, VI dan VII menurut keadaan dilapangan pada awalnya padat yang merupakan hutan tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 3 X 2 m tetapi kemudian menjadi agak renggang, makin muda KU maka keadaaan semakin rapat dan makin tinggi KU semakin jarang kepadatannya tetapi itu tidak mutlak karena banyak faktor yang mempengaruhi antara lain terjadi pencurian kayu secara besar besaran oleh masyarakat sekitar hutan.

C. Sampling error dan Efisiensi Relatif

Menurut Sutarahardja 1999, kesalahan sampling sampling error merupakan kesalahan dalam pengambilan contoh yang besarnya dinyatakan dalam dan masih dianggap tepat dalam pendugaan bila tidak lebih dari 20 Spurr, 1952, sedangkan besarnya kesalahan sampling yang memenuhi syarat ketelitian yang ditetapkan Perhutani berkisar antara 10-15 Direktorat Jendral Kehutanan, 1974. Sampling error merupakan salah satu nilai yang diperhitungkan dalam perhitungan efisiensi selain waktu kerja. Efisiensi yang dimaksud adalah efisiensi relatif, yaitu membandingkan metode tree sampling terhadap metode petak ukur konvensional berupa lingkaran dengan luas 0.1 Ha. Hasil perhitungan nilai sampling error dan efisiensi relatif pada setiap metode dapat dilihat pada Tabel 7, 8 dan Tabel 9 di bawah ini. Tabel 7. Hasil perhitungan nilai sampling errror dan efisiensi relatif untuk setiap metode dalam pendugaan volume pohon Metode Sampling error Efisiensi relatif KU V KU VI KU VII KU V KU VI KU VII konvensional 50,72 26.84 59,88 100,00 100.00 100,00 Tsa 6 24,53 21.57 59,79 427,62 154.83 100,29 Tsa 8 36,36 23.44 81,38 194,55 131.10 54,14 Tsa 10 41,56 17.78 57,56 148,95 227.81 108,22 Tsb 6 17,49

8.15 20,74

840,72 1085.67 833,89 Tsb 8 18,37 8.88 14,14 762,04 912.99 1792,71 Tsb 10 15,40 8.27 24,39 1085,19 1053.74 602,57 Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka sampling error pada suatu KU dan angka terbesar dari deretan angka efisiensi relatif pada suatu KU. Dari hasil perhitungan sampling eror pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam pendugaan volume pohon pada pada KU V yang memiliki sampling error terkecil adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai masing-masing sebesar 15.40 , pada KU VI yang memilki sampling error terkecil adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai sebesar 8.15 , sedangkan pada KU VII metode Tsb 8 pohon memiliki sampling error terkecil dengan nilai sebesar 14.14 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa dalam pendugaan volume pohon pada KU V, metode Tsa dan Tsb lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional dan metode yang paling efisien dalam pendugaan volume pohon adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai sebesar 1085.19 . Pada KU VI metode yang paling efisien adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai sebesar 1085.67 , sedangkan pada KU VII metode TSb lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional dan metode TSa. Metode yang paling efisien adalah metode TSb 8 dengan nilai sebesar 1792.71 . Histogram hubungan antara sampling error dan efisiensi relatif dengan berbagai metode yang digunakan dalam pendugaan volume pohon pada masing masing KU dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 24 ,5 3 17, 49 18, 37 36 ,3 6 15 ,4 41 ,5 6 50 ,7 2 10 20 30 40 50 60 Tsa TSb Konvensional m acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 2. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KU V 21 ,5 7 8, 15 23, 44 8, 88 17, 78 8, 2 7 26 ,8 4 5 10 15 20 25 30 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 3. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KUVI 59 ,79 20 ,7 4 81 ,3 8 14, 1 4 57 ,56 24, 3 9 59 ,88 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Tsa TSb Konvensional m acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 4. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KU VII z 427, 62 840, 72 194, 55 7 62, 04 148, 95 10 85, 19 100, 200 400 600 800 1000 1200 Tsa TSb Konvensional Macam pe tak uk ur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 5. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KU V 1 54, 83 10 85, 67 131, 1 912 ,99 22 7, 81 10 53, 74 100, 00 200 400 600 800 1000 1200 Tsa TSb Konvensional m acam pe tak uk ur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 6. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KU VI 100, 29 833, 89 54, 14 1792, 71 108 ,22 6 02,5 7 100 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 Ts a TSb Konvens ional m acam pe tak uk ur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvens ional Gambar 7. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan volume tegakan pada KU VII Tabel 8 . Hasil perhitungan nilai sampling errror dan efisiensi relatif untuk setiap metode dalam pendugaan jumlah pohon Metode Sampling error Efisiensi relatif KU V KU VI KU VII KU V KU VI KU VII konvensional 37,31 16.76 41,00 100,00 100.00 100,00 Tsa 6 10,59 18.36 36,26 1241,76 83.33 127,82 Tsa 8 20,74 14.22 54,33 323,73 138.92 56,95 Tsa 10 17,98 7.44 58,11 430,63 507.88 49,78 Tsb 6 13,03

5.11 17,47

820,53 1075.52 551,08 Tsb 8 14,14 6.95 20,40 696,21 581.97 403,84 Tsb 10 12,45 5.36 16,23 898,43 976.54 638,16 Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka sampling error pada suatu KU dan angka terbesar dari deretan angka efisiensi relatif pada suatu KU . Dari hasil perhitungan sampling error pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa dalam pendugaan jumlah pohon pada pada KU V yang memiliki sampling error terkecil adalah metode TSa 6 pohon dengan nilai sebesar 10.59 . Pada KU VI yang memiliki sampling error terkecil adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai Sebesar 5,11 , sedangkan pada KU VII metode TSb 10 pohon memiliki sampling error terkecil dengan nilai sebesar 16.23 Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa dalam pendugaan jumlah pohon pada pada KU V, metode Tsa dan Tsb lebih efisien dibandingkan dengan metode konvensional. Metode yang paling efisien dalam pendugaan jumlah pohon adalah metode TSa 6 pohon dengan nilai sebesar 1241.76 , pada KU VI metode yang paling efisien adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai sebasar 1075,52.. Sedangkan pada KU VII TSb lebih efisien dibandingkan dengan metode Tsa dan metode konvensional. Metode yang paling efisien adalah metode TSb 6 pohon dengan nilai sebesar 638.16 . Histogram hubungan antara sampling error dan efisiensi relatif dengan berbagai metode yang digunakan dalam pendugaan volume pohon pada masing masing KU dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 10 ,59 13 ,03 20 ,7 4 14, 1 4 17, 98 12, 4 5 37 ,3 1 5 10 15 20 25 30 35 40 Tsa TSb Konvensional m acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 8. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pada KU V 18, 3 6 5, 11 14, 2 2 6, 9 5 7, 4 4 5, 3 6 16 ,7 6 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur S E 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 9. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pohon pada KU VI 36 ,2 6 17 ,47 54 ,3 3 20 ,4 58 ,11 16 ,2 3 41 ,0 10 20 30 40 50 60 70 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 10. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pohon pada KU VII 124 1, 76 820 ,5 3 32 3, 73 696 ,2 1 43 0, 6 3 8 98, 43 10 200 400 600 800 1000 1200 1400 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 11. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pohon pada KU V. 83, 33 1075, 52 138, 92 581, 97 507 ,88 976, 54 1 00, 200 400 600 800 1000 1200 Tsa TSb Konvensional macam petak ukur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 12. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pohon pada KU VI 127, 82 551 ,0 8 56, 9 5 4 03, 8 4 49, 7 8 638, 1 6 10 100 200 300 400 500 600 700 Tsa TSb Konvensional m acam pe tak uk ur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 13. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan jumlah pohon pohon pada KU VII Tabel 9. Hasil perhitungan nilai sampling eror dan efisiensi relatif untuk setiap metode dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan Metode Sampling error Efisiensi relatif KU V KU VI KU VII KU V KU VI KU VII konvensional 42,89 22.01 54,28 100,00 100.00 100,00 Tsa 6 20,03 15.79 45,71 458,66 194.26 140,97 Tsa 8 28,52 17.76 51,64 226,12 153.59 110,45 Tsa 10 30,91 14.30 55,04 192,46 237.05 97,22 Tsb 6 19,09 7.15 21,18 504,74 946.77 656,91 Tsb 8 19,26 7.44 13,06 495,79 876.51 1727,90 Tsb 10 12,99 7.04 10,04 1090,18 976.82 2920,86 Catatan: Angka yang di cetak tebal merupakan angka terkecil dari deretan angka sampling error pada suatu KU dan angka terbesar dari deretan angka efisiensi relatif pada suatu KU. Dari hasil perhitungan sampling eror pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU V, KU VI dan KU VII memiliki sampling error terkecil pada metode TSb 10 pohon dengan nilai masing -masing sebesar 12.99 , 7.04 , dan 10.04 Pada Tabel 9 dapat dilihat pula bahwa dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada pada KU V, KU VI dan KU VII yang paling efisien adalah metode pada luas bidang dasar tegakan adalah metode TSb 10 pohon dengan nilai efisien masing-masing sebesar 1090.18 , 976.82 dan 2920.86 . Histogram hubungan antara sampling error dan efisiensi relatif dengan berbagai metode yang digunakan dalam pendugaan pendugaan luas bidang dasar pada masing masing KU dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 20, 08 19, 09 28 ,5 2 19 ,2 6 30 ,9 1 12 ,9 9 42 ,8 9 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 14. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU V 15 ,7 9 7, 15 17 ,76 7, 4 4 14 ,30 7, 04 22, 1 5 10 15 20 25 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 15 . Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU V 45, 71 21, 18 51 ,6 4 13, 6 55, 04 10, 04 54, 28 10 20 30 40 50 60 Tsa TSb Konvensional M acam pe tak uk ur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 16. Histogram hubungan antara SE dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU VII 458 ,66 504 ,74 22 6, 12 49 5, 79 192 ,46 10 90 ,1 8 1 00, 200 400 600 800 1000 1200 Tsa TSb Konvensional m acam petak ukur SE 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 17. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU V 194, 26 946, 77 153, 59 876, 5 1 237, 05 976, 82 10 0, 00 200 400 600 800 1000 1200 Tsa TSb Konvensional macam petak ukur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 18. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU VI 140 ,9 7 6 56,91 11 0,45 1 727 ,9 97 ,2 2 29 20,86 10 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 macam petak ukur ER 6 pohon 8 pohon 10 pohon konvensional Gambar 19. Histogram hubungan antara efisiensi relatif dengan berbagai macam petak ukur dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan pada KU VII Dari hasil perhitungan pada Tabel 7, 8 dan Tabel 9 dapat dilihat bahwa metode Tsb 6,8,10 dengan pola satu petak ukur tiap hektar memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Tsa maupun metode konvensional. Secara umum terlihat bahwa nilai sampling error yang dihasilkan dari berbagai metode tersebut cenderung menurun dengan bertambahnya jumlah petak ukur yang digunakan. Secara keseluruhan, metode tree sampling dengan peenempatan satu plot per hektar TSb mempunyai nilai efisiensi relatif besar kecil dan emilki sampling errror yang terkecil. Dengan demikian, nilai sampling error yang terkecil menghasilkan efisiensi yang besar. Menurut Sutarahardja 1997, nilai efisiensi relatif 200 suatu metode tree sampling terhadap metode konvensional mengandung arti bahwa untuk mendapatkan ketelitian yang sama, maka jumlah petak ukur yang diperlukan pada metode konvensional 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan metode tree sampling. Jumlah petak ukur yang lebih banyak atau intensitas sampling yang lebih besar akan memerlukan waktu dan biaya yang lebih besar, secara umum TSb lebih efisien dari pada TSa, karena pada pada TSa jumlah petak ukurnya lebih sedikit 1 petak ukur mewakili luasan 4 hektar dan penempatannya dapat mengikuti pola metode konvensional, sedangkan pada TSb jumlah petak ukurnya lebih banyak 1 petak ukur tiap hektar tergantung dari luasan petak yang di inventarisasi.

D. Pengujian antar metode