Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Perlengkapan

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang efisiensi dan ketelitian sampling dilakukan di Hutan Tanaman mahoni Swietenia macrophylla King, pada kelas umur V dan keatas. Secara administrasi pemerintahan lokasi areal penelitian terletak di wilayah Kabupaten Daerah tingkat II Cianjur. Dan secara administrasi kehutanan terletak di Resort Pemangkuan Hutan RPH Kadupandak Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Tanggeung Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Sedangkan secara geografis terletak antara 106 o 4’ hingga 107 o 25’ Bujur Timur dan 6 o 21’ sampai 7 o 32’ Lintang Selatan. Penelitian dilaksanakan dalam bulan Juni 2004 sampai dengan bulan Juli 2004.

B. Alat dan Perlengkapan

Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan data meliputi, alat tulis dan tallly sheet, phi band, stop watch , meteran, kompas, haga hypsometer, tambang ukur serta tarif volume mahoni Swietenia macrophylla King untuk Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur. Sedangkan bahan penelitian adalah tegakan mahoni Swietenia macrophylla King kelas umur V dan keatas. C.Prosedur Pengambilan Data 1. Penentuan contoh Kegiatan penentuan contoh dilakukan dengan cara pengambilan contoh pada areal hutan tegakan mahoni Swietenia macrophylla King KU V dan keatas yang terpilih. Pada areal ini dilakukan pengukuran dua macam unit contoh, , yaitu unit contoh metode konvensional berbentuk lingkaran dan unit contoh metode tree sampling. Metode konvensional pengambilan contohnya dilakukan sesuai dengan SK Direksi Perum Perhutani No.143KptsDir1980, sedangkan metode unit contoh tree sampling pengambilan contohnya dilakukan dengan dua cara, yakni: tree sampling dengan penempatan satu petak ukur per hektar dan tree sampling dengan penempatan petak ukur mengikuti SK Direksi Perum Perhutani No.143KptsDir1980. Pengambilan contoh pada metode unit contoh konvensional dengan pola systematic sampling with random start, dimana letak petak ukur pertama KU V dan keatas tersebut ditentukan secara acak dan pada pemilihan petak ukur berikutnya ditentukan secara sistematik. Dengan intensitas sampling 2,5 dan luas petak ukur PU 0,1 ha dan jarak antar PU adalah sama yaitu 200 meter. Jumlah PU yang akan di ukur dapat ditentukan berdasarkan intensitas sampling yang telah ditetapkan sebelumnnya, yaitu : dimana : n = jumlah unit contoh yang di ukur IS = besarnya intensitas sampling N = Jumlah unit contoh populasi Selanjutnya perhitungan jumlah unit populasi menggunakan rumus : N= B A dimana: N = jumlah unit contoh populasi plot petak ukur A = luas areal hutan yang diamati ha B = luas petak ukur yang digunakan ha Cara unit contoh tree sampling dengan penempatan petak ukur sesuai dengan SK Direksi Perum Perhutani No. 143KptsDir1980, dimana jumlah dan letak petak ukurnya mengikuti metode unit contoh konvensional. Untuk metode unit contoh tree sampling dengan pola penempatan satu petak ukur per hektar, penentuan contohnya juga disusun dengan pola systematic sampling with random start dengan jarak 100 meter 2. Pengumpulan data Data yang diperlukan daam penelitian ini meliputi dua jenis data, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan melalui pengukuran n = IS X N terhadap komponen-komponen diameter pohon, jarak pohon terjauh untuk metode unit contoh tree sampling dan waktu. Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi, tabel volume lokal tegakan mahoni Swietenia macrophylla King, peta kerja, buku RPKH dan keadaan umum lokasi penelitian. Pengukuran diameter setinggi dada 1,30 meter di atas pangkal menggunakan phi band. Data diameter dalam metode unit contoh konvensional di peroleh dari hasil pengukuran terhadap semua pohon yang terdapat dalam PU 0,1 Ha, sedangkan metode unit contoh tree sampling pegukurannya hanya dilakukan terhadap 6 pohon terdekat dari titik pusat PU untuk metode tree sampling 6 pohon. Cara yang sama juga dilakukan terhadap metode unit contoh tree sampling dengan 8 dan 10 pohon. Pada pengukuran jarak hanya dilakukan pada metode unit contoh tree sampling. Jarak yang dimaksud dalam hal ini adalah pengukuran jarak pohon terjauh dari titik pusat ukur. Data waktu penyelesaian petak ukur didapat dengan mengukur waktu, mulai dari adanya penandaan titik pusat PU sampai dengan pengukuran terhadap pohon terakhir dalam PU apabila menggunakan metode unit contoh konvensional dan apabila menggunakan metode unit contoh tree sampling dilakukan sampai waktu pengukuran terhadap pohon terjauh dari titik pusat. Pengukuran waktu menggunakan stop watch. 3. Pengolahan dan analisis data Data hasil pengukuran di lapangan akan diolah untuk memperoleh nilai dugaan volume per hektar, dimana volume tiap batang pohon dicari dengan menggunakan tariff volume lokal juga akan diperoleh luas bidang dasar per hektar dan jumlah pohon per hektar. Rumus-rumus yang digunakan untuk mengukur dimensi tegakan mahoni Swietenia macrophylla King dalam setiap metode adalah sebagai berikut : a. Metode unit contoh konvensional petak ukur lingkaran 0,1 ha 1. Pendugaan Volume Volume tegakan per hektar tiap unit contoh diketahui dengan rumus : V j kon = kon k i kon L vi ∑ =1 dimana: V j kon = volume tegakan per ha berdasarkan petak ukur lingkaran yang ke- j V ikon = volume pohon ke-i dari petak ukur lingkaran ke-j L = luas petak ukur yaitu 0,1 ha I = 1, 2, 3, ………, k k = banyaknya pohon dalam petak ukur lingkaran ke-j Untuk menduga volume tegakan rata-rata arithmatic mean per ha mengunakan rumus : n V V n j j kon kon ∑ = − = 1 dimana : kon V _ = volume rata-rata tegakan per ha j = 1, 2, 3, ….., n n = banyaknya petak ukur yang di ukur 2. Pendugaan jumlah batang Jumlah batang tegakan per ha untuk setiap petak ukur menggunakan rumus N j kon = L n kon j dimana : N j kon = jumlah batang tegakan per ha pada petak ukur ke-j n j kon = jumlah batang dalam petak ukur ke-j Rumus rata-rata jumlah batang per ha untuk seluruh tegakan : n N N n j j kon kon ∑ = = 1 _ dimana : kon N = jumlah batang rata-rata tegakan per ha 3. Luas bidang dasar Luas bidang dasar tegakan dalam petak ukur ke-j g j besarnya dapat dihitung melalui rumus : g j kon = ¼ π d 1 2 + d 2 2 + d 3 2 + …..+ d i 2 dimana : d i = Diameter pohon ke-i pada petak ukur ke-j maka luas bidang dasar per ha pada setiap unit contoh adalah : G j kon = L g kon j dimana : G j kon = luas bidang dasar per ha pada petak ukur ke-j Rata-rata luas bidang dasar tegakan per hektar diperoleh dengan rumus : kon G = n g n j j kon ∑ = 1 dimana : kon G = rata-rata luas bidang dasar per hektar untuk seluruh tegakan b. Metode tree sampling 1. Pendugaan volume Volume tegakan per hektar pada setiap petak ukur dapat menggunakan rumus : t j V = t j k i k i L V V ∑ = = + 1 1 1 2 1 _ dimana : V j t = volume tegakan per hektar petak ukur ke – j V i = Volume pohon ke – i L j t = Luas petak ukur ke – j dalam ha r = radius petak ukur ke-j m k = jumlah pohon contoh 6,8 dan 10 pohon Rata-rata volume tegakan per hektar diduga dengan rumus : t V = ∑ ∑ = = n j t j n j j t j L xL V t 1 1 dimana : t V = rata-rata volume seluruh tegakan per hektar n = jumlah unit contoh j = 1,2,3,…,n 2. Pendugaan jumlah batang Jumlah batang tegakan per hektar diduga dengan menggunakan rumus : N j t = j t j L n dimana : N j t = jumlah batang tegakan per hektar pada petak ukur ke – j n j t = jumlah batang pada petak ukur ke – j n j t = k -12 L j = luas petak ukur ke- j ha Rata-rata jumlah batang tegakan per hektar pada setiap petak diperoleh melalui rumus rata-rata harmonic Loetsch, 1973 : ha N = 2 1 1 1 ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∑ = n i r n c dimana : N = jumlah batang rata-rata per hektar c = koefisien determinan n = jumlah contoh r 1 = radius petak ukur m Rumus untuk koefisien determinan Loetsch, 1973 : c = [ ] [ ] 10000 2 2 2 1 2 4 1 x j J j − − − π dimana : j = jumlah pohon contoh 6, 8 dan 10 3. Pendugaan luas bidang dasar Luas bidang dasar tegakan pada areal petak ukur ke-j g j dihitung menggunakan rumus : g j t = ¼ π d 1 2 + d 2 2 + d 3 2 + …+ ½ d i 2 dimana : g j t = luas bidang dasar pohon dari petak ukur ke – j di = diameter pohon ke – i dari pohon yang diamati i = jumlah pohon 6, 8 dan 10 Sehingga luas bidang dasar tegakan per hektar pada petak ukur adalah : G j t = + + + + 2 ..... 2500 2 2 3 2 2 2 1 2 ij j j d j j d d d r dimana : G j t = luas bidang dasar per hektar petak ukur ke-j r j 2 = luas petak ukur ke-j g j t = luas bidang dasar pohon dari petak coba ke – j Rata-rata luas bidang dasar per ha diperoleh melalui rumus : t G = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + + + + ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ∑ = 2 ..... 1 2500 2 2 3 2 2 2 1 1 ij j j j n j j d d d d r n dimana : t G = rata-rata luas bidang dasar per ha c. Ragam dugaan rata-rata populasi dihitung menggunakan rumus : 2 Y S = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − N n N n S y 2 ; untuk fpc 95 2 Y S = n S y 2 ; untuk fpc ≥ 95 dimana : 2 Y S = ragam rata-rata contoh 2 y S = ragam populasi N = jumlah unit seluruh populasi Fpc = finite population correction Besarnya nilai 2 y S dapat diperoleh melalui : 2 y S = 1 2 2 − − ∑ ∑ n n y y j j dimana : y j = volume per unit contoh d. Menghitung efisiensi relatif Rumus untuk menghitung besarnya simpangan baku populasi adalah : Y S = 2 Y S Sedangkan sampling error ditentukan dengan menggunakan rumus : SE = 100 . x Y S t Y dimana : SE = sampling error t = nilai tabel distribusi t-student Y S = simpangan baku dari nilai dugaan dan rata-rata populasi Y = rata-rata contoh Rumus untuk menentukan efisiensi berbagai macam petak coba adalah : Ef b-a = 100 2 2 x SE SE b a dimana : Ef b-a = efisiensi metode b terhadap metode a SE a = kesalahan sampling metode a SE b = kesalahan sampling metode b • Bila ER b-a 100 , maka metode b lebih teliti efisien dibandingkan metode a. • Bila ER b-a 100 maka metode a lebih teliti efisien dibandingkan metode b. • Bila ER b-a = 100 maka kedua metode tersebut sama ketelitiannnya. Pada penelitian ini, efisiensi yang dimaksud adalah membandingkan metode-metode unit contoh tree sampling, yang diuji terhadap metode unit contoh konvensional yaitu petak ukur berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 ha. e. Pengujian antar metode Untuk melihat kemungkinan adanya perebedaan hasil antar metode, dilakuakn pengujian dengan rancanagan acak lengkap RAL. Selanjutnya perbedaan antar metode di uji terhadap metode konvensional sebagai metode kontrol dengan uji Dunnet Gasperz, 1991. Dalam pengujian RAL dengan hipotesa adalah sebagai berikut : H : µi - µi’ = 0 H 1 : sekurang-kurangnya ada sepasang : µi - µi’ ≠ 0 Dimana : µi adalah nilai rata-rata dari metode ke-i Pengujian hipotesis dilakuan dengan uji F pada analisis ragam analysis of variance dengan rancangan analisis sebagaimana tertuang dalam Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Rancangan analisis ragam Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hit Perlakuan t- 1 JKp KTP = JK P t -1 KT P KT S Sisa r – 1 t – 1 JK T - JK P KTS = JK S dbs Total r- 1 JK T Dimana : t = banyaknya perlakuan r = banyaknya ulangan KT p = Kuadrat Tengah Perlakuan KT S = Kuadrat Tengah Sisa Kriterium uji dalam analisi tersebut diatas adalah : Fhit = KT P KT S Dan kaidah keputusannya adalah : Jika F hit F tabel, maka Tolak H , sedangkan jika F hit ≤ F tabel, maka Terima H 0. IV.KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Cianjur secara geografis terletak antara 106 4’ sampai dengan 107 25’ Bujur Timur dan 6 21’ sampai dengan 7 32’ Lintang Selatan. Kawasan hutan yang ada meliputi kelompok hutan di pegunungan dan di dataran rendah yang membujur dari Utara ke Selatan. Dalam pengelolaanya KPH Cianjur di bagi menjadi dua Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan SKPH yaitu SKPH Cianjur Utara dan SKPH Cianjur Selatan. RPH Kadupandak yang luasnya 2.327,00 ha terletak di BKPH Tanggeung wilayah RPH Kadupandak dibatasi oleh: Bagian Utara : RPH Bahularang BKPH Sukanegara Selatan Bagian Selatan : RPH Walahir dan RPH Ciogong Bagian Barat : BKPH Sukabumi Bagian Timur : KPH Bengbreng Sedangkan wilayah BKPH Tanggeung yang secara keseluruhan luasannya 9.180.66 ha dibatasi oleh Bagian Utara : BKPH Sukanegara Selatan Bagian Selatan : Samudera Indonesia Bagian Barat : BKPH Sukabumi Bagian Timur : BKPH Cibarengkok BKPH tanggeung terdiri atas 4 RPH, yaitu RPH Salatri, RPH Ciogong, RPH Walahir, dan RPH Kadupandak. Adapun luas masing-masing RPH sebagai berikut: RPH Salatri : 1.108,00 ha RPH Ciogong : 3.077,61 ha RPH Walahir : 1.160,00 ha RPH Kadupandak : 2.327.00 ha Data luas tiap jenis tanaman dan bentuk peruntukannya di RPH Kadupandak : ƒ Jati : 56.94 ha ƒ Mahoni : 1.208,82 ha ƒ Pinus : 92.70 ha ƒ Rasamala : 172.17 ha ƒ Rimba Campuran : 408.84 ha ƒ Tanah Buruk pertumbuhan: 56.21 ha ƒ LDTI : 16.56 ha ƒ Tanah Kosong : 319.76 ha

B. Topografi