IV BAHAN DAN METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan
Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2005. Pengambilan data sekunder dilakukan pada instansi-instansi yang terkait, yaitu : Departemen
Kehutanan Badan Planologi Kehutanan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Balai Sertifikasi Penguji Hasil Hutan BSPHH Wilayah IV Jambi,
Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan KabupatenKota di Provinsi Jambi, UPTD Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan BIPHUT Provinsi Jambi,
Badan Pusat Statistik BPS Pusat, dan BPS Provinsi Jambi.
4.2 Bahan dan Alat 4.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah peta, yang terdiri dari : Peta Administrasi Provinsi Jambi, Peta HPH Provinsi Jambi, Peta HPHTI Provinsi
Jambi, Peta IPHHK Provinsi Jambi, Peta Kawasan Hutan Provinsi Jambi, Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi, dan Peta Sungai Provinsi Jambi, masing-masing
peta dibuat dengan skala 1 : 250 .
000 dan tahun 2003.
4.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan, antara lain : satu set komputer dengan perangkat lunak ArcView GIS, Microsoft Access, Microsoft Word, dan Microsoft Excel.
4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Pengumpulan Data
A Identifikasi Data
1 Hasil hutan, meliputi : jenis hasil hutan kayu bulat, kelompok jenis kayu bulat, asal dan tujuan peredaran, volume peredaran kayu bulat, alat angkut
yang digunakan, dan jalur transportasi yang digunakan. 2 Data administrasi, meliputi : luas kabupatenkota, luas provinsi, batas
kabupatenkota, dan batas provinsi.
3 Peta, meliputi : a. Peta Administrasi Provinsi Jambi, skala 1 : 250
. 000 dan tahun 2003
b. Peta HPH Provinsi Jambi, skala 1 : 250 .
000 dan tahun 2003 c. Peta HPHTI Provinsi Jambi, skala 1 : 250
. 000 dan tahun 2003
d. Peta IPHHK Provinsi Jambi, skala 1 : 250 .
000 dan tahun 2003 e. Peta Kawasan Hutan Provinsi Jambi, skala 1 : 250
. 000 dan tahun 2003
f. Peta Jaringan Jalan Provinsi Jambi, skala 1 : 250 .
000 dan tahun 2003 g. Peta Sungai Provinsi Jambi, skala 1 : 250
. 000 dan tahun 2003
4 Data Penduduk, meliputi : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan jumlah tenaga kerja tiap industri. Data jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk bersumber pada data potensi desa Provinsi Jambi tahun 2003, sedangkan jumlah tenaga kerja tiap industri bersumber pada Dinas
Kehutanan Provinsi Jambi tahun 2004.
B Sumber Data
Data sekunder berasal dari : Departemen Kehutanan Badan Planologi Kehutanan dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Balai Sertifikasi
Penguji Hasil Hutan BSPHH Wilayah IV Jambi, Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Dinas Kehutanan KabupatenKota di Provinsi Jambi, UPTD Balai
Inventarisasi dan Pemetaan Hutan BIPHUT Provinsi Jambi, Badan Pusat Statistik BPS Pusat, dan BPS Provinsi Jambi.
4.3.2 Pengolahan Data A Peredaran
Hasil Hutan
1 Basis data Basis data yang tersedia dibuat oleh Balai Sertifikasi Penguji Hasil
Hutan BSPHH Wilayah IV Jambi dengan program Microsoft Access, yang terdiri dari sejumlah data peredaran hasil hutan sesuai dengan
masing-masing nomor seri Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan SKSHH yang diterbitkan, dengan tujuan untuk mempermudah dalam
penggabungan hasil input data oleh beberapa pengentry data peredaran hasil hutan, sehingga basis data yang ada sebanyak nomor seri yang telah
diterbitkan.
Basis data ini terdiri dari entity dan atribut sebagai berikut : a. Entity Pengirim, Tujuan, dan Penerbit SKSHH
Atribut-atributnya terdiri : tanggal, nomor seri primekey, masa berlaku, asal perusahaan, alamat kantor, via pengangkutan, alat angkut,
alamat muat, asal produksi, penerbit SKSHH, nomor register, tujuan perusahaan, alamat pembeli, alamat bongkar, keterangan, dan
pengentry. b. Entity Hasil Hutan
Atribut-atributnya terdiri : nomor seri foreignkey, jenis hasil hutan, jenis Kayu Meranti, jenis Kayu Campuran, jenis Kayu Indah,
jenis Kayu Mewah, jumlah, satuan jumlah, volume Kayu Meranti, volume Kayu Indah, dan volume Kayu Campuran.
2 Pemanfaatan Basis data Basis data hasil hutan tersebut dimanfaatkan untuk pengambilan data
peredaran kayu bulat, yang terdiri dari : jenis kayu bulat, volume kayu bulat, asal peredaran kayu bulat, tujuan peredaran kayu bulat, dan alat
angkut yang digunakan. Pada tahap ini dilakukan query untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan langkah sebagai berikut :
a. Penyiapan basis data peredaran hasil hutan b. Query
Query dilakukan untuk identifikasi data-data sebagai berikut : b.1. Identifikasi asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu
olahan. Identifikasi asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu
olahan dilakukan untuk mengetahui asal dan tujuan peredaran kayu bulat dan kayu olahan, yaitu : kabupatenkota asal dan
tujuan peredaran kayu bulat. b.2. Identifikasi volume kayu bulat yang beredar dan kayu olahan.
Identifikasi volume kayu bulat dan kayu olahan dilakukan untuk mengidentifikasi jumlah volume kayu bulat dan kayu
olahan yang beredar, dengan proses menghitung jumlah volume per kelompok jenis kayu, yaitu : Kayu Meranti, Kayu Campuran,
dan Kayu Indah.
b.3. Identifikasi kelompok
jenis kayu bulat dan kayu olahan. Identifikasi kelompok jenis kayu bulat dan kayu olahan
dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok jenis yang beredar, yaitu : Kelompok Jenis Kayu Meranti, Kelompok Jenis Kayu
Campuran, dan Kelompok Jenis Kayu Indah. b.4. Identifikasi
alat angkut yang digunakan. Identifikasi alat angkut yang digunakan dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis alat angkut yang digunakan, yaitu : alat angkut darat truk dan sungai rakit dan ponton, dengan
menghitung volume per alat angkut dan per kabupatenkota. 3
Peta Perusahaan
Lokasi Hak Pengusahaan Hutan HPH dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri HPHTI sebagai asal peredaran kayu bulat dan Industri
Primer Hasil Hutan Kayu IPHHK sebagai tujuan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi disajikan dalam peta perusahaan. Peta HPH dan HPHTI
dibuat oleh Badan Planologi Kehutanan 2003 dan Peta IPHHK oleh Balai Inventarisasi dan Pemetaan Hutan Provinsi Jambi 2003.
B Pembuatan Peta
1 Peta Hutan Produksi Pembuatan Peta Hutan Produksi dengan langkah-langkah :
a. Penyiapan Peta Kawasan Hutan. b. Melakukan query dengan SIG terhadap kawasan hutan produksi.
c. Menampilkan kawasan hutan produksi sebagai peta sendiri. d. Peta Hutan Produksi telah terbentuk.
2 Peta Jaringan Jalan Utama Pembuatan Peta Jaringan Jalan Utama dengan langkah-langkah :
a. Penyiapan Peta Jaringan Jalan. b. Melakukan query dengan SIG terhadap jaringan jalan utama.
c. Menampilkan jaringan jalan utama sebagai peta sendiri. d. Peta Jaringan Jalan Utama telah terbentuk.
3 Peta
Sungai Batanghari
Pembuatan Peta Sungai Batanghari dengan langkah-langkah : a. Penyiapan Peta Sungai.
b. Melakukan
query dengan SIG terhadap Sungai Batanghari. c. Menampilkan Sungai Batanghari sebagai peta sendiri.
d. Peta Sungai Batanghari telah terbentuk. 4 Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat
Pembuatan peta tersebut dengan langkah-kangkah sebagai beikut : a.
Penyiapan Peta
Administrasi. b. Input data volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dalam atribut
Peta Administrasi. c. Penentuan kelas kriteria volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat
dengan pengklasifikasian 5 lima kelas volume dengan pendekatan SIG classify of natural breaks type, yaitu :
- Kelas volume asal peredaran, terdiri dari : 0-11 .
194 m
3
, 11 .
195- 81
. 105 m
3
, 81 .
106-179 .
801 m
3
, 179 .
802-599 .
795 m
3
, dan 599 .
796- 1
. 224
. 996 m
3
. - Kelas volume tujuan peredaran, terdiri dari : 0-5
. 726 m
3
, 5 .
727- 16
. 600 m
3
, 16 .
601-50 .
416 m
3
, 50
.
417-181 .
860 m
3
, dan 181 .
861- 2
. 006
. 494 m
3
. d. Peta Volume Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat telah terbentuk
berdasarkan masing-masing kriteria yang telah ditentukan.
4.3.3 Analisis Data A Analisis Peredaran Kayu Bulat
Analisis peredaran kayu bulat dilakukan dengan melakukan query Basis data Hasil Hutan Provinsi Jambi. Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut : 1 Analisis Kabupatenkota Asal dan Tujuan Peredaran Hasil Hutan.
Analisis kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis asal dan tujuan peredaran hasil hutan dari
dan ke kabupatenkota.
Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dan pola asal dan
tujuannya. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten dan
distribusi pada kawasan hutan hutan produksi. Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat dengan mengkaji data lokasi industri kayu
IPHHK di tiap kabupatenkota, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan.
2 Analisis Volume Peredaran Hasil Hutan. Analisis volume peredaran hasil hutan dilakukan untuk menganalisis
besarnya volume asal dan tujuan peredaran kayu bulat dari dan ke kabupatenkota.
Analisis ini menjelaskan tentang kesesuaian kondisi lokasi kabupatenkota asal dan tujuan peredaran hasil hutan dengan besarnya
volume peredaran masing-masing kabupatenkota asal dan tujuan. Kesesuaian kondisi lokasi asal dengan mengkaji data distribusi lokasi
HPH dan HPHTI di masing-masing kabupaten, distribusi kawasan hutan hutan produksi. Kesesuaian kondisi lokasi tujuan peredaran kayu bulat
dengan mengkaji data lokasi industri kayu IPHHK yang aktif di tiap kabupatenkota, kebutuhan bahan baku kayu bulat tiap kabupatenkota
berdasarkan jumlah industri dan kapasitasnya, jumlah penduduk, dan jalur transportasi yang digunakan.
3 Analisis Kelompok Jenis Hasil Hutan. Analisis kelompok jenis hasil hutan dilakukan untuk menganalisis
kelompok jenis yang beredar, terdiri dari : Kelompok Jenis Kayu Meranti, Kelompok Jenis Kayu Campuran, dan Kelompok Jenis Kayu Indah.
Pada analisis ini dijelaskan tentang dasar pengelompokan jenis kayu bulat oleh Departemen Kehutanan dan volume peredaran masing-masing
kelompok jenis tiap kabupatenkota. Volume peredaran dibandingkan dengan jatah tebang yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan.
4 Analisis Jalur Transportasi yang Digunakan. Analisis jalur transportasi yang digunakan dilakukan untuk
menganalisis jenis-jenis alat angkut yang digunakan, terdiri dari : analisis
alat angkut darat dan sungai yang digunakan, serta jumlah volume per alat angkutkabupaten.
B Analisis Spasial
Analisis spasial dilakukan untuk menganalisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi dengan pendekatan Sistem
Informasi Geografis SIG, dengan metode overlay tumpang tindih. Tumpang tindih beberapa peta dilakukan untuk mendapatkan beberapa peta yang diinginkan
untuk analisis data spasial yang terkait dengan peredaran kayu bulat. Proses yang dilakukan pada metode ini, antara lain :
1 Penentuan Lokasi Kabupatenkota Asal Peredaran Hasil Hutan. Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta HPH
dan Peta HPHTI dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi HPH dan HPHTI Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing HPH dan
HPHTI pada masing-masing kabupaten sebagai lokasi asal peredaran kayu bulat. Keberadaan HPH dan HPHTI pada masing-masing kabupaten
mempunyai pengaruh terhadap volume asal peredaran kayu bulat. 2 Penentuan Lokasi Kabupatenkota Tujuan Peredaran Hasil Hutan.
Penentuan lokasi ini dengan melakukan tumpang tindih Peta IPHHK dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta Lokasi IPHHK
Provinsi Jambi. Lokasi masing-masing IPHHK pada masing-masing kabupatenkota sebagai lokasi tujuan peredaran kayu bulat. Keberadaan
IPHHK pada masing-masing kabupatenkota mempunyai pengaruh terhadap volume tujuan peredaran hasil hutan.
3 Penentuan Jalur Peredaran Hasil Hutan. Penentuan jalur peredaran hasil hutan dengan melakukan tumpang
tindih Peta Jaringan Jalan dan Sungai dengan Peta Administarsi untuk mendapatkan Peta Jalur Darat dan Sungai Provinsi Jambi. Pemetaan jalur
peredaran yang digunakan dengan menggunakan Peta Jalur Darat dan Sungai, sehingga dapat digambarkan melalui jalur mana saja peredaran
terjadi dan berapa besar volume pada masing-masing jalur peredaran yang digunakan tiap kabupatenkota.
4 Penentuan Distribusi Kawasan Hutan. Penentuan distribusi kawasan hutan, khususnya hutan produksi pada
masing-masing kabupaten dengan melakukan tumpang tindih Peta Kawasan Hutan dengan Peta Administrasi untuk mendapatkan Peta
Distribusi Kawasan Hutan Provinsi Jambi. Hasil tumpang tindih khususnya keberadaan hutan produksi pada
tiap kabupaten memberikan indikasi sebagai faktor yang mempengaruhi besarnya asal peredaran kayu bulat.
5 Penentuan Peta Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi Penentuan peta ini dengan melakukan tumpang tindih Peta
Administrasi, Peta HPH, Peta HPHTI, Peta IPHHK, Peta Hutan Produksi, Peta Jaringan Jalan Utama, dan Peta Sungai untuk mendapatkan Peta
Peredaran Kayu Bulat Provinsi Jambi.
C Analisis Kebutuhan Bahan Baku Kayu Bulat Industri
1 Analisis kebutuhan berdasarkan kapasitas izin industri tiap kabupaten. Analisis ini dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap
kebutuhan bahan baku kayu bulat dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : - Total kapasitas adalah total kapasitas industri tiap kabupaten. - Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan,
besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan SK Dirjen BPK Nomor S.948VI-BPPHH2004.
Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri.
2 Analisis kebutuhan riil berdasarkan jumlah volume peredaran kayu olahan. Analisis ini dilakukan dengan menghitung kebutuhan kayu bulat
dengan rumus sebagai berikut : Kebutuhan Kayu Bulat = Total Kapasitas Izin x 1Rendemen
Kebutuhan Riil Kayu Bulat = Total Peredaran Kayu Olahan x 1Rendemen
Dimana : - Total peredaran kayu olahan adalah produksi kayu olahan hasil pengolahan basis data hasil hutan.
- Rendemen adalah persentase hasil bersih produk pengolahan, besarnya berdasarkan masing-masing jenis kayu olahan
SK Dirjen BPK Nomor S.948VI-BPPHH2004.
Hasil perhitungan ini untuk mengetahui kemampuan riil Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri.
D Analisis Deskriptif Kuantitatif
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan peredaran kayu bulat yang terjadi, terkait dengan asal, tujuan, volume, kelompok jenis kayu bulat, alat angkut yang
digunakan, dan kaitan dengan data spasial yang ada. Jenis data yang digunakan, sumber data, teknik analisis, dan output yang
ingin dicapai berdasarkan setiap tujuan penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
4.3.4 Rekomendasi Peredaran Kayu Bulat
Rekomendasi peredaran hasil hutan didasarkan atas analisis-analisis yang telah dilakukan, seperti : hasil analisis peredaran kayu bulat, analisis spasial,
analisis kebutuhan bahan baku, dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam memberikan rekomendasi yang terkait dengan :
1 Asal, tujuan, volume, jenis kayu bulat dan kayu olahan, alat angkut yang digunakan dalam peredaran kayu bulat.
2 Kesesuaian peredaran kayu bulat dengan jumlah industri yang ada. 3 Kebutuhan kayu bulat yang harus dipenuhi.
4 Kemampuan supply bahan baku kayu bulat untuk industri.
Tabel 1 Jenis data, sumber data, teknis analisis data, dan output berdasarkan tujuan penelitian
No Tujuan Jenis
Data Sumber Data
Teknik Analisis
Output 1 Mengidentifikasi
asal, tujuan volume, jenis kayu
bulat dan alat angkut yang
digunakan dalam peredaran kayu
bulat tiap kab kota di Provinsi Jambi.
- Asal peredaran - Tujuan peredaran
- Volume peredaran
- Jenis kayu bulat - Alat angkut yang
digunakan Ditjen BPK
Baplan Kehutanan
BSPHH Wil IV Jambi
Dinhut Provinsi Jambi
Query Basis data
Deskriptif Kuantitatif
Data kayu bulat yang beredar,
yaitu asal, tujuan, volume,
jenis dan alat angkut yang
digunakan.
2
3
4 Memetakan
peredaran kayu bulat tiap
kabupatenkota di Provinsi Jambi.
Mengkaji kebutuhan bahan
baku kayu bulat untuk mengetahui
kemampuan Provinsi Jambi
dalam supply bahan baku kayu
bulat untuk industri di Provinsi
Jambi Rekomendasi
Peredaran Kayu Bulat.
- Data Penduduk - Asal peredaran
- Tujuan peredaran
- Jenis kayu bulat - Volume kayu
bulat - Alat angkut
- Peta Adm - Peta HPH
- Peta HPHTI - Peta IPHHK
- Peta Jalan - Peta Sungai
- Peta Kawasan Hutan
- Volume asal dan tujuan peredaran
- Data jumlah industri dan
kapasitas per kabkota.
- Data rendemen kayu olahan
Hasil analisis yang telah dilakukan :
analisis peredaran, analisis spasial,
analisis kebutuhan kayu bulat dan
analisis deskriptif kuantitatif.
Ditjen BPK Baplan
Kehutanan BSPHH Wil IV
Jambi Dinhut Provinsi
Jambi UPTD Biphut
Provinsi Jambi BPS Provinsi
Jambi
Ditjen BPK BSPHH Wil IV
Jambi Dinhut Provinsi
Jambi
Ditjen BPK Baplan
Kehutanan BSPHH Wil IV
Jambi Dinhut Provinsi
Jambi UPTD Biphut
Provinsi Jambi BPS Provinsi
Jambi Tumpang
tindih Peta Query
Basis data Deskriptif
Kuantitatif
Deskriptif Kuantitatif
Analisis Kebutuhan
Bahan Baku
Deskriptif Kuantitatif
Peta-peta hasil tumpang tindih
untuk menggambarkan
lokasi administrasi,
lokasi perusahaan,
kepadatan penduduk, jalur
transportasi, arah peredaran
kayu bulat, serta kondisi kawasan
hutan Provinsi Jambi.
Jumlah kebutuhan kayu
bulat yang harus dipenuhi oleh
industri tiap kabupatenkota
dan kemampuan Provinsi Jambi
dalam supply bahan baku kayu
bulat industri. Rekomendasi
yang terkait dengan
kebijakan peredaran kayu
bulat.
27
Gambar 4 Diagram alir metode penelitian.
Peta Administrasi
Peta Perusahaan
Peta Sungai
REKOMENDASI PEREDARAN KAYU BULAT
Data Peredaran Kayu Bulat
ANALISISPEREDARAN KAYU BULAT
1. Asal, Tujuan, dan Volume 2. Kelompok Jenis Hasil Hutan
3. Jalur Transportasi ANALISIS SPASIAL
1. Penentuan Lokasi Asal Peredaran 2. Penentuan Lokasi Tujuan Peredaran
3. Penentuan Jalur Peredaran 4. Penentuan Distribusi Kawasan Hutan
5. Penentuan Peta Peredaran Kayu Bulat
ANALISIS DATA
Peredaran Hasil Hutan
OVERLAY
1 Peta HPH 2 Peta HPHTI
3 Peta IPHHK
PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA
Database Hasil Hutan
Pemanfaatan Database
ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN BAKU KAYU BULAT
DAN ANALISIS DESKRIPTIF
KUANTITATIF Peta
Kawasan Hutan Peta
Jaringan Jalan
Peta Sungai Batanghari
Peta Jalan Utama
Peta Hutan Produksi
Jalur Transportasi Kondisi Hutan
Input Data Peredaran
Kayu Bulat Peta
Asal dan Tujuan Peredaran Kayu Bulat
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak Geografis
Provinsi Jambi secara geografis terletak antara 0 45
’
sampai 2 45
’
Lintang Selatan dan antara 101
10
’
sampai 104 55
’
Bujur Timur. Batas-batas Provinsi Jambi adalah sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur
berbatasan dengan Selat Berhala, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.
Luas wilayah Provinsi Jambi sebesar 53 .
435 km
2
dengan perincian luas per kabupatenkota disajikan pada Tabel 2. Peta Administrasi Provinsi Jambi
disajikan pada Gambar 5.
Tabel 2 Luas wilayah dirinci per kabupatenkota di Provinsi Jambi
No KabupatenKota Luas
Km
2
Persentase 1 Kerinci
4 .
200 8.3 2 Merangin
7 .
679 15.2 3 Sarolangun
6 .
184 12.2 4 Batanghari
5 .
804 11.5 5 Muaro
Jambi 5
. 326 10.5
6 Tanjung Jabung Timur
5 .
445 10.7 7
Tanjung Jabung Barat 4
. 650 9.2
8 Tebo 6
. 461 12.8
9 Bungo 4
. 659 9.2
10 Kota Jambi
205 0.4
Jumlah 53
. 435 100.0
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2003.
Jarak dari Kota Jambi sebagai ibukota Provinsi ke ibukota kabupaten, adalah Kota Jambi ke Sungai Penuh Kabupaten Kerinci berjarak 419.21 km, ke Bangko
Kabupaten Merangin berjarak 255.03 km, ke Sarolangun Kabupaten Sarolangun berjarak 179.29 km, ke Muara Bulian Kabupaten Batanghari
berjarak 58.93 km, ke Sengeti Kabupaten Muaro Jambi berjarak 27.00 km, ke Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur berjarak 129.44 km, ke Kuala
Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjarak 130.78 km, ke Muara Tebo Kabupaten Tebo berjarak 205.80 km, dan ke Muara Bungo Kabupaten Bungo
berjarak 251.60 km.
29
Gambar 5 Peta Administrasi Provinsi Jambi.
5.2 Pemerintahan