Sebaran Lokasi HPH dan HPHTI

6.2.2 Sebaran Lokasi HPH dan HPHTI

Hak Pengusahaan Hutan HPH dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri HPHTI sebagai penghasil kayu bulat dari hutan alam dan hutan tanaman di suatu kabupatenkota dapat mempengaruhi besarnya volume asal peredaran kayu bulat di Provinsi Jambi. Sebaran luas lokasi masing-masing HPH dan HPHTI per kabupatenkota di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran lokasi HPH dan HPHTI di Provinsi Jambi dirinci per kabupatenkota HPH HTI Total Persen No Kabupaten Kota Nama Luas ha Nama Luas ha Ha 1 Kerinci 1. PT Nusalease TC. 672 - - 2. PT Serestra II 24 424 Jumlah 25 096 25 096 3.1 2 Merangin 1. PT Bina Lestari 55 700 1. PT Inhutani V 2 244 2. PT Injapsi Lestari 57 944 2. PT Nusalease TC. 64 734 3. PT RKI 8 396 4. PT Serestra II 81 547 Jumlah 268 944 Jumlah 2 244 270 565 33.6 3 Sarolangun 1. PT Asialog 28 877 1. PT Limbah KU. 1 744 2. PT Bina Lestari 1 653 2. PT Samihutani 27 114 3. PT Wana KN. 8 908 Jumlah 30 530 Jumlah 37 766 68 296 8.5 4 Batanghari 1. PT Asialog 36 638 1. PT Limbah KU. 5 151 2. PT Wana Perintis 6 661 3. PT WKS 25 408 Jumlah 36638 Jumlah 37 220 73 858 9.2 5 Muaro Jambi 1. PT Putra Duta IW. 54 295 - - 2. PT RKI 28 586 Jumlah 82 881 82 881 10.3 6 Tanjabtim - - 1. PT Dyera HL. 7 333 2. PT WKS 11 730 Jumlah 19 063 19 063 2.4 7 Tanjabbar 1. PT Dalek HE. 87 1. PT WKS 51 136 2. PT Wana Teladan 8 389 Jumlah 87 Jumlah 59 525 59 612 7.4 8 Tebo 1. PT Dalek HE. 50 018 1. PT Gamasia H. 28 611 2. PT Wana Perintis 12 123 Jumlah 50 018 Jumlah 40 734 90 752 11.2 9 Bungo 1. PT RKI 53 440 1. PT Arangan HL. 9 401 2. PT Gamasia H. 146 3. PT Inhutani V 43 565 4. PT Wana MW. 9 308 Jumlah 53 440 Jumlah 62 420 115 860 14.3 Total 547 011 258 972 805 983 100.0 Sumber : Badan Planologi Kehutanan 2003. HPH atau Hak Pengusahaan Hutan sekarang ini berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126Kpts-II2003 tentang Penatausahaan Hasil Hutan disebut dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK pada hutan alam, sedangkan HPHTI atau Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri disebut Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK pada hutan tanaman. Kedua izin tersebut merupakan izin memanfaatkan hutan produksi pada hutan alam dan hutan tanaman untuk pemanenan kayu bulat. Provinsi Jambi terdapat HPH sebanyak 8 buah dan HPHTI sebanyak 11 buah, dengan sebaran lokasinya hampir di seluruh kabupatenkota di Provinsi Jambi, kecuali Kota Jambi. HPH terluas adalah PT Serestra II dengan luas lokasi sebesar 105 . 971 ha 19.4 dan HPHTI terluas adalah PT Wira Karya Sakti seluas 88 . 274 ha 34.1. Nama-nama HPH, luas, dan lokasinya disajikan pada Lampiran 15, sedangkan Nama-nama HPHTI, luas, dan lokasinya disajikan pada Lampiran 19. Berdasarkan perhitungan luas HPH dan HPHTI, Kabupaten Merangin merupakan kabupaten sebagai lokasi HPH dan HPHTI yang paling luas dibandingkan dengan kabupatenkota yang lain, yaitu seluas 270 . 565 ha 33.6, dengan jumlah HPH sebanyak 4 buah dan HPHTI sebanyak 1 satu buah, akan tetapi volume asal peredaran kayu bulat dari kabupaten tersebut yang paling kecil yaitu sebesar 11 . 194 m 3 0.5. Hal ini tentunya cukup memprihatinkan, karena keberadaan HPH dan HPHTI di Kabupaten Merangin tidak memberikan kontribusi terhadap produksi kayu bulat. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan laporan produksi yang masuk ke Departemen Kehutanan selama tahun 2004, keempat HPH di Kabupaten Merangin tidak aktif berproduksi. Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan volume asal peredaran kayu bulat yang paling besar, yaitu sebesar 1 . 224 . 996 m 3 50.9, akan tetapi pada kabupaten tersebut hanya terdapat 1 satu HPH dan 2 dua HPHTI dengan total luas 59 . 612 ha 7.4. Keberadaan HPH dan HPHTI memberikan kontribusi terhadap besarnya volume asal peredaran kayu bulat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh keberadaan HPHTI PT Wira Karya Sakti yang merupakan HPHTI terluas di Provinsi Jambi dengan luas sebesar 88 . 274 ha 34.1 dari total luas HPHTI seluas 258 . 972 ha, dengan lokasi terluas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat seluas 51 . 136 ha 57.9, dan sisanya di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Batanghari. Kabupaten Batanghari merupakan asal peredaran kayu bulat dengan volume yang terbesar kedua setelah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu sebesar 599 . 795 m 3 24.9. Kabupaten Batanghari terdapat 1 satu HPH dan 3 tiga HPHTI dengan total luas sebesar 73 . 858 ha 9.2. Keberadaan HPH dan HPHTI ini ternyata memberikan kontribusi terhadap besarnya volume asal peredaran kayu bulat dari Kabupaten Batanghari. Hal ini tentunya didukung oleh keberadaan HPH PT Asialog dan HPHTI PT Wira Karya Sakti yang yang merupakan HPH dan HPHTI yang masih aktif di Provinsi Jambi. Hasil tumpang tindih Peta HPH dan HPHTI ternyata terjadi tumpang tindih areal konsesi pada tiga areal kombinasi antara kedua peta tersebut. Pertama terjadi tumpang tindih antara areal HPH PT Rimba Karya Indah dengan HPHTI PT Inhutani V dengan luas mencapai 14 . 390 ha yang berlokasi di Kabupaten Bungo dan Merangin, yang kedua terjadi tumpang tindih antara HPH PT Asialog dengan HPHTI PT . Wana Kasita Nusantara seluas 5 . 052 ha yang berlokasi di Kabupaten Sarolangun, serta yang ketiga terjadi tumpang tindih antara HPH PT . Asialog dengan HPHTI PT . Samihutani seluas 253 ha yang berlokasi di Kabupaten Sarolangun. Hal ini hendaknya tidak perlu terjadi, sehingga perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, khususnya Departemen Kehutanan tentang adanya tumpang tindih izin HPH dan HPHTI, sehingga tidak terjadi masalah antar perusahaan pemegang izin di kemudian hari. Lokasi HPH seharusnya berada pada areal hutan produksi, sesuai dengan fungsi hutan produksi untuk menghasilkan kayu bulat. Hasil tumpang tindih Peta HPH dengan Peta Hutan Produksi dihasilkan bahwa hanya 323 . 763 ha 59.2 dari total luas HPH sebesar 547 . 011 ha yang berada pada hutan produksi, sedangkan 40.8 berada di luar hutan produksi. Persentase terkecil adalah HPH PT Serestra II sebesar 38.4, sedangkan terbesar adalah HPH PT Dalek Hutani Esa sebesar 99.1. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dari Departemen Kehutanan, terkait dengan kebijakan pemberian izin areal HPH. Perbandingan luas selengkapnya untuk 8 delapan HPH disajikan pada Lampiran 16. Grafik perbandingan luas tersebut disajikan pada Gambar 11. Peta hutan produksi dan HPH pada hutan produksi disajikan pada Lampiran 18. 20000 40000 60000 80000 100000 120000 PT Asialog PT Bina Lestari PT Dalek Hutani Esa PT Injapsi Lestari PT Nusalease T imber Corp. PT Putra Duta Indah Wood PT Rimba Karya Indah PT Serestra II Nama HPH L u as H a Luas HPH Luas Overlay Gambar 11 Perbandingan luas HPH dan luas tumpang tindih Peta HPH dengan Peta Hutan Produksi. Hasil tumpang tindih Peta HPHTI dengan Peta Hutan Produksi dihasilkan bahwa 213 . 725 ha 82.5 dari total luas HPHTI sebesar 258 . 972 ha, yang berada pada hutan produksi, sedangkan 40.8 berada di luar hutan produksi. Persentase yang paling kecil adalah HPHTI PT Gamasia Hutani sebesar 56.7, sedangkan yang paling besar adalah HPH PT Limbah Kayu Utama sebesar 100. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian dari Departemen Kehutanan, terkait dengan kebijakan pemberian izin areal HPHTI. Perbandingan luas selengkapnya disajikan pada Lampiran 20. Grafik perbandingan luas tersebut disajikan pada Gambar 12. Peta hutan produksi dan HPHTI pada hutan produksi disajikan pada Lampiran 22. 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 PT Arangan Hutani Lestari PT Dyera Hutan Lestari PT Gamasia Hutani PT Inhutani V PT Limbah Kayu Utama PT Samihutani PT Wana Kasita Nusantara PT Wana Mukti Wisesa PT Wana Perintis PT Wana T eladan Nama HPHTI Lu a s H a Luas HPHTI Luas Overlay Gambar 12 Perbandingan luas HPHTI dan luas tumpang tindih Peta HPHTI dengan Peta Hutan Produksi.

6.3 Volume Tujuan Peredaran Kayu Bulat