Hubungan Keadaan Penduduk dengan Keberadaan IPHHK

51 Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdapat IPHHK aktif berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 7 buah dengan total kapasitas sebesar 31 . 800 m 3 tahun dan berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 4 buah dengan total kapasitas izin sebesar 494 . 000 m 3 tahun 15.9 dari total kapasitas izin sebesar 3 . 114 . 032 m 3 tahun Tabel 15. Keberadaan industri ini menggambarkan bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai salah satu sentra industri kayu di Provinsi Jambi selain Kabupaten Muaro Jambi yang mempunyai jumlah industri sebanyak 23 buah dengan kapasitas izin sebesar 1 . 515 . 590 m 3 tahun 48.7, sehingga memerlukan bahan baku kayu bulat yang cukup besar. Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai tujuan peredaran kayu bulat dengan volume yang paling kecil, karena kabupaten ini hanya terdapat IPHHK yang aktif berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 1 buah dan berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 1 buah dengan total kapasitas sebesar 160 . 492 m 3 tahun 5.2 dari total kapasitas izin sebesar 3 . 114 . 032 m 3 tahun Tabel 15. Keberadaan industri ini menggambarkan bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai kabupaten dengan jumlah industri kayu yang paling kecil dengan jumlah 2 buah, walaupun dari total kapasitas izin lebih besar dari Kabupaten Merangin, Sarolangun, dan Bungo, sehingga kebutuhan kayu bulat cukup kecil.

6.3.2 Hubungan Keadaan Penduduk dengan Keberadaan IPHHK

Teori klasik menyatakan bahwa faktor produksi terdiri dari : modal capital, tenaga kerja labour, dan tanah land. Faktor produksi tersebut dapat digambarkan, sebagai berikut : modal merupakan daya beli masyarakat; tenaga kerja terdiri dari aspek fisik dan kualitas, aspek fisik merupakan jumlah tenaga kerja masing-masing sektor, dan aspek kualitas merupakan pendidikan dan kesehatan; dan tanah merupakan tingkat kepadatan penduduk masing-masing daerah untuk melihat daya dukung sumberdaya lahan pada tiap daerah Rustiadi et al. 2004. Berkaitan dengan faktor produksi di atas, maka jumlah penduduk yang bekerja di industri kayu dapat mempengaruhi keberadaan industri kayu di suatu kabupatenkota. Jumlah penduduk Provinsi Jambi tahun 2004 sebanyak 2 . 540 . 472 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Kota Jambi sebanyak 52 413 . 699 jiwa, diikuti Kabupaten Kerinci sebanyak 309 . 333 jiwa, dan terendah di Kabupaten Sarolangun sebanyak 186 . 881 jiwa. Jumlah penduduk dan jumlah IPHHK Provinsi Jambi disajikan pada Lampiran 25. Grafik jumlah penduduk Provinsi Jambi tahun 2004 disajikan pada Gambar 15. 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000 Kerinci Merangin Sarolangun Batanghari Muaro Jambi T anjung Jabung T imur T anjung Jabung Barat T ebo Bungo Kota Jambi KabupatenKota Ju m lah or an g Gambar 15 Jumlah penduduk Provinsi Jambi Tahun 2004. Kota Jambi mempunyai jumlah penduduk sebanyak 413 . 699 jiwa dan merupakan yang terbesar dibandingkan kabupaten yang lain. Keadaan ini berpengaruh terhadap keberadaan IPHHK sebanyak 10 buah, walaupun Kota Jambi tidak sebagai asal peredaran kayu bulat. Faktor tenaga kerja menunjukkan bahwa sebanyak 3 . 926 orang sebagai tenaga kerja di industri kayu yang berlokasi di Kota Jambi dan merupakan jumlah terbesar ketiga setelah Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat. Kabupaten Muaro Jambi mempunyai jumlah penduduk sebanyak 255 . 427 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 48 jiwakm 2 . IPHHK di Kabupaten Muaro Jambi berjumlah 23 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 12 . 501 orang. Jumlah IPHHK dan jumlah tenaga kerja menjelaskan bahwa keberadaan penduduk dapat mendukung kegiatan industri kehutanan, khususnya pemenuhan tenaga kerja. Kondisi ini menggambarkan bahwa Kabupaten Muaro Jambi sebagai sentra industri kayu terbesar di Provinsi Jambi. 53 Kabupaten Kerinci mempunyai jumlah penduduk sebanyak 309 . 333 jiwa dan kepadatan penduduk sebanyak 74 jiwakm 2 , merupakan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang terbesar kedua setelah Kota Jambi, tetapi karena kondisi kawasan hutan dan tidak ada IPHHK yang di Kabupaten Kerinci, maka tidak terdapat hubungan antara keberadaan penduduk yang cukup besar dengan aktivitas kehutanan khususnya industri kayu.

6.3.3 Kebutuhan Kayu Bulat untuk Industri dari Provinsi Jambi