Perumusan Masalah Pemantauan peredaran hasil hutan di provinsi jambi

Kegiatan kehutanan masih didominasi aspek kegiatan produksi hasil hutan, sehingga pemasaranperedaran hasil hutan perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Pemantauan pemasaranperedaran hasil hutan memegang peranan yang cukup penting dalam manajemen kegiatan kehutanan. Kegiatan pemantauan peredaran hasil hutan memerlukan data hasil hutan agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan oleh instansi terkait. Pentingnya proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek pengelolaan hutan, khususnya dalam peredaran hasil hutan, membuat kebutuhan data semakin penting. Data dapat dilihat sebagai input dasar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya atau tidak layaknya data bisa berakibat fatal pada program dan proyek kehutanan. Kapasitas untuk mengumpulkan dan memproses data yang relevan dan akurat perlu dikembangkan, karena kebanyakan data peredaran hasil hutan yang merujuk kepada data spasial, maka Sistem Informasi Geografis SIG merupakan alat yang sangat membantu. SIG dengan bantuan perangkat lunaknya dapat melakukan visualisasi, mengeksplorasi, menjawab query baik basisdata spasial maupun non spasial dan menganalisis data secara geografis. Alasan tersebut di atas mendasari dibutuhkannya suatu kajian tentang peredaran hasil hutan di Provinsi Jambi, sehingga diperlukan suatu penelitian pemantauan peredaran hasil hutan di Provinsi Jambi.

1.2 Perumusan Masalah

Penerapan kebijakan soft landing atau pengurangan secara bertahap produksi kayu yang berasal dari hutan alam dan hutan produksi, telah menyebabkan kesenjangan antara supply dan demand bahan baku kayu untuk industri. Di sisi lain, kebijakan tersebut secara bertahap akan menekan para pengusaha kayu yang ”nakal”, sehingga hanya industri-industri yang efisien yang dapat tetap bertahan Departemen Kehutanan 2003. Pengurangan secara bertahap produksi kayu tidak hanya terjadi secara nasional, tetapi juga terjadi di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi pada tahun 2003 mendapatkan jatah tebangan produksi kayu dari hutan produksi dan hutan alam 3 sebesar 153 . 000 m 3 , tahun 2004 diturunkan menjadi 127 . 000 m 3 , dan tahun 2005 diturunkan menjadi 120 . 650 m 3 Ditjen Bina Produksi Kehutanan 2005. Kapasitas industri dan konsumsi lainnya diperkirakan sebesar 60 juta m 3 per tahun, sementara kemampuan supply lestari hanya sekitar 22 juta m 3 per tahun, sehingga terdapat kesenjangan sebesar 30-40 juta m 3 per tahun. Disamping itu, pertumbuhan industri pengolahan kayu di luar negeri, seperti : Malaysia, Taiwan, Korea, dan RRC yang juga membutuhkan bahan baku kayu bulat dan kayu gergajian dari Indonesia menambah kesenjangan yang memicu penebangan liar Saparjadi 2003. Provinsi Jambi pada tahun 2004 mempunyai Industri Primer Hasil Hutan Kayu IPHHK berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 147 buah dengan total kapasitas sebesar 499 . 190 m 3 , dan IPHHK berkapasitas 6 . 000 m 3 tahun sebanyak 39 buah dengan total kapasitas sebesar 2 . 907 . 010 m 3 Dinas Kehutanan Provinsi Jambi 2005. Pemenuhan kebutuhan kayu bulat untuk industri tersebut mengalami kesulitan dan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat tidak dapat mencukupi demand dari industri kayu, sehingga banyak industri yang tidak dapat beroperasi. Berpijak pada hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pendekatan terhadap kegiatan pemantauan peredaran hasil hutan dan kebutuhan bahan baku kayu bulat untuk industri di Provinsi Jambi. Upaya ini dilakukan dengan memanfaatkan data peredaran hasil hutan yang tepat dan akurat, sehingga dapat digunakan oleh instansi kehutanan yang terkait dalam menunjang tugas pemantauan peredaran hasil hutan khususnya dan tugas-tugas kehutanan umumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang perlu dikaji dalam penelitian, yaitu : 1 Bagaimana gambaran peredaran kayu bulat antar kabupatenkota di Provinsi Jambi tahun 2004? 2 Berapa kebutuhan kayu bulat yang harus dipenuhi untuk industri dan berapa kemampuan Provinsi Jambi dalam supply bahan baku kayu bulat untuk industri di Provinsi Jambi tahun 2004? 4

1.3 Tujuan Penelitian