Sintaksis Stilistika dan Retorika

20 ‘Tidak percaya? Mitra dan atasanku, yang sebenarnya bertindak kotor, akibat korupsi, tapi menempuh berbagai cara untuk cuci tangan . ...‟ par.14 Petikan di atas merupakan pendukung pernyataan bahwa ada orang Jawa yang suka menyalahkan orang lain dan tidak mau instropeksi diri. Uraian singkat tersebut menunjukkan bahwa teks WJEKA disampaikan dengan detail sesuai harapan penulis dan menyertakan ilustrasi sebagai pendukung pernyataannya, seperti penggalan teks di atas yang dibuka dengan kata „arep ngerti,‟ dan „ora percaya?‟

2.2.3.4 Sintaksis

Pada aspek sintaksis terdapat beberapa elemen pendukung, antara lain koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat, hubungan penambahan, perbandingan, identifikasi, dan lain sebagainya. Bentuk kalimat yang dimaksud adalah yang berhubungan dengan prinsip kausalitas. Tidak hanya meliputi persoalan teknis kebenaran tata bahasa tetapi juga menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Siapa apa yang menjadi subjek atau objek utama dalam berita. Selanjutnya, elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai komunikator untuk menunjukkan di mana posisi „seseorang‟ atau „sesuatu‟ dalam wacana.

2.2.3.5 Stilistika dan Retorika

Aspek stilistika meliputi elemen pemilihan diksi leksikal dan aspek retorika meliputi elemen metafora dan elemen grafis. Eriyanto, 2012: 255-259 21 Elemen leksikal mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang atau penulis. Suatu peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan kata-kata yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan makna yang berbeda-beda, seperti penggunaan konotasi pada petikan berikut. ... Anggepe, yen kungkulan utawa dipadhani lungguhe bakal kiamat ... par.12 „... Anggapnya, bila ada yang mengungguli atau menyamai kedudukannya akan kiamat ....‟ Penulis mewakili bentuk kedudukan atau jabatan dengan kata lungguhe. Elemen metafora digunakan untuk memperkuat pesan utama penulis. penggunaan metafora tertentu dapat menjadi petunjuk utama dalam memahami suatu teks. Menurut van Dijk, elemen metafora meliputi ungkapan-ungkapan tradisional, petuah, pepatah, pribahasa, dan sebagainya bahkan ungkapan dalam ayat suci, seperti pada petikan-petikan berikut. Wong ngene iki, biasane emoh noleh cengel lan ngilo githok ....par.13 „Orang seperti ini, biasanya tidak mau berintrospksi diri ....‟ par.13 ... anggone mbelani ajining dhiri, ngudang ayang-ayang, nganti direwangi kaya gajah ngidak rapah .... par.18 „cara membela diri, mengunggulkan diri sendiri rela dilakukan hingga melanggar prinsipnya sendiri larangan....‟ par.18 Di samping itu juga terdapat elemen grafis yang berkenaan dengan foto, gambar, atau mungkin tabel yang digunakan untuk mendukung isi dari wacana berita tersebut. Dalam WJEKA disertakan sebuah foto yang menampilkan bayangan-bayangan manusia sebagai objeknya. Bayangan tersebut mewakili harga diri orang Jawa yang tidak mau diinja-injak walau ia berada pada golongan bawah. 22

2.2.4 Rubrik Esai