Struktur Makro Tematik Struktur Wacana dan Elemen Kebahasaan Rubrik Sang Pamomong

4.2 Struktur Wacana dan Elemen Kebahasaan Rubrik Sang Pamomong

Gambaran tersebut dapat diketahui melalui struktur pembangun masing- masing artikel, yakni struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Berikut akan diuraikan secara garis besar struktur-struktur pembangun beserta elemen kebahasaan di dalamnya.

4.2.1 Struktur Makro Tematik

Elemen tematik topik menunjuk pada gambaran umum, gagasan inti, atau yang utama dari suatu teks. Tematik atau topik yang sering dikembangkan dalam rubrik Sang Pamomong berkaitan dengan kemanusiaan, tepatnya karakter individu-individu Indonesia dan hubungan di dalamnya, mulai hubungan antar individu secara pribadi atau secara sosial hingga hubungan antar pemerintahan dengan rakyatnya. Mayoritas, perihal ketidakadilan pada rakyat kecil menjadi topik dari sejumlah artikel dalam rubrik Sang Pamomong. Ketidakadilan yang terjadi disebabkan oleh sejumlah perilaku dan kebijakan dari pemerintahan negeri ini. Hal tersebut nampak jelas pada artikel-artikel yang berjudul: “Ukum mung Galak marang Wong Cilik ” 15 Januari 2012 mengenai ketidakadilan pada aspek hukum dan peradilan bagi rakyat kecil; “Ing Sadhengah Papan Ana Preman?” 11 Maret 2012 mengenai akibat yang muncul dari ketidakadilan pada aspek ekonomi dan sosial; “Rega Bensin Mundhak: Ngalah, Ngalih, Ngamuk” 25 Maret 2012 mengenai respon rakyat kecil yang muncul dari ketidakadilan pada aspek ekonomi, “Lathi kang Gawe Panas Ati” 13 Mei 2012 mengenai ketidakadilan pada aspek sosial bagi para TKI; “Pahlawan lan Pamrih Perjuwangan” 11 November 2012 mengenai ketidakadilan yang dialami para pejuang dan pahlawan kemerdekaan; serta “Gunung Jugrug Segara Asat” 9 Desember 2012 mengenai ketidakadilan yang dialami warga Kendeng. Topik lainnya yang diangkat oleh para esais berkenaan dengan religiusitas, yakni mengenai hubungan antar sesama individu dan hubungan mereka dengan Tuhannya. Topik tersebut nampak pada artikel edisi 29 Juli 2012 yang berjudul “Saman, Pasa, lan Adil Paramarta” dan edisi 12 Agustus 2012 berjudul “Sawise Apura-ingapura, trus Apa? ”. Keduanya berkaitan dengan fenomena sosial yang terjadi pada bulan Ramadan. Selain itu, etika dalam berinteraksi juga tidak luput dari pemaparan tiap artikel. Keseluruhan artikel dalam rubrik kerap memunculkannya sebagai ajakan atau pengingat bagi pembaca. Dalam kacamata budaya Jawa, etika berinteraksi sosial sangat krusial dalam menciptakan kerukunan. Hal tersebut nampak sekali pada artikel “Aja Nyepelekakae Babu” 22 April 2012 yang menunjukkan pentingnya saling menghargai antar sesama dan tanpa memandang kasta; artikel “Lathi kang Gawe Panas Ati” yang menunjukkan pentingnya menjaga lisan; artikel “Disundhul, Njedhul, Mumbul-mumbul” 15 Juli 2012 yang mengajak pembaca untuk hidup sederhana sewajarnya sesuai dengan skala prioritas; artikel “Sawise Apura-ingapura, trus Apa?” 12 Agustus 2012 yang mengajak pembaca untuk sal ing memaafkan; artikel “Paten-pinaten lan Aksara Jawa” 30 September 2012 yang menunjukkan bahwa semua manusia adalah saudara kesetaraan; dan artikel “Bangsa Kita Kaya Suket Garing” 28 Oktober 2012 yang mengajak pembaca untuk tidak menjadi pendendam dan pemarah. Dengan kata lain, rubrik Sang Pamomong menyuarakan opini para esais berkaitan fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat bernegara, tentunya dihubungkan dengan kaca mata kearifan lokal budaya Jawa.

4.2.2 Superstruktur Skematik