Analisis Wacana Landasan Teoretis

12 Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut, Edmondson dalam Sumarlam, 2003:5 menyampaikan “Discourses is a structured event manifest to linguistic and other behavior 1981. ” Wacana merupakan peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku bahasa atau yang lainnya. Arifin dan Rani 2000:21 mengemukakan “wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomuikasi dalam konteks sosial.” Pengertian tersebut didukung oleh Sudaryat 2008, ia menyampaikan bahwa wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Dimana, komunikasi tersebut dapat menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Wacana dapat bersifat transaksional jika yang dipentingkan isi komunikasi dan bersifat interaksional jika merupakan komunikasi timbal balik. Uraian beberapa pendapat oleh para ahli di atas menunjukkan adanya varian mengenai batasan dari wacana. Jadi, dapat dikatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, utuh dan terpadu unsur-unsurnya, berisikan suatu peristiwa yang tidak terlepas dari suatu pengaruh tertentu konteks.

2.2.2 Analisis Wacana

Analisis wacana tentu saja mengkaji wacana, hal tersebut seperti yang diungkapkan Cook dalam Arifin 2000:8. Ia menyampaikan “analisis wacana merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedang wacana itu adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.” Pendapat tersebut sejalan dengan Brown dan Yule dalam Sumarlam, 2003:13 yang berbunyi “The analysis of discourse is, necessarily, the analysis of language in use .” Analisis wacana adalah analisis mengenai pengunaan bahasa. 13 Berbeda dengan pendapat di atas, beberapa ahli memandang pengertian analisis wacana lebih kompleks lagi. “Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Analisis wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya dalam interaksi antar penutur” Stubbs dalam Arifin 2000:8. Senada dengan Stubbs, Fairclough dalam Sumarlam, 2003:12 menyampaikan bahwa “ ... discourse analysis is analysis of how text work within social cultural practice .... ” Menurutnya, analisis wacana merupakan analisis mengenai bagaimana teks berperan dalam praktik sosial budaya; dengan memperhatikan bentuk, struktur, dan organisasi tekstual pada semua tataran. Dari beberapa pendapat oleh para ahli, dapat dirumuskan bahwa analisis wacana adalah suatu kajian yang menganalisis bahasa, baik tulis maupun lisan, dalam kaitannya dengan penggunaannya dalam kehidupan sosial kontekstual. Dalam analisis wacana terdapat tiga pandangan mengenai bahasa Arifin dan Rani 2000; Hikam dalam Eriyanto 2012. Pertama, positivisme-empiris yang melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi. Selain itu, pada pandangan ini terdapat pemisahan antara pemikiran dan realitas. Kedua, konstruktivisme yang memandang bahasa diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna dari sang pembicara. Bahasa tidak lagi dilihat sebagai 14 alat untuk memahami realitas objektif belaka. Konstruktivis menganggap subjek adalah faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Pandangan ketiga, pandangan kritis. Analisis wacana paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara, tetapi merupakan representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu maupun strategi di dalamnya. Analisis pada pandangan ini kemudian dikenal analisis wacana kritis Critical Discourse Analysis atau CDA. Bahasa di sini dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Seperti yang disampaikan beberapa ahli dalam Oktar 2012:338: Basic critical discourse analysis CDA premises, such as discourse is a “form of social practice” Fairclough 1992, p. 63 and “discourses are ideological” Wodak 2002, Fairclough 1992, 1995; van Dijk 1998, pave the way for the construction of ideology –discourse relation in prefaces by bonding translator‟s decisions to ideological reasoning at a given time in a particular society.

2.2.3 Model van Dijk