13
Menurut Brigham dan Houston 2001:45 faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas
keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen, khususnya pada struktur modal yang ditargetkan.
2.1.2 Teori Struktur Modal
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana pengaruh struktur modal terhadap suatu nilai perusahaan. Bagaimana menciptakan struktur modal
yang baik, sehingga mengoptimalkan nilai perusahaan. Teori struktur modal bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal
yang optimal.
2.1.2.1 Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan
dapat diubah dengan merubah struktur modalnya. Pendapat ini dominan sampai dengan awal tahun 1950-an. Menurut Husnan 1998:328 keadaan perusahaan
menjadi lebih baik setelah perusahaan menggunakan utang karena nilai perusahaan meningkat atau biaya modal perusahaan menurun. Menurut Sartono
2001:230 pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu risiko perusahaan tidak mengalami perubahan. Sehingga baik Ke biaya
modal sendiri maupun Kd biaya utang relatif konstan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya utang dan biaya modal sendiri meningkat.
Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang yang lebih murah.
14
Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-
mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat
struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal
yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.
2.1.2.2 Modigliani-Miller Model
Teori mengenai struktur modal bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller yang selanjutnya disebut MM
mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis yaitu “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”.
MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya Brigham dan Houston, 2001:31. Namun, studi MM didasarkan pada
sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain Brigham dan Houston, 2001:31: 1.
Tidak ada biaya broker pialang 2.
Tidak ada pajak 3.
Tidak ada biaya kebangkrutan 4.
Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.
5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang 6.
EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang.
15
Pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan yang berjudul “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital : A Correction” yang
melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi
pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam
struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan meningkat sejalan
dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang Brigham dan Houston,
2001:31. Hasil studi MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi bahwa
tidak ada biaya kebangkrutan. Namun, dalam praktek, biaya kebangkrutan bisa sangat mahal. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi
yang sangat tinggi, serta sulit menahan pelanggan, pemasok dan karyawan. Masalah yang terkait kebangkrutan cenderung muncul apabila perusahaan
menggunakan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya Brigham dan Houston, 2001:31. Apabila biaya kebangkrutan semakin besar, tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham juga semakin tinggi. Biaya modal hutang juga akan semakin tinggi karena pemberi pinjaman akan
membebankan bunga yang tinggi sebagai kompensasi kenaikan risiko kebangkrutan. Oleh karena itu, perusahaan akan terus menggunakan hutang
apabila manfaat hutang penghematan pajak dari hutang masih lebih besar
16
dibandingkan dengan biaya kebangkrutan. Jika biaya kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan penghematan pajak dari hutang, perusahaan akan
menurunkan tingkat hutangnya.
2.1.2.3 Trade-off Theory