BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis Kondisi Kerja Aktual
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai analisis tingkat keluhan muskuloskeletal buruh panen pengutip berondolan kelapa sawit yang dibagi atas
berdasarkan SNQ, aspek biomekanika.
6.1.1. Analisis Tingkat Keluhan Kelelahan Otot Berdasarkan SNQ
Dari hasil rekapitulasi kuisoner SNQ yang diberikan kepada buruh panen terlihat adanya kecenderungan kesamaan keluhan muskuloskeletal pada dimensi
tubuh tertentu, yaitu : 1.
Sakit dan sangat sakit. Kategori ini terdapat pada bahu kanan sampai lengan bagian kanan,
bagian panggul sampai kaki, lutut sampai kaki depan bagian kanan dan bagian punggung. Hal ini disebabkan sikap tubuh buruh panen yang tidak ergonomis
dalam melakukan aktivitas pengutipan berondolan kelapa sawit yaitu dilakukan dengan cara jongkok dan membungkuk. Untuk mengurangi resiko
keluhan ini maka diberikan alat bantu pengutip berondolan kelapa sawit seperti yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Dengan adanya alat
bantu ini, buruh panen tidak perlu jongkok dan membungkuk pada saat melakukan aktivitas pengutipan berondolan, dimana buruh panen dapat
melakukan buruh panenannya dengan berdiri. Pada rancangan ini, buruh
Universitas Sumatera Utara
panen hanya menggerakkan alat bantu tersebut maju mundur ke area pengutipan berondolan karena alat didesain menggunakan prinsip roda putar
yang secara otomatis berondolan akan masuk kebagian tabung putaran dan hasil berondolan yang didapat akan lebih bersih.
6.1.2. Analisis Biomekanika Pada bagian ini akan menjelaskan analisis mengenai jumlah total energi
otot Fm secara keseluruhan yang terjadi saat melakukan aktivitas pengutipan berondolan secara manual dan dengan menggunakan alat bantu pengutip
berondolan.
6.1.2.1. Analisis Energi yang Dibutuhkan Otot Fm Setiap Buruh panen Pada Aktivitas Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Secara
Manual.
Total energi yang diperlukan otot didapat dari penjumlahan Fm setiap perhitungan segmen tubuh yang mengalami keluhan. Dimana segmen tubuh yang
mengalami keluhan adalah bahu kanan dan lengan kanan, panggul dan kaki, lutut dan kaki bagian depan serta bagian punggung. Cara pengutipan berondolan kelapa
sawit dibagi atas dibagi atas cara jongkok dengan posisi kaki stabil dan cara jongkok dengan posisi kaki tidak stabil seperti pada gambar 6.1 berikut.
Universitas Sumatera Utara
a b Gambar 6.1. Aktivitas Kerja Pengutipan Berondolan Kelapa Sawit Cara
Jongkok Dengan Posisi Kaki Stabil a dan Cara Jongkok Dengan Posisi Kaki Tidak Stabil b
Pengeluaran energi pada aktivitas duduk dan jongkok adalah 0,3
Kkalmenit – 0,5 Kkalmenit atau 20 Kkaljam-30 Kkalmenit diatas dari nilai
tersebut maka kondisi kerja dikategorikan berat sedangkan dibawah nilai tersebut masuk dalam kategori ringan. Waktu yang dibutuhkan oleh buruh panen dalam
melakukan pengutipan berondolan per satu batang kelapa sawit adalah ±1 menit sedangkan waktu kerja kerja buruh panen secara keseluruhan adalah 8 jam per
hari. Perbandingan antara jumlah total energi otot otot Fm setiap buruh panen pengutip berondolan kelapa sawit dengan konsumsi energi dapat dilihat pada tabel
6.1 sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.1. Perbandingan Total Energi Otot Fm Setiap Buruh panen Dengan Kategori Kerja
Buruh panen
Fm Total N Fm Total Kkalmenit
Kategori Kerja
1 5094
1,22
Berat
2 6075
1,45
Berat
3 5340
1,28
Berat
4 4801
1,15
Berat
5 5633
1,35
Berat
6 4861
1,16
Berat
7 1014
0,24
Ringan
8 520
0,12
Ringan
9 1033
0,25
Ringan
10 648
0,15
Ringan
11 675
0,16
Ringan
12 1113
0,27
Ringan
13 2261
0,54
Berat Berdasarkan perhitungan tersebut sebagian besar buruh panen mengalami
kelelahan otot, hal ini dikarenakan sikap kerja yang tidak ergonomis. Kategori ringan untuk beberapa buruh panen diatas akan mengalami kelelahan otot
dikarenakan waktu kerja yang lama untuk mengutip berondolan kelapa sawit.
Gambar 6.2. Grafik Energi yang Dibutuhkan Setiap Buruh Panen Berondolan Kelapa Sawit
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13
K k
a l
\ m
e n
it
Energi yang Dibutuhkan Setiap Buruh Panen
kerja kkalmenit
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Perhitungan diatas maka energi pembebanan otot berada dalam kategori berat yaitu otot memerlukan energi yang cukup besar saat
melakukan pengutipan berondolan kelapa sawit dan adanya kemungkinan cedera pada struktur otot jika kondisi kerja dipertahankan. Sehingga harus diperlukan
perbaikan metode kerja atau fasilitas kerja untuk mengurangi resiko kelelahan pada otot buruh panen.
6.1.3. Analisis Produktivitas