11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain Trianto, 2007: 5. Menurut Soekamto, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 5, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Eggen dan Kauchak, sebagaimana dikutip Trianto
2007: 5 model pembelajaran dapat memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Suatu model pembelajaran akan disebut sebagai model pembelajaran jika mempunyai 4 ciri berikut Trianto, 2007: 6:
1 Terdapat rasional teoritik yang logis atau kajian ilmiah yang disusun oleh penemunya;
2 Terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui tindakan pembelajaran tersebut;
3 Terdapat tingkah laku belajar-mengajar yang khas yang diperlukan oleh guru;
4 Terdapat lingkungan
belajar yang
spesifik agar tujuan
pembelajarannya dapat tercapai.
Pemilihan suatu model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai Trianto, 2007: 9. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran yang
ditetapkan dapat tercapai. Wawasan tentang suatu model pembelajaran akan memberikan kemudahan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
Trianto, 2007: 10. Hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah apapun model pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat menarik siswa dan dapat
memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk
menyelesaikan sebuah masalah atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama Trianto, 2007: 41. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran
kooperatif didorong bekerjasama dalam suatu tugas bersama dan harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan suatu tugas. Peran guru dalam
pembelajaran bukan hanya sebagai informator akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran, fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator
bagi keberhasilan pembelajaran siswa Trianto, 2007: 42.
Ciri –ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar;
2 Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah;
3 Bila mungkin, kelompok berasal dari ras, budaya, agama, suku, dan jenis yang berbeda;
4 Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu Trianto, 2007: 47.
Unsur –unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1 Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok;
2 Para siswa
membagi kepemimpinan,
sementara mereka
memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar; 3 Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup
sepenanggungan; 4 Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya, di sanping tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;
5 Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besar antara anggota kelompoknya;
6 Para siswa diminta tanggung jawabnya secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif Ibrahim, 2000: 6.
Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa mengembangkan ketrampilan –
ketrampilan yang diperlukan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting yaitu : 1 hasil belajar akademik; 2 penerimaan
terhadap keberagaman; dan 3 pengembangan ketrampilan sosial Trianto, 2007: 44.
Hasil pembelajaran akademik yang dimaksudkan dalam pembelajaran kooperatif adalah pemahaman terhadap konsep-konsep yang sulit serta
peningkatan kinerja ilmiah dalam tugas akademik. Heterogenitas yang menyebabkan adanya kelompok atas dan kelompok bawah dimanfaatkan siswa
untuk saling menguntungkan dalam belajar. Kerjasama dan kolaborasi ditumbuhkan sehingga dapat terhindar dari rasa permusuhan antar siswa. Situasi
belajar semacam ini memberi dampak nyata kepada siswa ketika berada dalam masyarakat.
2.2.1 Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya 2007: 248, prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: 1 penjelasan materi; 2 belajar dalam
kelompok; 3 penilaian; dan 4 pengakuan tim. 1 Penjelasan Materi
Tahap ini merupakan proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini
adalah pemahaman peserta didik terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai.
Selanjutnya, peserta didik akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini, guru dapat menggunakan metode ceramah, curah
pendapat, dan tanya jawab, serta demonstrasi. Di samping itu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih
menarik peserta didik. 2 Belajar dalam Kelompok
Pada tahap ini, guru melakukan pembentukan kelompok yang heterogen. Melalui tahapan ini, peserta didik didorong untuk melakukan tukar menukar
informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama-sama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.
3 Penilaian Penilaian dalam tahap ini, dapat dilakukan dengan tes atau kuis baik secara
individu maupun kelompok. Tes ini akan memberikan informasi tentang kemampuan setiap peserta didik ataupun kelompok.
4 Pengakuan Tim Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau
tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus
berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
2.2.2 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya 2007: 249-250, keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran diantaranya:
1 Peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain;
2 Pembelajaran ini
dapat mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal
dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain; 3 Pembelajaran ini dapat membantu anak untuk respek pada orang
lainnya dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan;
4 Pembelajaran ini dapat membantu memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar;
5 Pembelajaran ini ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaigus kemampuan sosial;
6 Pembelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan
balik. Peserta didik dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya;
7 Pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata; 8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
2.2.3 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya 2007: 250-251, kelemahan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1 Untuk peserta didik yang memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh peserta didik yang dianggap kurang
memiliki kemampuan. Akibatnya, akan mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok;
2 Ciri utama dari pembelajaran ini adalah peserta didik saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang
efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, dapat terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh peserta didik;
3 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran ini didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu;
4 Keberhasilan pembelajaran ini dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup lama.
Keunggulan dan kelemahan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam penerapan pembelajaran kooperatif sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat tercapai.
2.3 Problem Based Instruction
Problem Based Instruction PBI merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan nyata dengan tujuan untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri Trianto, 2007: 68. Permasalahan nyata jika diselesaikan secara nyata mendorong siswa memahami konsep bukan sekadar
menghafal konsep. PBI membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan siswa sendiri tentang dunia
sosial di sekitarnya Trianto, 2007: 68.
PBI mempunyai lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah di bawah ini
1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah, memotivasi
siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membentuk siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi yang sesuai. Guru
membimbing siswa melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan serta membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Trianto, 2007: 71-
72.
Peran guru di dalam kelas PBI menurut Ibrahim, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007: 72 antara lain sebagai berikut:
1 Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah
otentik. 2
Memfasilitasi membimbing penyelidikan. 3
Memfasilitasi dialog siswa. 4
Mendukung belajar siswa.
2.3.1 Keunggulan PBI
PBI merupakan alternatif pembelajaran yang mendorong siswa belajar ilmu pengetahuan dengan jalan memberikan permasalahan untuk diselesaikan Bilgin,
2009. Pemberian masalah mendorong siswa terlibat aktif dalam pembelajaran untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Pemecahan dari suatu permasalahan
dalam pembelajaran PBI dapat memotivasi siswa dan mendorong pemahaman materi secara mendalam Bilgin, 2009.
Menurut Sanjaya 2007: 220, PBI memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1 Penyelesaian dari suatu permasalahan merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran;
2 PBI dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa;
3 PBI dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran;
4 PBI dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata;
5 PBI dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan baru;
6 PBI dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa tujuan dari ilmu pengetahuan adalah mengembangkan pola piker manusia;
7 PBI dianggap menyenangkan dan lebih disukai siswa;
8 PBI dapat mengembangkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru; 9 PBI dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata;
10 PBI dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar terus menerus.
Keunggulan-keunggulan ini menjadi acuan dan bahan pertimbangan
penerapan PBI sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
2.3.2 Kelemahan PBI
PBI merupakan pembelajaran yang tidak dirancang untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa Trianto, 2007: 70. Menurut
Ibrahim sebagaimana dikutip Trianto 2007: 70, PBI dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
ketrampilan intelektual. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya persiapan dan pengelolaan kelas yang cukup rumit.
Menurut Sanjaya 2007: 221, PBI memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1 Manakala siswa tidak mempunyai minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit, maka siswa enggan untuk
mencobanya; 2 Keberhasilan PBI membutuhkan cukup waktu untuk persiapan;
3 Tanpa adanya pemahaman mengapa berusaha untuk memecahkan yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka pelajari.
2.4 Aktivitas Siswa
Dalam standar
proses pendidikan,
pembelajaran didesain
untuk membelajarkan siswa Sanjaya, 2007: 135. Sistem pembelajaran harus
menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.
Aktivitas merupakan salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena prinsip
belajar adalah berbuat ”learning by doing”, berbuat mengubah tingkah laku
sehingga di dalam proses pembelajaran terjadi suatu kegiatan. Menurut Hamalik 2001: 171, pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Hal ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses
pembelajaran tidak mungkin terjadi. Keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator peserta didik memahami suatu konsep.
Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran menghasilkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik, ataupun dengan peserta didik
sendiri. Menurut Hamalik 2001: 172, aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek
tingkah laku lainnya, serta mengembangkan ketrampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong
peningkatan prestasi belajar peserta didik Sanjaya, 2007:137. Salah satu pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa adalah
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PBI. Aktivitas pembelajaran tersebut dilaksanakan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat bertukar
pikiran, pengalaman dan gagasan. Aktivitas pembelajaran ini muncul karena adanya permasalahan nyata yang membutuhkan suatu penyelesaian. Aktivitas ini
memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga siswa dapat memahami konsep dari suatu fakta.
Menurut Sanjaya 2007, 141 aspek aktivitas siswa dalam pembelajaran ada tiga yaitu 1 keaktifan siswa dalam perencanaan pembelajaran; 2 keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran; dan 3 keaktifan siswa dalam kegiatan evaluasi pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut maka semakin
tinggi kadar keaktivan siswa. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SMP dan materi pelajaran yang
disajikan, maka aktivitas siswa yang dikaji adalah 1 memperhatikan penjelasan guru; 2 kerja kelompok aktif dan terarah; 3 presentasi kelompok; 4 respon
positif terhadap kelompok yang presentasi; dan 5 menyelesaikan tugas secara berkelompok.
2.5 Cahaya