Pemilihan Model Terbaik METODOLOGI

28 Ukuran yang dapat menggambarkan tingkat ketelitian model adalah koefisien determinasi R 2 yang menunjukkan persentase kemampuan peubah- peubah bebas nilai respon spektral DN dan indeks vegetasi dalam menjelaskan peubah tak bebas Y, yang dapat digunakan sebagai tolak ukur ketelitian model penduga yang diperoleh. Nilai R 2 ini berkisar antara 0 – 100.

3.9 Pemilihan Model Terbaik

Pemilihan model terbaik didasarkan pada pertimbangan kepakaran professional judgement dan analisis diagnostik lajur dan diagnostik baris yang meliputi koefisien determinasi R 2 , CP-Mallow, keaditifan model, kenormalan sisaan, pencilan, leverage dan pengamatan berpengaruh. Langkah pertama adalah melakukan analisis variance inflation factor VIF, yang akan menghasilkan peubah-peubah terseleksi. Rumus VIF adalah sebagai berikut: r - 1 1 2 j VIF = Dalam hal ini: rj = nilai korelasi antara peubah j dengan peubah lainnya. Berdasarkan peubah-peubah model terseleksi, selanjutnya dilakukan pemilihan subset model kandidat dengan analisis BREG Best Regression Subset yaitu dengan membandingkan nilai CP-Mallow yang paling mendekati banyaknya peubah bebasnya. Statistik CP-Mallow adalah sebagai berikut: 2p - n - S JKSp ⎟⎞ − Mallow CP 2 ⎠ ⎜ ⎝ ⎛ = dimana : JKS p = jumlah kuadrat sisa dari model yang memiliki peubah parameter sedangkan p adalah banyaknya parameter di dalam model termasuk β . 29 S 2 = kuadrat tengah sisa dari model yang mengandung seluruh peubah bebas. Model terbaik pada kriteria CP-Mallow ini adalah yang memiliki CP-Mallow yang mendekati p. Dari subset model kandidat selanjutnya dipilih untuk dijadikan subset model terpilih berdasarkan kriteria R 2 dan pertimbangan kepakaran professional judgement . Model yang terpilih yaitu model yang secara R 2 mempunyai nilai yang cukup tinggi dan logika keilmuan tidak bertentangan. Setelah model terpilih maka tahap selanjutnya adalah pengujian keabsahan dengan diagnostik baris diagnostik pengamatan, yaitu pendeteksian terhadap pencilan, leverage dan pengamatan berpengaruh. Pengamatan pencilan dilakukan dengan pengujian Tresid Studentized Residual dan membandingkannya dengan tabel Critical Value for Studentized Residual dan Jacknife. Laverage diuji dengan menghitung nilai H ij dan membandingkannya dengan tabel Values for Leverages. Pengamatan berpengaruh adalah apabila pengamatan tersebut tidak dimasukkan ke dalam bentuk model atau persamaan, maka akan menghasilkan koefisien regresi yang sangat berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung nilai Cook Distance atau DFITS dan membandingkannya dengan tabel 50 Percentile of F Distribution for Cook’s. Uji visual kenormalan sisaan dan uji keaditifan model digunakan untuk menguji asumsi apakah nilai sisaan dan dugaan berbentuk pola atau tidak. Jika nilai sisaan dan dugaan menyebar secara acak maka model dikatakan handal, sedangkan jika pola sisaan dan dugaan berbentuk sistematis maka model dikatakan tidak handal.

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Luas dan letak

Jakarta Timur terletak diantara 106º 49’ 35” BT sampai 06º 10’ 37” LS. Secara administratif wilayah Jakarta Timur dibagi menjadi 10 Kecamatan, 65 Kelurahan, 673 Rukun Warga dan 7.513 Rukun Tetangga serta dihuni oleh Penduduk sebanyak 1.959.022 BPS Pusat Jakarta 2005. Data Ruang Terbuka Hijau RTH di Suku Dinas Pertamanan Kodya Jakarta Timur menunjukan bahwa pada saat ini terdapat 24 titik RTH yang tersebar di 10 kecamatan, yaitu kecamatan Matraman, Jatinegara, Pasar Rebo, Kramat Jati, Pulo Gadung, Cakung, Ciracas, Cipayung, Makasar, dan Duren Sawit. Pada Ruang Terbuka Hijau RTH tersebut, penyusunnya terdiri atas taman dan jalur hijau yang dikelola oleh Suku Dinas Pertamanan Kodya Jakarta Timur. Jenis tanaman sebagai penyusun vegetasi yang ada juga beragam dari beberapa jenis mahoni, tanjung, glodokan, dll bahkan beraneka ragam rumput yang terdapat pada pelataran diantara pohon. Pengambilan data contoh di Kotamadya Jakarta Timur lebih ditekankan pada kelompok taman hutan kota dan jalur hijau.

4.2 Kondisi Fisik

4.2.1 Iklim Kawasan DKI Jakarta dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau dari bulan Juli-September. Menurut klasifikasi Schmith dan Ferguson 1951 wilayah DKI Jakarta termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3444 mmthn dan curah hujan rata-rata perbulan berkisar 7-137 mm selama musim kemarau dan 226.4-852 mm selama musim hujan. Suhu rata-rata bulanan 26.7 °C.