47 hektar 20,998 , Hal ini menunjukan bahwa kontribusi terhadap cadangan
karbon pohon di Kecamatan Maraman tidak optimal. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau RTH sebagai sarana untuk
menurunkan suhu kota yang semakin tidak nyaman merupakan solusi yang terbaik dan sebagai salah satu upayanya adalah melakukan kajian kandungan karbon pada
areal tersebut. Karbon yang merupakan hal yang paling mendasar dalam siklus energi menjadi acuan dalam pengambilan keputusan penanaman pohon pada areal
tertentu yang dapat dijadikan buffer areal untuk penurunan suhu kota. Dalam hal ini pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah harus
memberikan kebijakan yang sangat mendukung pembenahan penambahan luasan Ruang Terbuka Hijau taman dan jalur hijau adalah beberapa tempat yang
mungkin bisa diambil alih untuk digunakan sebagai sarana untuk penambahan areal tersebut misalnya mengadakan sosialisasi ganti rugi untuk beberapa lahan
yang kurang produktif. Korelasi positif juga didapatkan untuk beberapa indikator perubahan-
perubahan lahan seperti luasan permukiman serta jalan arteri. Kedua indikator ini juga menunjukan penurunan jumlah yang signifikan antara tahun 1986 ke tahun
2005.
5.4 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat 7
ETM+
Aquisisi 10 Agustus 2001
Pada tahun 2001 satelit Citra Landsat 7 ETM+ mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya spot garis. Spot tersebut sangat berpengaruh nyata terhadap
keberadaan data pada hasil perekaman satelit dimana citra yang diperoleh menjadi missing atau hilangnya nilai-nilai Digital Number DN.
Pada perhitungan pendugaan cadangan karbon di Kodya Jakarta Timur dimungkinkan terjadi bias yang cukup besar akan tetapi masih dalam batas
normal. Seperti terlihat pada Tabel 13 dan Lampiran 7, cadangan karbon yang
diperoleh pada tahun tersebut adalah 181,805 ton ha-1 yang merupakan angka yang lebih rendah daripada tahun 2005. Pada tahun 2005 terdapat cadangan
karbon 183,710 ton ha
-1
. Pada tahun tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang gencar melakukan pengadaan RTH yang dikenal dengan RTH Pemukiman
48 Padat Penduduk dimana Pemerintah DKI Jakarta membeli sebidang tanah yang
kemudian dijadikan ruang terbuka hijau untuk interaksi publik. Dengan demikian pada saat itu RTH mulai menjadi kebutuhan yang perlu dioptimalkan. Peta
penutupan lahan di Kodya Jakarta Timur Tahun 2001 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 13. Hasil Pendugaan Karbon C menggunakan Citra Landsat 7 ETM+ Aquisisi 10 agustus 2001
RTH No
Kecamatan Luas Ha
Luas Ha Luas
Cadangan Biomassa Ton ha
-1
Cadangan Karbon Ton ha
-1
1 Cakung 4.177,339
2.089,948 50,031 36,520
18,260 2 Cipayung
2.867,342 2.265,331 79,005
36,210 18,105
3 Ciracas 1.702,203
949,999 55,810 36,200
18,100 4 Duren
Sawit 2.207,485
789,216 35,752 36,270
18,135 5 Jatinegara
1.045,223 145,301 13,901
37,120 18,560
6 Kramat Jati
1.348,544 369,119 27,372
36,540 18,270
7 Makasar 2.126,577
1.357,615 63,840 36,230
18,115 8 Matraman
489,985 29,053
5,929 36,220
18,110 9 Pasar
Rebo 1.262,494
633,629 50,189 36,200
18,100 10 Pulo
Gadung 1.462,445
306,520 20,959 36,100
18,050
Total 18.689,637
8,935,731 363,610
181,805
5.5 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat TM Aquisisi 16 Juli 1992
Seperti terlihat pada Tabel 14 dan pada Lampiran 8 terlihat bahwa pada
Citra Landsat 5 TM aquisisi 16 Juli 1992 jumlah kandungan karbonnya sebesar 165,050 ton ha
-1
. Jumlah yang sangat menurun drastis jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada tahun 1986. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan
perubahan lahan yang pada waktu terjadi secara besar-besaran. Secara keseluruhan peta penutupan lahan di Kodya Jakarta Timur Tahun 1992 dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Selain itu kelemahan juga terjadi pada Citra Satelit Landsat 5 dimana sensor optik yang digunakan belum terlalu sempurna yang disebabkan karena
pada saat itu terjadi peralihan teknologi. Landsat 5 TM yang hanya mempunyai 5
49 kanal gelombang, masih sensitif terhadap pantulan benda-benda yang terdapat di
permukaan bumi misalnya saja air. Air dapat mempengaruhi penyerapan energi oleh sensor sinar optik satelit. Pada tahun 1992 terjadi kenaikan jumlah
permukiman yang mencapai 4,462,859 hektar. Arus urbanisasi yang terjadi besar- besaran di Jakarta juga meyebabkan terus bergeraknya angka luasan permukiman.
Tabel 14. Hasil Pendugaan Karbon C menggunakan Citra Landsat 5 Aquisisi 16 Juli 1992
RTH No
Kecamatan Luas Ha
Luas Ha Luas
Cadangan Biomassa Ton ha
-1
Cadangan Karbon Ton ha
-1
1 Cakung 4.177,339
2.970,752 71,116 30,000
15,000 2 Cipayung
2.867,342 2.769,890 96,601
30,000 15,000
3 Ciracas 1.702,203
1.389,900 81,653 34,200
17,100 4 Duren
Sawit 2.207,485
1.343,234 60,849 33,000
16,500 5 Jatinegara
1.045,223 377,525 36,119
36,200 18,100
6 Kramat Jati
1.348,544 907,934 67,327
35,200 17,600
7 Makasar 2.126,577
1.722,845 81,015 32,000
16,000 8 Matraman
489,985 31,277
6,383 35,500
17,750 9 Pasar
Rebo 1.262,494
1.105,955 87,601 34,000
17,000 10 Pulo
Gadung 1.462,445
402,086 27,494 30,000
15,000
Total 18.689,637
13,021,398 330,100
165,050
5.6 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat MSS Aquisisi 02 Juli 1986