Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat 7 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat TM Aquisisi 16 Juli 1992

47 hektar 20,998 , Hal ini menunjukan bahwa kontribusi terhadap cadangan karbon pohon di Kecamatan Maraman tidak optimal. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau RTH sebagai sarana untuk menurunkan suhu kota yang semakin tidak nyaman merupakan solusi yang terbaik dan sebagai salah satu upayanya adalah melakukan kajian kandungan karbon pada areal tersebut. Karbon yang merupakan hal yang paling mendasar dalam siklus energi menjadi acuan dalam pengambilan keputusan penanaman pohon pada areal tertentu yang dapat dijadikan buffer areal untuk penurunan suhu kota. Dalam hal ini pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah harus memberikan kebijakan yang sangat mendukung pembenahan penambahan luasan Ruang Terbuka Hijau taman dan jalur hijau adalah beberapa tempat yang mungkin bisa diambil alih untuk digunakan sebagai sarana untuk penambahan areal tersebut misalnya mengadakan sosialisasi ganti rugi untuk beberapa lahan yang kurang produktif. Korelasi positif juga didapatkan untuk beberapa indikator perubahan- perubahan lahan seperti luasan permukiman serta jalan arteri. Kedua indikator ini juga menunjukan penurunan jumlah yang signifikan antara tahun 1986 ke tahun 2005.

5.4 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat 7

ETM+ Aquisisi 10 Agustus 2001 Pada tahun 2001 satelit Citra Landsat 7 ETM+ mengalami kerusakan yang menyebabkan adanya spot garis. Spot tersebut sangat berpengaruh nyata terhadap keberadaan data pada hasil perekaman satelit dimana citra yang diperoleh menjadi missing atau hilangnya nilai-nilai Digital Number DN. Pada perhitungan pendugaan cadangan karbon di Kodya Jakarta Timur dimungkinkan terjadi bias yang cukup besar akan tetapi masih dalam batas normal. Seperti terlihat pada Tabel 13 dan Lampiran 7, cadangan karbon yang diperoleh pada tahun tersebut adalah 181,805 ton ha-1 yang merupakan angka yang lebih rendah daripada tahun 2005. Pada tahun 2005 terdapat cadangan karbon 183,710 ton ha -1 . Pada tahun tersebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang gencar melakukan pengadaan RTH yang dikenal dengan RTH Pemukiman 48 Padat Penduduk dimana Pemerintah DKI Jakarta membeli sebidang tanah yang kemudian dijadikan ruang terbuka hijau untuk interaksi publik. Dengan demikian pada saat itu RTH mulai menjadi kebutuhan yang perlu dioptimalkan. Peta penutupan lahan di Kodya Jakarta Timur Tahun 2001 dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 13. Hasil Pendugaan Karbon C menggunakan Citra Landsat 7 ETM+ Aquisisi 10 agustus 2001 RTH No Kecamatan Luas Ha Luas Ha Luas Cadangan Biomassa Ton ha -1 Cadangan Karbon Ton ha -1 1 Cakung 4.177,339 2.089,948 50,031 36,520 18,260 2 Cipayung 2.867,342 2.265,331 79,005 36,210 18,105 3 Ciracas 1.702,203 949,999 55,810 36,200 18,100 4 Duren Sawit 2.207,485 789,216 35,752 36,270 18,135 5 Jatinegara 1.045,223 145,301 13,901 37,120 18,560 6 Kramat Jati 1.348,544 369,119 27,372 36,540 18,270 7 Makasar 2.126,577 1.357,615 63,840 36,230 18,115 8 Matraman 489,985 29,053 5,929 36,220 18,110 9 Pasar Rebo 1.262,494 633,629 50,189 36,200 18,100 10 Pulo Gadung 1.462,445 306,520 20,959 36,100 18,050 Total 18.689,637 8,935,731 363,610 181,805

5.5 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat TM Aquisisi 16 Juli 1992

Seperti terlihat pada Tabel 14 dan pada Lampiran 8 terlihat bahwa pada Citra Landsat 5 TM aquisisi 16 Juli 1992 jumlah kandungan karbonnya sebesar 165,050 ton ha -1 . Jumlah yang sangat menurun drastis jika dibandingkan dengan hasil yang didapatkan pada tahun 1986. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan perubahan lahan yang pada waktu terjadi secara besar-besaran. Secara keseluruhan peta penutupan lahan di Kodya Jakarta Timur Tahun 1992 dapat dilihat pada Lampiran 2. Selain itu kelemahan juga terjadi pada Citra Satelit Landsat 5 dimana sensor optik yang digunakan belum terlalu sempurna yang disebabkan karena pada saat itu terjadi peralihan teknologi. Landsat 5 TM yang hanya mempunyai 5 49 kanal gelombang, masih sensitif terhadap pantulan benda-benda yang terdapat di permukaan bumi misalnya saja air. Air dapat mempengaruhi penyerapan energi oleh sensor sinar optik satelit. Pada tahun 1992 terjadi kenaikan jumlah permukiman yang mencapai 4,462,859 hektar. Arus urbanisasi yang terjadi besar- besaran di Jakarta juga meyebabkan terus bergeraknya angka luasan permukiman. Tabel 14. Hasil Pendugaan Karbon C menggunakan Citra Landsat 5 Aquisisi 16 Juli 1992 RTH No Kecamatan Luas Ha Luas Ha Luas Cadangan Biomassa Ton ha -1 Cadangan Karbon Ton ha -1 1 Cakung 4.177,339 2.970,752 71,116 30,000 15,000 2 Cipayung 2.867,342 2.769,890 96,601 30,000 15,000 3 Ciracas 1.702,203 1.389,900 81,653 34,200 17,100 4 Duren Sawit 2.207,485 1.343,234 60,849 33,000 16,500 5 Jatinegara 1.045,223 377,525 36,119 36,200 18,100 6 Kramat Jati 1.348,544 907,934 67,327 35,200 17,600 7 Makasar 2.126,577 1.722,845 81,015 32,000 16,000 8 Matraman 489,985 31,277 6,383 35,500 17,750 9 Pasar Rebo 1.262,494 1.105,955 87,601 34,000 17,000 10 Pulo Gadung 1.462,445 402,086 27,494 30,000 15,000 Total 18.689,637 13,021,398 330,100 165,050

5.6 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat MSS Aquisisi 02 Juli 1986