Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan

43 MidIR 1.00 .75 .50 .25 0.00 Digital Numb er 1.00 .75 .50 .25 0.00 Y = e 5,9 - 3,95MidIR Gambar 9. Hasil analisis regresi hubungan Digital Number DN dan MidIR pada Citra Landsat 7 ETM+ SLC Off Tahun 2005 Hasil penelitian menunjukan bahwa model penduga kandungan cadangan karbon berdasarkan Nilai Respon Langsung Spektral Citra Landsat 7 ETM+ mempunyai tingkat kehandalan yang lebih tinggi dimana mempunyai nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 42,8 dibandingkan dengan model kandungan karbon berdasarkan Nilai Respon Indeks Vegetasi Citra Landsat ETM+ yang mempunyai nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 30,3 .

5.3 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan

Citra Landsat 7 ETM+ SLC Off Aquisisi 23 Juli 2005 Berdasarkan model terbaik pendugaan kandungan cadangan karbon diatas permukaan tanah tegakan RTH dengan menggunakan spektral Citra Landsat 7 ETM+ SLC Off Aquisisi 23 Juli 2005 melalui ekstraksi digital number adalah Y = 43,448E + 11G -3,69 MIRI -2,88 . Dari model tersebut, kemudian dimasukkan dalam formula yang tersedia pada perangkat lunak penginderaan jauh Erdas Imagine versi 8.7 menggunakan Model-Maker. Hasil pendugaan karbon 44 berdasarkan model terbaik dibuat menjadi spot per-kecamatan di Kodya Jakarta Timur yang hasilnya diharapkan akan diketahui tren atau laju perubahan cadangan karbon. Beberapa data citra landsat yang dipergunakan adalah Citra Landsat 7 ETM+ Aquisisi 10 Agustus 2001, Citra Landsat 5 TM Aquisisi 16 Juli 1992 dan Citra Landsat MSS Aquisisi 02 Juli 1986 sebagai pembanding. Survei pada area penelitian lebih ditekankan pada Ruang Terbuka Hijau RTH kota terutama pada taman dan jalur hijau, oleh sebab itu maka jumlah karbon C yang nampak adalah relatif lebih kecil dibanding dengan penampakan citra satelit. Hal ini disebabkan karena di wilayah Kodya Jakarta Timur hijauan lain selain pohon seperti daerah persawahan, lapangan bola dan area-area permukiman masih banyak, dimana hijauan tersebut juga mempunyai kandungan cadangan karbon. Penentuan kandungan cadangan karbon C yang didasarkan pada area terbatas taman dan jalur hijau sebagaimana telah dikemukakan diatas, dimaksudkan untuk mengidentifikasi sejauh mana ketersediaan cadangan karbon pohon yang dapat dipertahankan oleh pihak pengelola Suku Dinas Pertamanan Kotamadya Jakarta Timur. Deliniasi data-data digital satelit dilakukan pada perangkat lunak SIG, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah analisis tabulasi data. Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dari pixel yang mempunyai resolusi 30 m x 30 m. Pemanfaatan data dalam skala besar dan banyak tersebut merupakan suatu upaya menghilangkan asumsi bahwa data Citra Satelit Landsat kurang memenuhi syarat untuk dilakukan analisis yang sedemikian detail mengingat resolusi spasial yang demikian besar. Asumsi-asumsi juga diambil dari beberapa penelitian yang sedang berlangsung. Tidak jauh berbeda dengan metode-metode sebelumnya bahwa penentuan model dilakukan dengan trial and error dari beberapa layer yang sudah ditetapkan sebagai variabel bebas independent variable. Peningkatan cadangan karbon sebagai manifestasi hasil kegiatan pengelolaan ruang terbuka hijau Kodya Jakarta Timur akan membawa dampak yang sedemikian hingga keadaan ruang terbuka dapat lebih baik. Peta penutupan lahan di Kodya Jakarta Timur Tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 9. 45 Gambar 10. Peta Penutupan Lahan di Kodya Jakarta Timur Menurut Data Citra Landsat 7 ETM+ SLC Off Aquisisi 23 Juli 2005 Gambar 10 diatas menunjukan bahwa menurut data Citra Landsat 7 ETM+ SLC Off Aquisisi 23 Juli 2005, luas ruang terbuka hijau RTH Kodya Jakarta Timur adalah 7.787,391 hektar, Jika dibandingkan dengan pengamatan pada data 46 Citra Landsat MSS aquisisi tahun 1986 RTH yang tersedia adalah 11.216,688 hektar. Merupakan angka yang sangat ironis sekali dengan perkembangan Jakarta saat ini. Alih guna lahan serta kebijakan yang tumpang tindih antara unit kerja pemerintah daerah dan pusat merupakan pemicu semakin maraknya konversi lahan. Dampak negatif yang diakibatkan adalah semakin meningkatnya suhu lokal didaerah tersebut yang berarti banyak karbon yang dilepas oleh tanaman ke udara, sehingga udara panaspun tidak terkendali. Alasan yang memperkuat bahwa kandungan cadangan karbon pohon pada areal Kodya Jakarta Timur semakin menurun adalah meningkatnya areal pemukiman seperti yang ditunjukkan pada lampiran 7 sebesar 3.937,433 hektar, ini merupakan angka yang tinggi jika dibandingankan dengan hasil pengkelasan pada data Citra Landsat MSS tahun 1986. Peningkatan arus urbanisasi yang juga tidak terlepas dari perhatian kita yang selalu berseberangan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Jakarta sebagai magnet dari pertumbuhan ekonomi ternyata telah merusak lingkungannya sendiri dan sebagai akibatnya adalah tidak terkendalinya suhu lokal di Jakarta Timur saat ini. Hasil Pendugaan Karbon menggunakan Citra Landsat 7 ETM+ SCLOff Aquisisi 23 Juli 2005 adalah sebagai berikut : Tabel 12. Hasil Pendugaan Karbon C menggunakan Citra Landsat 7 ETM+ SCLOff Aquisisi 23 Juli 2005 RTH No Kecamatan Luas Ha Luas Ha Luas Cadangan Biomassa Ton ha -1 Cadangan Karbon Ton ha -1 1 Cakung 4.177,339 1.668,236 39,935 37,220 18,610 2 Cipayung 2.867,342 2.117,711 73,856 37,400 18,700 3 Ciracas 1.702,203 772,404 45,377 36,500 18,250 4 Duren Sawit 2.207,485 615,626 27,888 36,400 18,200 5 Jatinegara 1.045,223 156,749 14,997 36,800 18,400 6 Kramat Jati 1.348,544 354,359 26,277 36,900 18,450 7 Makasar 2.126,577 1.050,427 49,395 36,940 18,470 8 Matraman 489,985 102,887 20,998 36,210 18,105 9 Pasar Rebo 1.262,494 550,412 43,597 36,250 18,125 10 Pulo Gadung 1.462,445 398,580 27,254 36,800 18,400 Total 18,689,637 7.787,391 367.420 183.710 Tabel 12 di atas menunjukan bahwa berdasarkan luasan RTH per kecamatan, kecamatan Matraman mempunyai luas RTH terkecil yaitu 102,887 47 hektar 20,998 , Hal ini menunjukan bahwa kontribusi terhadap cadangan karbon pohon di Kecamatan Maraman tidak optimal. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau RTH sebagai sarana untuk menurunkan suhu kota yang semakin tidak nyaman merupakan solusi yang terbaik dan sebagai salah satu upayanya adalah melakukan kajian kandungan karbon pada areal tersebut. Karbon yang merupakan hal yang paling mendasar dalam siklus energi menjadi acuan dalam pengambilan keputusan penanaman pohon pada areal tertentu yang dapat dijadikan buffer areal untuk penurunan suhu kota. Dalam hal ini pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah harus memberikan kebijakan yang sangat mendukung pembenahan penambahan luasan Ruang Terbuka Hijau taman dan jalur hijau adalah beberapa tempat yang mungkin bisa diambil alih untuk digunakan sebagai sarana untuk penambahan areal tersebut misalnya mengadakan sosialisasi ganti rugi untuk beberapa lahan yang kurang produktif. Korelasi positif juga didapatkan untuk beberapa indikator perubahan- perubahan lahan seperti luasan permukiman serta jalan arteri. Kedua indikator ini juga menunjukan penurunan jumlah yang signifikan antara tahun 1986 ke tahun 2005.

5.4 Pendugaan Kandungan Karbon menggunakan Citra Landsat 7