parameter suhu memberikan peranan yang negatif terhadap kandungan Cr di dalam tubuh kerang hijau ukuran sedang Lampiran 8.
Hasil analisis PCA. untuk kerang hijau berukuran kecil nilai akar ciri yang diperoleh dapat menjelaskan sumbu utama F1 sebesar 63,46 dan pada
sumbu kedua sebesar 39,07 . Variabel pH, konsentrasi Cr di air, konsentrasi Cr di sedimen dan konsentrasi Cr di kerang hijau terdapat pada sumbu utama
F1 dan variabel suhu, salinitas dan kekeruhan pada sumbu kedua F2. Pada kerang hijau ukuran kecil, peranan positif ditunjukkan oleh parameter pH dan Cr
di sedimen terhadap kandungan Cr di dalam tubuhnya dan peranan negatif ditunjukkan oleh logam Cr di air Lampiran 8.
B. Pembahasan
Pada pengamatan parameter fisika dan kimia yaitu, suhu, kekeruhan, pH dan salinitas secara keseluruhan masih menunjukkan kondisi yang
memungkinkan untuk kerang hijau melakukan proses-proses biologis dalam hidupnya, baik untuk pertumbuhan maupun untuk kebutuhan reproduksi. Suhu
air selama pengamatan masih menunjukkan kisaran yang normal bagi perkembangan kerang hijau. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan 1985 yang mengatakan bahwa untuk keperluan budidaya kerang hijau disarankan agar suhu perairan ada dalam
kisaran 26 – 32 ºC. Kisaran salinitas pada Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta juga sesuai
dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan 1985 yaitu dalam kisaran 27 – 35 ‰. Salinitas merupakan faktor yang penting bagi
kerang hijau untuk melakukan adaptasi terhadap kondisi perairan, karena salinitas berhubungan langsung dengan proses osmoregulasi yang dilakukan
biota yang ada di dalamnya, termasuk kerang hijau. Logam berat yang masuk ke dalam suatu perairan, baik di sungai ataupun
dilaut, akan dipindahkan dari badan air melalui tiga proses, yaitu pengendapan, adsorbsi dan absorpsi oleh organisme perairan Bryan 1976. Logam-logam
dalam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion-ion seperti ion - ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion
lainnya Palar, 1994. Kondisi kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di kolom perairan selama pengamatan dari bulan September hingga November nilainya
cenderung berfluktuatif. Hal ini diduga karena adanya pengaruh masukan dari sungai yang bermuara di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta yang membawa
limbah-limbah logam berat dan bergantung pada besar kecilnya konsentrasi logam – logam tersebut yang terbuang ke dalam sungai hingga mencapai
Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Limbah logam berat ini diduga berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Jika dibandingkan dengan baku
mutu untuk biota air yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 kondisi kandungan logam berat di Perairan Kamal
Muara, Teluk Jakarta untuk logam berat Pb dan Cr telah melampaui ambang batas. Untuk logam berat Pb nilai ambang batasnya adalah 0,008 mgl dan
untuk logam berat Cr nilai ambang batasnya adalah 0,005 mgl. Berbeda dengan kandungan logam Pb, kandungan logam berat Hg nilainya masih di bawah
ambang batas yaitu 0,001 mgl. Namun demikian konsentrasi yang rendah ini tetap harus diwaspadai karena logam-logam berat yang terlarut dalam kolom
perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan Palar, 1994. Meskipun daya racun yang ditimbulkan
oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari suatu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai
kehidupan Kondisi nilai kandungan logam berat Hg, Pb dan Cr di dalam sedimen
selama pengamatan, nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang terdapat pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju proses
pengendapan atau sedimentasi yang dialami logam berat. Dalam hal ini logam berat yang terdapat pada kolom air akan mengalami proses penggabungan
dengan senyawa-senyawa lain, baik yang berupa bahan organik maupun bahan anorganik, sehingga berat jenisnya menjadi lebih besar yang akan
mempengaruhi laju proses pengendapan atau sedimentasi. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen merupakan tempat proses akumulasi logam berat di sekitar
perairan laut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mance 1987 yang mengatakan bahwa konsentrasi logam berat di sedimen jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan yang ada pada kolom perairan. Hal ini disebabkan logam berat yang masuk ke dalam kolom perairan akan diserap oleh partikel-partikel
tersuspensi. Apabila konsentrasi logam berat lebih besar dari daya larut terendah komponen yang terbentuk antara logam dan anion yang ada di dalam
air,seperti karbonat, hidroksil atau khlorida, maka logam tersebut akan
diendapkan Lindquist et.al, 1984. Dari hasil pengamatan sedimen di lokasi penelitian jenis sedimen yang didapat berupa lumpur berpasir. Namun hingga
saat ini belum ada baku mutu logam berat pada sedimen, sehingga hasil penelitian ini belum bisa dibandingkan dengan standar baku mutu.
Nilai kandungan berat Hg, Pb dan Cr yang ada pada kerang hijau lebih tinggi dibanding pada kolom air dan sedimen. Hal ini disebabkan kerang hijau
mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi logam berat di dalam tubuhnya. Sifat hidupnya yang sessil dan filter feeder, mengakibatkan kerang hijau dapat
menyerap logam berat di kolom air dan sedimen melalui proses makan memakan. Hal ini terlihat dari nilai faktor konsentrasi yang telah disebutkan di
atas, dalam hal ini kerang hijau mampu menyerap logam berat di kolom air hingga ratusan kali dan bahkan untuk logam berat Pb dan Cr menunjukkan nilai
hingga ribuan kali, yang artinya mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi terhadap kedua logam tersebut.
Kecenderungan kerang hijau untuk menyimpan atau mengakumulasi logam berat dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama yakni bisa berlangsung
selama hidupnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh proses fisiologis dalam tubuh kerang hijau itu sendiri. Dalam proses metabolisme tubuhnya akan mengolah
atau mentransformasi setiap bahan racun log am berat yang masuk, sehingga akan mempengaruhi daya racun atau toksisitas bahan tersebut logam berat.
Logam berat yang telah mengalami bio-transformasi dan tidak dapat diekskresikan atau dikeluarkan oleh tubuh umumnya akan tersimpan dalam
organ-organ t ertentu seperti hepatopankreas, ginjal dan gonad. Faktor ukuran kerang hijau juga dapat mempengaruhi kandungan logam
berat di dalam tubuh organisme Lampiran 2. Berdasarkan data yang didapat selama penelitian ini terlihat adanya kecenderungan peningkatan kandungan
logam berat dari ukuran kecil 4 cm sampai dengan ukuran besar 6 cm . Hal ini disebabkan kerang hijau mempunyai kemampuan untuk menyerap logam
di lingkungan perairan tempat biota tersebut hidup. Semakin besar ukuran tubuhnya makin tua maka kandungan logam berat dalam tubuh juga akan
semakin meningkat. Terjadinya peningkatan ini disebabkan logam berat yang masuk dalam tubuhnya akan terus diakumulasi. Pada ukuran kerang besar 6
cm dan sedang 4- 6 cm kandungan logam berat untuk logam berat Pb dan Cr sudah sedemikian tingginya dan sudah melampaui batas yang diperbolehkan
untuk dikonsumsi oleh manusia. Menurut Suwirma et. al 1981 standarisasi kandungan logam berat pada ikan dan hasil perikanan lainnya, yaitu untuk logam
berat Hg 0,5 mgl, Pb 2,0 mgl dan Cr 0,4 mgl. Dengan melihat standar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk logam Hg pada semua ukuran kerang hijau
masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa tingk at toksisitas logam Hg lebih bersifat
toksik dari logam lainnya dan bila terakumulasi dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan keracunan akut maupun kronis Darmono, 1995
Hasil analisis PCA menunjukkan adanya perbedaan peranan parameter kualitas air yang diukur dengan kandungan logam berat dalam tubuh kerang
hijau. Hal ini dapat dilihat dari nilai keeratan antara parameter kualitas air dengan kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau pada Lampiran 8 .
Masing-masing parameter kualitas yang terukur memberikan peranan yang berbeda-beda terhadap jenis logam Hg, Pb dan Cr yang terkandung dalam tubuh
kerang hijau. Hal ini diduga karena tiap jenis logam tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya, sehingga logam-logam tersebut
akan memberikan reaksi yang berbeda terhadap peranan kualitas air tersebut, dan tentunya akan mempengaruhi kandungan logam berat di dalam tubuh
kerang hijau. Darmono 2001 menyatakan bahwa pada jenis kepiting Paragrapsus gaimardi yang hidup di muara sungai , menunjukkan dengan
semakin tinggi suhu air, daya toksisitas logam semakin meningkat, sebaliknya semakin rendah suhu air maka daya toksisitas logam juga menurun. Di samping
itu pada kadar garam yang semakin tinggi, daya toksisitas logam semakin menurun. Pada kolom perairan yang mempunyai derajat keasaman pH
mendekati normal 7 – 8 kelarutan dari bentuk persenyawaan logam ini cenderung stabil Palar, 1994. Akumulasi logam berat dalam tubuh kerang hijau
juga dipengaruhi oleh hadirnya logam lain yang terlarut dalam air Darmono, 2001. Seperti penelitian yang telah dilaporkan oleh Ahsanullah et. al , 1981 in
Darmono, 2001 bahwa udang laut Callianasa australiensis yang dipelihara dalam air yang mengandung kadmium dan seng, ternyata akumulasi kedua logam terus
meningkat. Apabila seng Zn dicampur dengan tembaga Cu, akumulasi logam Cu terhambat dan akumulasi Zn tetap meningkat. Sedangkan bila Cd dicampur
Cu, akumulasi menjadi terhambat dan akumulasi Cd tetap meningkat. Bila ketiga logam tersebut Cd, Cu, Zn dicampur, ternyata akumulasi Cd dalam jaringan
tetap tidak terpengaruh dan terus meningkat, sedangkan akumulasi Cu dan Zn
hampir seimbang. Palar 1994 menambahkan bahwa keberadaan logam-logam lain dalam kolom perairan dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi
sinergis atau sebaliknya, menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. Disamping itu, interaksi antara logam-logam tersebut bisa juga gagal atau tidak
terjadi sama sekali. Logam-logam berat yang bersifat sinergis, apabila bertemu dengan pasangannya dan membentuk suatu persenyawaan dapat berubah
fungsi menjadi racun yang sangat berbahaya atau mempunyai daya racun yang berlipat ganda. Sebaliknya, untuk logam-logam berat yang bersifat antagonis,
apabila terjadi persenyawaan dengan pasangannya maka daya racun yang ada pada logam tersebut akan berkurang atau semakin kecil. Ukuran kerang tubuh
kerang hijau juga memperlihatkan adanya perbedaan peranan kualitas air terhadap kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Kondisi biota
berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang dilalui oleh organisme air dalam hidupnya. Pada fase-fase tertentu, dalam kehidupan suatu biota atau organisme
mungkin merupakan fase yang sensitif. Sebagai contohnya adalah, fase telur. Namun demikian ada pula fase dimana biota memiliki daya tahan yang kuat dan
biasanya pada fase dewasa Palar, 1994. Nilai korelasi yang positif menunjukkan peranan parameter kualitas air yang signifikan terhadap
kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Sebaliknya nilai korelasi yang negatif menunjukkan peranan yang berlawanan atau menurunkan terhadap
kandungan logam berat dalam tubuh kerang hijau. Sebagai contohnya adalah, matriks korelasi antara variabel kekeruhan dengan kandungan logam kerang
hijau memiliki kecenderungan peranan yang positif. Artinya setiap kenaikan nilai kekeruhan akan di perairan akan meningkatkan kandungan logam di dalam
tubuh kerang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa logam berat merupakan salah satu bagian dari komposisi kekeruhan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN