Timbal Pb Karakteristik Logam Berat

dalam organ tersebut terdapat protein yang terdiri dari asam amino sistein Fardiaz, 1992. Logam berat Hg berbahaya karena bersifat biomagnifikasi sehingga dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan. Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi top carnivora memiliki kadar merkuri yang lebih tinggi dibanding organisme di bawahnya. Logam berat dalam jumlah berlebihan dapat bersifat racun. Hal ini disebabkan karena terbentuknya senyawa merkaptida antara logam berat dengan gugus –SH yang terdapat dalam enzim. Akibatnya aktifitas enzim tidak berlangsung. Toksisitas merkuri terhadap organisme perairan tergantung pada jenis, kadar efek sinergis- antagonis dan bentuk fisika kimianya Hutagalung, 1989. Merkuri yang paling toksik adalah bentuk alkil merkuri yaitu metil dan etil merkuri yang paling banyak digunakan untuk mencegah timbulnya jamur. Alkil merkuri, terakumulasi dalam hati dan ginjal yang dikeluarkan melalui cairan empedu.

2. Timbal Pb

Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak berwarna cokelat dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik cair 327,5º C, titik didih 1725º C, dan berat jenis 11,4 grml Reilly, 1991. Logam ini mudah dimurnikan sehingga banyak digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida PbS Timbal Pb secara alami banyak ditemukan dan tersebar luas pada bebatuan dan lapisan kerak bumi. Di perairan logam Pb ditemukan dalam bentuk Pb 2+ , PbOH + , PbHCO 3 , PbSO 4 dan PbCO + Perkins, 1977 in Rohilan, 1992. Pb 2+ di perairan bersifat stabil dan lebih mendominasi dibandingkan dengan Pb 4+ GESAMP, 1985. Masuknya logam Pb ke dalam perairan melalui proses pengendapan yang berasal dari aktivitas di darat seperti industri, rumah tangga dan erosi, jatuhan partikel-partikel dari sisa proses pemb akaran yang mengandung tetraetil Pb, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai Palar, 1994. Logam Pb bersifat toksik pada manusia dan dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis. Keracunan akut biasanya ditandai dengan rasa terbakar pada mulut, adanya rangsangan pada sistem gastrointestinal yang disertai dengan diare. Sedangkan gejala kronis umumnya ditandai dengan mual, anemia, sakit di sekitar mulut, dan dapat menyebabkan kelumpuhan Darmono, 2001. Fardiaz 1 992 menambahkan bahwa daya racun dari logam ini disebabkan terjadi penghambatan proses kerja enzim oleh ion-ion Pb 2+ . Penghambatan tersebut menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin darah. Hal ini disebabkan adanya bentuk ikatan yang kuat ikatan kovalen antara ion-ion Pb 2+ dengan gugus sulphur di dalam asam-asam amino. Untuk menjaga keamanan dari keracunan logam ini, batas maksimum timbal dalam makanan laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dan FAO adalah sebesar 2,0 ppm. Pada organisme air kadar maksimum Pb yang aman dalam air adalah sebesar 50 ppb EPA, 1973 in Hutagalung 1984. 3. Khrom Cr Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 1875 o C, titik didih 2665 o C, dan massa jenis 7,19 grml Reilly, 1991. Kromium merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite FeCr 2 O 4 dan chromic oxide Cr 2 O 3 Novotny dan Olem, 1994. Di perairan alami kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent Cr 3+ dan kromium hexavalent Cr 6+ . Sumber Cr 6+ berasal dari industri pelapisan logam dan produksi pigmen. Cr 3+ banyak terdapat dalam limbah industri pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit. Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen maupun makanan Effendi, 2003. Toksisitas unsur Cr terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk kromium, bilangan oksidasinya, dan pH Hutagalung, 1991. Penurunan pH dan kenaikan suhu dapat meningkatkan toksisistas Cr 6+ terhadap organisme air. Toksisitas Cr 6+ lebih besar daripada toksisitas Cr 3+ . Cr 6+ yang larut di dalam air sebagian besar diserap oleh ikan melalui insang sehingga akumulasinya paling banyak didapatkan pada insang daripada organ lainnya. Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mgl dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mgl. Kromium trivalen biasanya tidak ditemukan pada perairan tawar; sedangkan pada perairan laut sekitar 50 kromium merupakan kromium trivalen McNeely et al., 1979 in Effendi, 2003. Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mgl Moore, 1991 in Effendi, 2003. Kadar kromium 0,1 mgl dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme laut Effendi, 2003. Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,05 mgl.

C. Pencemaran Logam Berat