II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerang hijau Perna viridis L.
Kerang hijau Perna viridis L. di Indonesia mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah, seperti Kijing Jakarta, Kedaung Banten dan
Kemudi Kapal Riau. Di Malaysia dikenal dengan sebutan Siput Kudu, Chay LuanTham chay Singapura, Ta Hong Philipina dan Hoi Mong Pong Thailand
Kastoro, 1988. Menurut Vakily 1989 kerang hijau Green Mussels diklasifikasikan
sebagai berikut : Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia Subkelas : Lamellibranchia
Ordo : Anisomyria Famili : Mytilidae
Genus : Perna Spesies : Perna viridis L.
www.dnr.state.sc.us Gambar 2. Kerang hijau Perna viridis L.
Sumber : www.dnr.state.sc.us Kerang hijau adalah organisme yang dominan pada ekosistem litoral
wilayah pasang surut dan sublitoral yang dangkal. Kerang hijau dapat hidup dengan subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar area mangrove dan
muara, dengan kondisi lingkungan yang dasar perairannya berlumpur campur
pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi Setyobudiandi, 2000.
Persyaratan yang baik menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1985 untuk kehidupan kerang hijau adalah perairan bersubstrat lumpur dengan metode
bagan rakit tancap, kedalaman 3 -10 m, kecepatan arus 25 cmdetik, salinitas 27 - 35 ‰ dan suhu 26 - 32 ºC.
Berdasarkan cara memperoleh makanannya, moluska bivalvia digolongkan dalam kelompok filter feeder. Apabila makanan diperoleh dengan menyaring
fitoplankton dari perairan yang ditempati, maka disebut sebagai suspension feeder. Apabila makanan atau bahan organik diambil dari substratum tempat
hidupnya maka disebut sebagai deposit feeder Setyobudiandi, 2000. Kerang hijau Perna viridis L. de wasa dapat menghasilkan telur lebih
kurang 1,2 juta. Pemijahan ini terjadi akibat adanya rangsangan alami seperti perubahan suhu dan salinitas. Sel telur yang telah dibuahi akan berkembang
dan menetas menjadi larva. Larva kerang hijau bersifat planktonik, yaitu melayang di air dan terbawa arus selama dua minggu. Larva akan mengalami
beberapa kali perubahan bentuk metamorphosa. Pada akhir stadia larva, kerang hijau akan mengalami perubahan cara hidup dari planktonik menjadi
sessil tinggal diam dan menempel. Pada saat itu apabila larva tidak mendapatkan substrat maka akan segera mati Departemen Pertanian, 1985.
Kecepatan tumbuh kerang hijau berkisar antara 0,7-1,0 cm per bulan Direktorat Jenderal Perikanan, 1985.
Menurut Roberts 1976 kelas bivalvia telah digunakan oleh ahli ekologi dalam menganalisis pencemaran air. Hal ini karena sifatnya yang menetap dan
cara makan pada umumnya filter feeder, sehingga mempunyai kemampuan mengakumulasi bahan-bahan polutan seperti logam berat.
B. Karakteristik Logam Berat