Logam berat dalam organisme air

Hutabarat dan Evans 1985, telah membagi sedimen berdasarkan ukuran diameter butiran, yaitu batuan boulders, kerikil gravel, pasir sangat kasar very coarse sand, pasir kasar coarse sand, pasir halus fine sand, pasir sangat halus very fine sand, pasir medium sand, lumpur silt, liat clay dan bahan terlarut dissolved material. Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat visibilitas organisme air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, presentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar, kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya daya tarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral Boehm, 1987.

3. Logam berat dalam organisme air

Organisme air sangat dipengaruhi oleh keberadaan logam berat di dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Organisme air mengambil logam berat dari badan air atau sedimen dan memekatkannya ke dalam tubuh hingga 100-1000 kali lebih besar dari lingkungan. Akumulasi melalui proses ini disebut bioakumulasi. Kemampuan organisme air dalam menyerap absorpsi dan mengakumulasi logam berat dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan insang, saluran pencernaan dan difusi permukaan kulit Mandibelli, 1976 in Hutagalung, 1991 ; Darmono, 2001. Namun sebagian besar logam berat masuk ke dalam tubuh organisme air melalui rantai makanan dan hanya sedikit yang diambil air Waldichuck, 1974. Akumulasi dalam tubuh organisme air dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pencemar dalam air, kemampuan akumulasi, sifat organisme jenis, umur dan ukuran dan lamanya pernapasan.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Kamal Muara , Teluk Jakarta Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2004. Kegiatan penelitian meliputi pengamatan di lapang dari bulan September sampai dengan bulan November 2004 dan analisa laboratorium dilaksanakan pada bulan Desember 2004. Kegiatan analisis contoh dilakukan di Laboratorium Proling dan Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan contoh air, sedimen serta kerang hijau Perna viridis L. dlakukan di tiga stasiun Perairan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Stasiun-stasiun tersebut adalah stasiun I berada 1000 m 06º 05 12.0 S dan 106º 43 51.9 E dari muara sungai, stasiun II berada 2000 m 06º 05 01.9 S dan 106º 45 10.2 E dari muara sungai dan stasiun III berada pada jarak 3000 m 06º 04 26.6 S dan 105º 45 11.6 E dari muara sungai Gambar 3. Gambar 3. Peta lokasi pengambilan contoh air, sedimen dan kerang hijau