39 namun lebih berfluktuasi jika dibandingkan dengan di pertanaman kelapa
umur 20 dan 50 tahun. Rata-rata fluktuasi harian kelembaban udara tidak begitu besar dan berkisar 75-80. Kelembaban menyatakan seberapa
besar kandungan air yang ada pada satuan kolom udara dan berhubungan dengan laju evapotranspirasi. Kedua unsur iklim mikro ini suhu dan
kelembaban secara simultan berperan dalam proses transpirasi. Di alam nilai kelembaban udara biasanya berbanding terbalik dengan besaran
nilai suhu.Handoko 1993. Berdasarkan data kelembaban yang terukur menunjukkan bahwa
kisaran kelembaban udara masih berada level optimum yang diperlukan tanaman, sehingga diasumsikan bahwa proses metabolisme tidak
mendapat pengaruh negatif. Suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi akan memperkecil laju evaporasi dan laju transpirasi tanaman,
sekaligus mempertahankan ketersediaan air lebih lama bagi tanaman kelapa maupun tanaman sela Proud 2005. Namun, kondisi lembab yang
berlangsung lama akan bisa mendukung berkembangnya penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur, seperti jamur Phythopthora sp.
4.4 Kadar Air Tanah
Kadar air tanah Kat pada tiga lokasi pertanaman kelapa berkisar antara 5-80 di area terbuka antara 5-32. Kat pada pertanaman kelapa
umur 20 tahun bervariasi antara 15-80 dengan rata-rata 41 merupakan kadar air tertinggi dibandingkan dengan dua umur kelapa la innya yang
berkisar antara 21-24. Tingkat naungan yang tinggi menyebabkan besaran evaporasi menjadi lebih kecil dibandingkan dengan lahan yang
banyak mendapat paparan radiasi matahari. Meskipun nantinya terjadi kondisi cekaman air akibat suplai hujan yang kurang, tapi antara tanaman
sela dan kelapa tidak akan saling berkompetisi. Sistem perakaran kelapa aktif hanya tersebar 2 m dari pangkal batang dan tanaman sela ditanam
pada posisi diluar kawasan perakaran tersebut.
40
4.5 Sifat Hujan 4.5.1 Curah hujan bulanan dan hari hujan
Menurut WMO World Meterogical Organization, batasan hari hujan adalah hari dengan curah hujan ≥ 0.5 mm. Berdasarkan kriteria
tersebut, maka jumlah hari huja n HH selama penelitian periode pertama Juni 2007 hingga Oktober 2007 ad alah 92 hari atau rata-rata 18 HH per
bulan. Jumlah curah hujan selama periode tersebut adalah 1 166 mm atau rata-rata 233 mm per bulan. Selama penelit ian, curah hujan bulanan
tertinggi terjadi pada bulan Juni 2007 yakni 366 mm da n hari hujan terbanyak yakni 25. Sebaliknya curah hujan terendah adalah 67 mm
dengan jumlah HH 9 terjadi pada bulan September 2007. Kebutuhan air tanaman pangan selama penelitian tetap terpenuhi jika melihat sifat curah
hujan dan jumlah hari hujan selama periode tanam pertama maupun kedua. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Distribusi hari hujan HH, jumlah hujan bulanan, dan jumlah harian selama penelitian Juni 2007
– Oktober 2007. Bulan
Hari hujan HH.bln
-1
Curah hujan mm.bln
-1
Curah hujan mm.hari
-1
Maksimum Ratarata
Juni Juli
Agustus September
Oktober 25
17 18
9 23
366 143
336 67
254 65
36 72
22 46
12 5
11 2
8 Total
Rata-rata 92
18 1 166
233 48
8
Sumber: Data hujan harian dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado -Sulawesi Utara.
Jumlah hari hujan periode kedua penelitian Maret 2008 hingga Juli 2008 adalah 122 hari dengan total hujan 1 599 mm. Total curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 522 mm dan HH terjadi selama 27 hari. Hujan yang paling rendah terjadi di bulan Mei yaitu 84
mm dan HH 15 hari. Berdasarkan sebaran hujan tersebut dapat dikatakan
41 bahwa air tidak menjadi kendala bagi tanaman sela pada penelitian tahap
pertama dan kedua. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Distribusi hujan bulanan dan jumlah hari hujan selama
penelitian tahap pertama Maret 2008 –Juli 2008.
Bulan Hari hujan
HH.bln
-1
Curah hujan mm.bln
-1
Curah hujan mm.hari
-1
Maksimum Rata-rata Maret
April Mei
Juni Juli
28 27
15 24
28 413
522 84
161 419
101 138
28 36
144 13
17 3
5 14
Total Rata-rata
122 24
1 599 320
89 11
Sumber: Data hujan harian dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado -Sulawesi Utara.
4.5.2 Jeluk hujan
Jeluk hujan menggambarkan sebaran jumlah hujan tertentu yang terjadi setiap hari, dan berdasarkan pengukuran langsung di lapang, telah
diklasifikasi empat jeluk hujan, 0-20, 20 –40, 40–60, dan 60mm
Berdasarkan perhitungan, maka sebaran jeluk hujan dominan terjadi pada kisaran 0-20 mm yang terjadi selama 26 HH, tapi intensitas
terbanyak pada hujan 60 mm meskipun ha nya 11 HH tapi total curah hujan sebanyak 1 155 mm. Jeluk hujan terendah pada kisaran 0 -20 mm
dengan total hujan sebanyak 272 mm dan berlangsung selama 26 HH. Data hujan yang dianalisis seperti ini baik untuk informasi pertanian,
karena dapat digunakan untuk menentukan jadual tanam. Jeluk hujan 20 harian ini memberikan gambaran distribusi intensitas hujan yang terjadi
selama periode tertentu, tergantuing sumber data yang digunakan. Data tersebut juga memberikan gambaran bahwa hujan cukup merata
sepanjang penelitian dilaksanakan. Intensitas tinggi 60 mm jarang terjadi, sehingga pemeliharaan tanaman bisa dilakukan dengan baik.
Rincian jeluk hujan dan besaran komponen distribusi hujan selama dua periode penelitian 2007 dan 2008 disajikan dalam Tabel 5.
42 Tabel 5 Jeluk hujan pada setiap hari hujan di lokasi penelitian .
Komponen Jeluk mm hari
-1
0-20 20-40 40-60 60 Jumlah
Jumlah HH Curah hujan
26 47
272 13
11 20
340 16
7 13
364 17
11 20
1 155 54
55 100
2 131 100
Sumber: Data hujan harian dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado -Sulawesi Utara.
.
4.6 Distribusi Hujan 4.6.1 Curahan tajuk